Sunday, January 23, 2022

Yang Berat itu juga Rahmat

Pada waktu makan siang Minggu 23 Januari 2022, terdengar bunyi bel tanda ada panggilan untuk karyawan dari salah satu rama Domus yang terbaring di dalam kamarnya. Rm. Bambang kemudian memberi tahu Rm. Suntara bahwa rama tertentu (dia menyebut nama) meminta bantuan. "Sekitar jam telu nganti lima esuk biasane ngebel nganti ping telu" (Pada sekitar jam 03.00 hingga 05.00 pagi dia biasa membunyikan bel panggilan sampai 3 kali) kata Rm. Bambang. Rm. Bambang memang biasa sudah terbangun pada sekitar jam 01.00 dinihari kemudian disibukkan aktivitas hingga antara jam 04.00-05.00. Dia ikut hafal ada  3 macam bunyi bel yang dibedakan oleh suara musik nyanyian dan ada yang seperti bel di terminal stuasiun kereta api. Hingga tulisan ini dibuat ada 7 orang rama sepuh yang sudah membutuhkan bantuan karyawan. Memang 2 orang rama masih bisa melayani diri dalam beberapa hal, tetapi ada hal-hal yang harus dibantu oleh karyawan. Satu rama dari 2 orang itu masih bisa berinisiatif memanggil karyawan dengan bel. Sedang 1 yang lain sudah mendapatkan pramurukti khusus yang siaga 24 jam. Sedang untuk 5 orang yang lain, 3 orang juga sudah mendapatkan penjaga yang juga siaga 24 jam. Dua orang lain masih bisa ditinggal oleh karyawan dan kalau membutuhkan bantuan mendapatkan bel untuk memanggil.

Dari omong-omong dengan Rm. Suntara pada Minggu itu, perhatian tertuju pada yang dikatakan oleh Rm. Bambang tentang rama yang biasa mengebel antara jam 03.00-05.00. Sebenarnya ketika hari sudah terang, rama itulah yang paling kerap membunyikan bel panggilan. Tampaknya, berdasarkan informasi yang dtangkap dari omongan karyawan, rama ini dalam hal-hal kecilpun sudah minta bantuan. Dalam hal ini Rm. Bambang berkata "Dari tujuh orang yang membutuhkan bantuan karyawan, 3 orang sudah tak memiliki kesadaran keadaan. Satu orang sudah pikun walau masih bisa meminta ini dan itu. Dua orang tampaknya hanya terbatas pada hal-hal yang amat dibutuhkan kalau memanggil karyawan dengan membunyikan bel". Terhadap omongan ini Rm. Suntara memberi komentar "Menerima diri lan bersahabat karo kahanan awak pancen kudu alon-alon" (Menerima diri dan bersahabat dengan kondisi badan memang harus pelan-pelan). Maklumlah semua rama sepuh memang sudah termasuk berkebutuhan khusus. Dari 11 orang, 10 orang (90,90%) sudah memakai kursi roda untuk mobilitas. Namun demikian 1 orang yang tak berkursi roda sudah amat ling-lung sehingga kemanapun harus ada karyawan menyertai. Terhadap kondisi para rama itu Rm. Suntara berkata "Itu memang kondisi berat. Tapi yang berat itu juga rahmat lho. Sehingga ada devosi Maria yang Berdukacita". Rm. Bambang menimpali "Maka kisah sengsara Tuhan juga masuk dalam Injil, warta sukacita" yang diiyakan oleh Rm. Suntara.

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...