diambil dari https://www.kompasiana.com/ardalenaromantikaromantika6041/600403b88ede48406a1bfe03
17 Januari 2021 16.30; Diperbarui: 19 Januari 2021 19.53
Growol. Sumber: makananoleholeh.com
Tak akrab di telinga, tapi punya banyak pesona. Begitulah kira-kira kita dapat mendeskripsikan Kabupaten Kulon Progo. Kabupaten kecil ini baru mulai dikenal orang ketika adanya pembangunan Bandara YIA dan slogan "Bela Beli Kulon Progo" beberapa tahun belakangan. Padahal, Kulon Progo memiliki banyak pesona, lebih dari sekadar bandara dan slogan.
Kabupaten ini memiliki berbagai macam makanan khas yang amat unik dan tak akan anda jumpai di daerah lain. Sebut saja geblek, si mungil berbentuk angka 8 dengan rasa yang gurih dan tekstur yang kenyal ini sukses menjadi primadona kuliner Kulon Progo. Jika anda berkunjung ke toko oleh-oleh di Kulon Progo, si mungil inilah yang pertama kali akan ditawarkan.
Namun untuk kali ini bukan geblek yang akan kita bahas. Kita akan berkenalan dengan growol, makanan sumber karbohidrat yang sangat legendaris tapi sayangnya tak banyak diminati. Padahal, makanan ini memiliki banyak khasiat dan menjadi pahlawan pangan jauh sebelum Indonesia merdeka.
Berkenalan dengan Growol
Tak kenal maka tak sayang. Tapi kalaupun memang tak sayang juga tak apa. Asalkan jangan sampai Anda tak kenal dengan makanan unik yang satu ini.
Eksistensi growol tercatat dalam Serat Centhini Jilid V, Pupuh 349 Bait 25-29, tahun 1814. Kala itu, sayur besengek booming sebagai olahan sayur yang digandrungi masyarakat. Sayur ini umumnya dihidangkan dengan nasi. Akan tetapi, uniknya, oleh masyarakat Kulon Progo sayur ini dihidangkan bersama dengan growol.
Dulu, growol berperan sebagai makanan pengganti nasi ketika paceklik tiba. Ketika sawah-sawah kekeringan dan produksi padi menurun, ketela pohon atau singkong menjadi bahan makanan andalan. Hal ini karena ketela dapat hidup dengan baik di daratan yang kering.
Sebagian wilayah Kulon Progo berada di daerah dataran rendah yang panas, sehingga singkong pohon merupakan salah satu komoditas yang utama. Oleh karena itu, bahan baku growol amat melimpah. Dan growol pun menjadi lumbung ketahanan pangan di kala itu.
Cara pembuatan growol terbilang mudah tapi memakan waktu yang tidak sebentar. Bagaimana tidak, dalam proses pembuatannya, ketela pohon atau singkong yang telah dikupas dan dipotong-potong, direndam selama 3 sampai 4 hari berturut-turut. Setelah direndam, ketela pohon atau singkong tersebut dicuci hingga bersih, lalu digiling.
Hasil penggilingan lalu dikukus dan dikemas dalam plastik ataupun keranjang bambu, baru kemudian dihidangkan. Jadi, butuh waktu setidaknya 4 hari untuk memproduksi growol yang siap dikonsumsi. Daya tahan growol sendiri adalah sekitar 4 hari.
Banyak generasi muda yang kurang menyukai makanan ini, karena baunya yang aneh dan rasanya yang hambar, bahkan terkadang muncul rasa asam. Oleh karena itu, mayoritas penggemar growol adalah orang-orang tua yang memang sejak dahulu sudah mengonsumsi makanan olahan ketela ini.
Saat ini, konsumen growol didominasi oleh para lansia dan pengidap diabetes karena makanan ini memiliki kadar glikemik rendah, sehingga direkomendasikan sebagai pengganti nasi. Untuk mengakali rasanya yang hambar, growol biasa dinikmati bersama tempe benguk, srundeng, pentho dan kethak.
