Wednesday, March 31, 2021

Lamunan Hari Raya

Kamis Putih

Kamis, 1 April 2021

Yohanes 13:1-15

1 Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. 2 Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia. 3 Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. 4 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, 5 kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. 6 Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?" 7 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak." 8 Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku." 9 Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!" 10 Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua. " 11 Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih."  12 Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu?  13 Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. 14 Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; 15 sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.

Butir-butir Permenungan

  • Katanya, orang yang mendekati ajal akan mendapatkan kesempatan terpenuhi yang diinginkan. Misalnya dia bisa minta kehadiran semua anak cucu dan minta makanan yang akan diberikan sekalipun berbahaya untuk kondisi tubuhnya.
  • Katanya, seorang terhukum akan yang dieksekusi mati juga diberikan kesempatan mengajukan permintaan terakhir. Dia juga bisa mendapatkan makanan yang disenangi.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, sekalipun berada di ambang akhir hidup di dunia, orang yang sungguh baik akan berjuang untuk menuntaskan diri dalam menyatakan peduli kasih kepada orang-orang yang biasa hidup bersama dengannya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati, begitu sadar berada dalam keadaan mendekati akhir hidup, orang akan menjauhkan diri dari meminta dilayani berbagai keinginannya tetapi justru akan berusaha menghadirkan keteladanan untuk melayani dengan daya yang ada sekecil apapun. 

Ah, kalau tahu tak berumur panjang orang akan banyak doa agar masuk surga.

Kamis Putih 1 Apr 2021 (Yoh13:1-15; 1Kor 11:23-26)

diambil dari https://unio-indonesia.org/2021/03/30; ilustrasi dari koleksi Blog Domus


Kamis Putih (Yoh 13:1-15; 1Kor 11:23-26)

Rekan-rekan yang baik!
Pada hari Kamis Putih dibacakan kisah pembasuhan kaki para murid (Yoh 13:1-15). Tindakan ini dimengerti Petrus sebagai ungkapan merendah dari gurunya di hadapan para murid. Yesus meluruskan pendapat Petrus tadi sambil mengajarkan hal yang lebih dalam lagi.

Hanya dalam Injil Yohanes sajalah dikisahkan tindakan Yesus membasuh kaki para murid. Memang orang biasa membasuh kaki sendiri sebelum masuk ke ruang perjamuan sebagai ungkapan mau ikut pesta dengan bersih. Hanya tamu yang amat dihormati saja, misalnya seorang guru atau orang yang dituakan, akan dibasuh kakinya. Dan bila dilakukan, akan dijalankan sebelum perjamuan mulai. Hanya pelayan rumah sajalah yang melakukan pembasuhan kaki tetamu, bukan tuan rumah. Injil Yohanes mengubah dan bahkan membongkar peran-peran tadi.

Yesus sang Guru dan tuan rumah itu kini membasuh kaki para muridnya, para tamunya. Apakah dengan demikian hendak disampaikan ia menjalankan peran sebagai hamba, hamba yang diutus dari atas sana, dari Allah sendiri? Menarik. Ini bisa menjadi dasar spiritualitas pengabdian sang hamba yang terungkap dalam syair-syair Ebed Yahwe (Yes 42:1-4; 49:1-6; 50:4-11, terutama 52:13-53:12). Tetapi tak usah kita tergesa-gesa ke sana. Mari kita amati lebih lanjut terlebih dahulu peristiwa yang dikisahkan Yohanes. Pembasuhan ini terjadi selama perjamuan sendiri, bukan sebelum, seperti lazim dilakukan orang. Tidak biasa. Boleh jadi Yohanes memang sengaja ingin menyampaikan hal-hal yang tidak lazim sehingga pembacanya mulai memikir-mikirkan apa gerangan maksudnya. Bila begitu, pembasuhan kaki di sini boleh jadi bukan ditampilkan sebagai tanda memasuki perjamuan dengan kaki bersih, atau ungkapan pengabdian serta kerendahan hati yang membasuh, melainkan guna menandai hal lain. Apa itu? Baiklah didekati kekhususan Yohanes dalam mengisahkan kejadian-kejadian terakhir dalam hidup Yesus.

