Di Domus Pacis ternyata saya telah menempatkan diri sebagai pewarta kehidupan rumah. Di dalam tulisan ini saya akan membatasi diri dalam pengalaman setelah menjadi penghuni Domus Pacis St. Petrus, Kentungan, semenjak 1 Juni 2021. Kegiatan pewartaan saya jalani dengan tayangan lewat Blog Domus http://domuspacispetrus.blogspot.com. Apa yang tertulis dalam Blog Domus saya informasikan secara singkat lewat WA, e-mail, dan FB. Sebenarnya saya menulis dalam Blog sudah sejak Februari 2013 atas permintaan Rm. Agoeng, yang menjadi pengurus rumah ketika saya masih tinggal di Domus Pacis Puren. Tetapi Blog yang sudah berjalan 7 tahun itu bermasalah sehingga harus memulai Blog baru pada Februari 2021, yang kini saya gunakan. Sebagai sarana baru untuk penayangan, jumlah yang buka memang hanya sedikit. Memang secara pelahan akhirnya dapat jumlah tembus 100 kali. Kebetulan semenjak tinggal di Kentungan pada 1 Juni 2021, saya mencatat jumlah dilihat pada setiap hari. Dari pengalaman hingga tanggal 9 September 2021 saya menemukan hal yang barangkali akan memiliki makna khusus bagi orang lanjut usia (lansia) dalam ber-medsos.
Pengalaman Jumlah Blog Dibuka
Di dalam sharing ini saya mengetengahkan pengalaman jumlah Blog dibuka dari tanggal 1 Juni hingga 26 Agustus 2021 dan 14 hari sesudahnya.
Pengalaman 87 Hari (1 Juni - 26 Agustus 2021)
Selama 87 hari saya menggolongkan dalam 3 kategori jumlah Blog dibuka :
·
kurang 100 :
17 kali
·
tembus 100 :
66 kali
· tembus 200 : 4 kali
Setiap hari saya mengirimkan 3 macam kolom tayangan : Renungan Harian, Historia Domus atau Pastoral Ketuaan, dan Orang Kudus. Untuk Renungan Harian biasanya hanya akan mengalami paling banyak 20 kali dibuka. Demikian pula dengan tayangan Orang Kudus yang amat sulit untuk mendapatkan angka 20. Yang paling banyak dibuka adalah Historia Domus yang berisi kisah peristiwa yang terjadi di rumah Domus Pacis. Sedang Pastoral Ketuaan kerap lebih sedikit dibandingkan dengan Historia Domus.
Pengalaman 14 Hari (27 Agustus - 12 September 2021)
Ada hal yang amat menarik sejak 27 Agustus 2021. Jumlah Blog dibuka bertambah amat banyak dibandingkan sebelumnya.
·
200 lebih :
2 kali
·
300 lebih :
3 kali
·
400 lebih :
7 kali
·
500 lebih : 4 kali
· 600 lebih : 1 kali
Perbedaan rata-rata per hari Blog dibuka
Sebelum 27 Agustus 2021 selama 87 hari saya hanya mengalami 4 kali jumlah Blog dibuka : 233 kali pada 25 Juni, 285 kali pada 26 Juni, 208 kali pada 22 Juli, dan 235 kali pada 24 Agustus. Kemudian sejak 27 Agustus 2021 hingga 14 hari selalu diatas 200 kali. Hal itu terjadi karena saya juga mengirimkan informasi singkat kepada relasi WA secara perorangan. Setiap kiriman selalu saya akhiri dengan tulisan “Lihat” atau “Selengkapnya lihat” kolom dalam Blog Domus (Renungan Harian atau Historia Domus atau Pastoral Ketuaan atau Orang Kudus) dan https://domuspacispetrus.blogspot.com.
Ada perbedaan yang mencolok berkaitan dengan jumlah Blog dibuka selama 87 hari sebelum tanggal 27 Agustu 2021 dan beberapa hari sesudahnya. Dari 1 Juni hingga 26 Agustus 2021 Blog dibuka sebanyak 12.033 kali: 4.672 kali (Juni), 3696 kali (Juli), 5665 kali (1-26 Agustus), Kalau dibuat rata-rata selama 87 hari, setiap hari jumlah dibukanya Blog https://domuspacispetrus.blogspot.com adalah 4.672 kali : 87= 53,7 kali. Kemudian selama 17 hari dari 27 Agustus hingga 12 September 2021 jumlah dibuka ada 7.560 kali, sehingga rata-rata setiap hari 7.560 : 17 = 444,7 kali. Kalau dibadingkan rata-rata per hari selama 87 hari, dalam kurun 17 hari rata-rata per hari mengalami kenaikan 828,11% lebih dari 8 kali lipat.