Pentho merupakan lauk berbahan dasar kelapa muda dan telur, sedangkan kethak berbahan dasar endapan dari pengolahan minyak kelapa. Dua lauk ini juga merupakan kuliner khas Kulon Progo yang tak kalah menarik untuk kita bahas di lain kesempatan.
Growol Si Sahabat Pencernaan
Tak hanya berperan sebagai makanan pengganti nasi, growol memiliki satu khasiat unik, yakni menjaga kesehatan pencernaan dan berperan penting untuk mencegah diare.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suharni pada tahun 1984, dalam proses fermentasi ketela (saat direndam), tumbuh mikroba Coryneform, Streptococcus, Bacillus, Actinobacter yang kemudian diikuti oleh Lactobacillus dan yeast hingga akhir fermentasi.
Selama proses ini berlangsung, bakteri asam laktat akan mendominasi. Nah, bakteri inilah yang kemudian berperan sebagai probiotik. Apa fungsi dari probiotik? Probiotik dalam growol berperan penting untuk meningkatkan proporsi bakteri baik dalam organ-organ pencernaan.
Di samping itu, kadar serat kasar dalam growol sangat tinggi, dan berfungsi sebagai prebiotik yang akan menjadi makanan bagi probiotik untuk kelangsungan hidupnya di saluran pencernaan (Almatsier, 2007). Yang lebih menarik lagi, probiotik dan prebiotik dalam growol merupakan perpaduan yang bersinergi untuk mempertahankan fungsi saluran pencernaan selalu sehat (Anastasia et al., 2010).
Mengenai khasiat untuk pencegahan diare, sudah ada penelitian yang membuktikannya. Dalam Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Anastasia dan kawan-kawan mengamati data kejadian diare di Puskesmas Galur II Kulon Progo, dan menemukan bahwa kelompok orang yang tidak mengonsumsi growol berpotensi lebih tinggi hingga 4 kali lipat untuk terkena diare dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi growol.
Menurut penelitian tersebut, untuk mencegah diare, growol harus dikonsumsi terus-menerus minimal 6 atau 4 kali dalam seminggu. Semakin sering kita mengonsumsi growol, semakin sehat pencernaan kita, karena ada semakin banyak probiotik di dalam pencernaan.
Namun yang perlu diingat, jangan mengonsumsi secara berlebihan, ya! Bagaimanapun, karena terbuat dari singkong, growol sangat minim kandungan protein. Tetap imbangi konsumsi growol dengan makanan lain yang kaya protein, vitamin, zat besi, dan zat-zat bermanfaat bagi tubuh lainnya.
Dari uraian tersebut, jelaslah bahwa growol memiliki khasiat bagi pencernaan kita. Di samping itu, growol juga efektif untuk Anda yang ingin mengurangi porsi makan, karena memiliki kandungan karbohidrat dan serat yang lebih tinggi dari nasi sehingga menimbulkan rasa kenyang lebih lama.
Kalau dipikir-pikir ternyata konsumsi growol bermanfaat untuk menghemat beras juga, ya!
Di mana Growol dapat Dijumpai?
Bagi Anda yang tertarik untuk mencicipi makanan ini, cukup datang saja ke pasar-pasar tradisional di Kulon Progo. Untuk harganya, growol utuh dijual dengan kisaran harga Rp25.000 hingga Rp30.000. Ada juga growol irisan yang dijual dengan harga Rp3.000 sampai Rp5000.
Growol utuh. Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id
Selain itu, terdapat beberapa wilayah yang menjadi pusat produksi growol. Salah satunya adalah industri growol di Kalurahan Hargomulyo, Kokap. Industri ini bahkan sudah melayani penjualan growol untuk wilayah Jabodetabek.
Growol yang diproduksi pun spesial karena teksturnya lembut dan tidak ada rasa asam sama sekali sehingga cocok untuk menemani sayur, lauk-pauk, hingga susu kental manis. Menarik bukan?
So, buat Anda yang sedang mengunjungi Kulon Progo, jangan sampai melewatkan sensasi mencicipi growol, ya! Untuk yang belum pernah berkunjung, jangan lupa untuk menambahkan growol ke dalam wishlist Anda.
Sekian, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk berkenalan dengan growol. Sampai jumpa!