Yohanes menceritakan hari-hari terakhir Yesus dengan cara yang agak berbeda dengan ketiga Injil lainnya. Dalam Injil Markus, Matius dan Lukas, kedatangan Yesus ke Yerusalem mengawali peristiwa-peristiwa yang membawanya masuk ke dalam penderitaan, kematian dan kebangkitannya nanti, termasuk di dalamnya perjamuan Paskah. Yohanes lain. Kedatangan Yesus ke Yerusalem dan pembersihan Bait Allah dipisahkan dari peristiwa salib dan kebangkitan. Bagi Yohanes, serangkaian kejadian yang berakhir dengan kebangkitan itu justru berawal pada perjamuan malam terakhir. Berbeda juga dengan ketiga Injil lainnya, perjamuan ini bukan perjamuan Paskah, melainkan perjamuan malam yang diadakannya sebelum Paskah. Bagi Yohanes, Paskah yang baru akan terjadi dalam ujud pengorbanan Yesus di salib.

Ditekankan oleh Yohanes bahwa Yesus sungguh menyadari dirinya “datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah” (ay. 3). Karena itu mereka yang mengenalnya akan mengenali Yang Ilahi dari dekat. Ini semua diajarkan Yesus kepada para murid terdekat pada perjamuan malam terakhir itu dengan membasuh kaki mereka. Dia yang sadar berasal dari Allah dan sedang kembali menuju kepada-Nya ingin menunjukkan bahwa orang-orang terdekat itu sedemikian berharga, sedemikian terhormat.

Lebih dari itu, ia ingin berbagi “asal dan tujuan” – dari siapa dan menuju ke siapa – dengan orang-orang yang paling dekat ini. Inilah yang dimaksud dengan mengasihi “sampai pada kesudahannya” (ay. 1). Tidak setengah-setengah melainkan sampai saat tujuan kedatangannya terlaksana, yakni membawa manusia ke dekat Allah, pengasal terang dan kehidupan sendiri. Berbagi asal dan tujuan itu cara Yohanes mengutarakan bagaimana Yesus berbagi kehidupan seutuh-utuhnya dengan pengikut-pengikutnya. Sekaligus terasa ada ajakan bahwa mengikuti Yesus bukan sekadar menyertainya sebentar-sebentar, dari sini sampai situ, melainkan dari awal hingga akhir. Justru dengan demikian manusia akan menjadi manusia sempurna.

Petrus terheran-heran dan tak bisa menerima gurunya membasuh kakinya. Murid yang serba spontan ini melihat gurunya melakukan tindakan merendah. Hanya itulah yang dilihatnya. Ia terlalu berakar dalam kerohaniannya sendiri. Yang hendak diberikan Yesus ialah sesuatu yang baru yang belum berkembang dalam diri para pengikutnya, bahkan yang paling dekat seperti Petrus sendiri. Yesus mengatakan bahwa kelak ia akan mengerti walaupun kini belum menangkapnya (ay. 6-7). Petrus belum puas dan bersikeras menolak dibasuh kakinya oleh gurunya itu. Mari kita dengar penjelasan Yesus sendiri kepada Petrus dan kepada siapa saja yang merasa seperti Petrus di hadapan Yesus sore ini.

Yesus menjelaskan, “Jikalau aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam aku.” (ay. 8). Dia yang sadar bahwa “asal dan tujuan”-nya ialah Allah sendiri itu (ay. 3) kini hendak berbagi kehidupan dengan para murid! Bila asal dan akhir itu Allah sendiri, tentunya yang dimaksud ialah Allah sumber terang, sumber kehidupan. Utusannya datang ke dunia yang masih berada dalam ancaman kuasa gelap untuk membawa kembali orang-orang yang dekat padanya kembali ke sumber terang, kepada Allah, ke sumber kehidupan sendiri. Bila bisa dipakai istilah dalam budaya rohani Nusantara, maka berbagi “sangkan paran” kehidupan yang dilakukan Yesus menjadi jalan keselamatan bagi manusia.

Yesus juga menegaskan bahwa pembasuhan kaki dengan makna seperti di atas itu disampaikan sebagai teladan bagi para murid, agar mereka berbuat seperti itu satu sama lain (ay. 15), dengan maksud saling berbagi pengertian “dari mana dan ke mananya hidup ini”, pengertian yang sudah mulai diterima dari perjumpaan dengan sang Guru kehidupan tadi. Meneladan bukan sekadar untuk meniru, melainkan upaya untuk menghidupi kepercayaan bahwa Yesus itu datang dari Allah dan pulang kepada-Nya setelah berhasil memperkenalkan siapa Allah itu sesungguhnya. Bila demikian, rasa-rasanya memang ada sesuatu yang lebih dalam yang hendak dicapai dengan sikap saling melayani.

