Saturday, September 25, 2021

Sekilas Kondisi Rama Sepuh Domus


Barangkali mengingat gedung besar dengan kamar tidur lebih dari 30 buah, jumlah rama sepuh penghuni Domus Pacis St. Petrus bisa dikatakan masih sedikit. Kini memang baru ada 12 rama di Domus Petrus. Yang sepuh berjumlah 11 orang, dan yang satu lainnya adalah Rm. Hartanta yang berusuia 40an tahun yang bertugas menjadi direktur. Rama Hartanta bekerja dibantu oleh 13 orang karyawan dan hanya 2 orang yang tidak langsung mengurus para rama sepuh. 

Orang yang tidak hidup bersama atau tidak mengalami sendiri hidup harian Domus, jumlah karyawan sudah dapat dianggap amat memadahi untuk melancarkan pekerjaan Rm. Hartanta mengurus para rama sepuh. Jumlah 11 rama sepuh diurus langsung oleh Rm. Hartanta bersama 11 karyawan. Tetapi kalau mengingat dan memperhatikan kondisi masing-masing rama, orang akan memahami betapa Rm. Hartanta bersama para karyawan tidak dapat lengah. Dua orang karyawan yang tidak langsung mengurus para rama sepuh sudah amat sibuk dengan bagian kerjanya. Yang satu bertanggungjawab kebersihan bangunan yang begitu luas dan besar. Sedang satu lain mencuci dan menyetrika pakaian yang amat banyak dan harus dikerjakan dalam sehari lebih dari 7 jam. Sedang yang lain berhadapan dengan para rama sepuh yang memiliki macam-macam kelemahan kondisi :

  • Kelemahan kondisi fisik
    . Pada umumnya para rama sepuh sudah memiliki berbagai macam penyakit. Seminggu sekali ada perawat RS Panti Rapih datang mengontrol tensi dan gula darah. Sebulan sekali ada petugas yang melapor ke dokter RS Panti Rapih dan kembali ke Domus dengan membawa tas-tas plastik berisi obat-obat untuk sebulan yang dibagikan ke rama-rama. Dari 11 rama hanya seorang yang tidak berkursi roda. Empat orang rama harus ditemani di kamarnya sehari-semalam dan praktis harus dibantu dalam segalanya. Salah satu rama yang tidak ditemani terus di dalam kamarnya harus dibantu dalam segalanya. Untuk tidur berbaring, bangun, dan urusan KM WC harus dibantu karena sudah tidak mampu bergerak untuk melayani diri sendiri. Ada yang juga dapat melayani diri sendiri dalam kamarnya. Tetapi kondisi penyakitnya amat parah sehingga kondisi fisik sering drop terutama untuk tensi dan energi pernapasannya. Gambaran sekilas itu memang belum lengkap tetapi kiranya sudah bisa untuk membayangkan betapa para karyawan dalam koordinasi dan pengawasan Rm. Hartanta amat disibukkan memperhatikan para rama sepuh. 
  • Kelemahan kondisi kejiwaan. Ada satu rama yang sudah kehilangan orientasi diri. Beliau selalu ingin berjalan ke sana-sini. Daya ingat tinggal amat minim. Untuk beliau ada satu petugas yang harus mengikuti kemanapun karena tanpa pengawasan bisa hilang dan membuat bingung untuk mencarinya. Paling tidak ada 3 orang rama yang sudah tidak mampu berkata-kata untuk mengatakan keadaan dirinya. Maka kalau mengalami sakit karyawan harus berjuang untuk menemukan apa yang dideritanya atau paling tidak bisa merumuskan laporan kepada direktur yang biasanya akan langsung menyerahkan ke RS Panti Rapih. Paling tidak ada 2 rama yang sudah kerap berhalusinasi sehingga memiliki kehendak yang amat tidak rasional. Dan biasanya akan membuatnya marah atau mengalami kekecewaan besar. Ada juga penghuni yang memiliki semangat membantu kesulitan orang lain sehingga selalu diberatkan oleh dorongan mendapatkan hal yang sudah di luar kemampuannya. Orang, yang di rumahnya memiliki orang tua atau nenek/kakek yang sudah amat tua dengan segala kesulitannya, biasa mengatakan orang yang sudah lansia memang seperti itu dengan segala hal yang menyulitkan. Tetapi bersama Rm. Hartanta ada penghuni yang berkata bahwa yang diurus di Domus adalah RAMA-RAMA. Di usia lanjutnya mengalami paling tidak sedikit post power syndrome. Tapi ini hanya penilaian.

No comments:

Post a Comment

Santo Bruno, Pengaku Iman

diambil dari https://www.imankatolik.or.id/kalender/6Okt.html Bruno lahir di kota Koln, Jerman pada tahun 1030. Semenjak kecil ia bercita-ci...