Sebuah Permenungan
Saya sungguh merasa tertegun ketika mengirimkan tayangan ke setiap no perorangan yang ada dalam WA di HP saya. Hal ini ternyata membawa dampak besaran jumlah pembuka Blog Domus 828,11% atau lebih dari 8 kali lipat. Sebelumnya saya hanya mengirim di 11 grup WA, status WA, 4 grup dan 10 orang dalam e-mail, dan dalam status FB. Kiriman model ini memang menjadi tayangan umum tanpa sasaran orang tertentu. Dalam hal 10 orang yang secara pribadi saya kirimi, saya merasa tak pernah ada respon. Tampaknya 10 orang dan para anggota 4 grup e-mail sudah tidak aktif lagi untuk ber-email. Sementara itu untuk sasaran perorangan dalam WA, saya selalu mendapatkan banyak respon sekalipun hanya dengan kata "Terima kasih". Saya juga menjawab banyak respon dengan kata-kata paling tidak "Berkah Dalem".
Terhadap realitas seperti itu saya bertanya dalam hati: Mengapa sesudah ada pengirima perorangan sambutan terhadap tayangan yang sampaikan menjadi amat banyak untuk orang seperti saya yang bukan selebritis? Mengapa model koordinatif seperti grup-grup tidak membuat efek sekuat itu? Bukankah dalam grup satu klik pengiriman sudah terarah pada nama-nama anggota? Bukankah dalam FB secara praktis juga demikian, karena amat banyak teman FB langsung dapat membacanya?
Merasa-rasakan pertanyaan-pertanyaan itu saya sampai pada pengalaman ketika menayangkan youtube wawancara Fr. Singgih dari Seminari Tinggi Kentungan dengan saya. Dalam hal peranan Bu Rini membuat youtube itu terhitung dibuka oleh banyak penonton. Bahkan jumlah subscribe untuk Fr. Singgih langsung bertambah lebih dari dua kali lipat. Ternyata Bu Rini mengirim satu per satu dari teman-teman WA-nya. Dalam permenungan saya juga teringat dalam pertemuan-pertemuan lansia baik dalam cakupan besar dalam seminar maupun dalam pertemuan kecil dalam paguyuban-paguyuban. Dalam cakupan besar para peserta banyak yang antusias karena mendapatkan kenalan baru dan tidak sedikit yang kemudian saling berkunjung. Dalam pertemuan paguyuban-paguyuban mereka bisa jumpa sahabat-sahabat dan tukar pikiran dan pengalaman. Semua pengalaman ini terjadi karena orang tersentuh hatinya. Yang tidak demikian tampaknya akan bosan dan tidak merasa nyaman. Tanda yang paling jelas orang demikian akan tak datang lagi ikut pertemuan.
Sentuhan dan ikatan hati memang menjadi penentu terjadinya antusiasme hubungan. Hal ini juga terjadi dalam hubungan dengan media sosial. Orang dapat tenggelam dalam gerak-gerak jari menunul HP karena hatinya sedang sambung dengan hati seberang yang juga ber-HP ria. Dalam hal ini dimensi HATI memang amat menentukan terjadinya semangat hidup. Secara religius hal ini dapat ditangkap dengan realitas kehadiran Tuhan yang secara nyata akan terasa kalau ada dua atau tiga orang berjumpa atas nama-Nya (band Mat 18:20). Santa Teresa dan Kalkuta mengatakan bahwa HATI adalah poros dari proses kekudusan. Dalam pengalaman saya, barangkali karena hidup dalam topangan budaya ketimuran, orang akan membangun dan mengembangkan kehidupannya dengan pendekata rasa perasaan. Memang, pikiran dan perasaan serta kehendak adalah daya sentral dalam kehidupan manusia. Tetapi barangkali bagi orang timur perasaan akan menjadi pintu masuk. Dengan demikian pola personal akan mendapat tempat utama.
No comments:
Post a Comment