Boleh dikatakan, saat itulah lahir kumpulan orang yang hidup berbekal sikap Yesus yang menganggap sesama sedemikian berharga sehingga pantas dilayani dan dihormati. Inilah Gereja dalam ujudnya yang paling rohani, paling spiritual. Dalam arti inilah Gereja berbagi “asal dan tujuan” dengan Yesus sendiri. Kehidupan Gereja yang berpusat pada ekaristi baru bisa utuh bila dihidupi oleh bekal yang diberikan Yesus tadi. Hanya dengan cara itu Gereja akan tetap memiliki integritas. Memang kaum beriman masih berada di dunia, masih berada dalam kancah pergulatan dengan kekuatan-kekuatan gelap, tetapi arahnya jelas, ke asal dan tujuan tadi: ke sumber terang sendiri bersama dengan dia yang diutus oleh-Nya.

Karena itu tak perlu heran bila para murid tidak semuanya bersih. Yesus berkata dalam ay. 11 “Tidak semua kamu bersih.” Kata-kata itu tak usah ditangkap sebagai celaan atau peringatan melainkan sebagai pengakuan bahwa masih ada kekuatan-kekuatan gelap yang dapat menyesatkan orang yang berkehendak baik sekalipun. Kekuatan ini menghalangi orang untuk melihat dan mendalami “dari mana dan ke mananya” hidup ini. Tetapi nanti pada saat ia kembali kepada Allah, kekuatan ilahi akan tampil dengan kebesarannya dan saat itu jelas kekuatan-kekuatan gelap tidak lagi menguasai meskipun tetap dapat menyakitkan. Penderitaan tidak akan memporakperandakan kumpulan orang-orang yang percaya kepadanya. Malah menguatkan harapan. Inilah yang diajarkan pada hari ini.

DARI BACAAN KEDUA: 1Kor 11:23-26

Paulus mengajak umat  di Korintus untuk semakin  menyadari kenyataan rohani dari upacara ibadat ekaristi yang biasa  mereka jalankan. Dalam beberapa kesempatan, di Korintus kiranya terjadi hal-hal yang kurang pantas, seperti menjalankan ibadah  ekaristi  seperti pesta makan minum belaka. Memang ekaristi berkembang dari upacara dengan perjamuan di kalangan Yahudi untuk merayakan iman turun temurun mereka dibawa keluar dari penderitaan di Mesir. Di kalangan umat kristiani, kemudian ekaristi dirayakan untuk menghadirkan  kembali  ingatan akan tindakan Yesus dalam membangun komunitas para pengikutnya pada perjamuan malam sebelum ia mengalami salib. Oleh karena itu Paulus menggarisbawahi kekhidmatan perjamuan ekaristi dan berusaha agar umat tidak menyamakan dengan perjamuan makan biasa yang dikenal orang Korintus. Ini konteks petikan tadi, bisa dibaca pada 1Kor 11:7-22.

Pada awal petikan kali ini, yakni ay. 23, Paulus menandaskan kembali kekeramatan ekaristi yang berasal dari Yesus sendiri – sebagai orang Yahudi, Yesus tentunya merayakan perjamuan makan cara Yahudi, yakni memperingati tindakan pembebasan umat Perjanjian Lama dari Mesir tadi. Tetapi ditegaskan Paulus juga kebaruan ekaristi yang dirayakan Yesus sebelum mengalami salib tadi, yakni bahwa ia telah memberikan dirinya – tubuhnya bagi orang  banyak  (ay. 24) dan telah memeteraikan, meresmikan perjanjian yang baru (yakni perjanjian keselamatan orang banyak sekarang) dengan darahnya – maksudnya, hidupnya. Jadi kehidupan yang dikorbankan bagi orang banyak, itulah yang jadi pokok yang dirayakan dalam perjamuan ekaristi. Begitu Paulus. Ini juga kenyataan pengorbanan Yesus yang diingat para pengikutnya – maksudnya dipegang  dalam batin dan kesadaran – sampai “ia datang”. Maksudnya sampai pengorbanan yang sudah dijalankannya itu mencapai kepenuhannya, sampai orang banyak mengalami penyelamatan utuh. Ada ajakan untuk memberitakan pengorbanan yang membawakan penyelamatan seperti ini (ay. 26)

Salam hangat,
A. Gianto

Beata Yohana de Toulouse

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 05 Agustus 2013 Diperbaharui: 24 Mei 2017 Hits: 4016

  • Perayaan
    31 Maret
  •  
  • Lahir
    Tidak ada catatan
  •  
  • Kota asal
    Tuolouse - Perancis
  •  
  • Wafat
  •  
  • Tahun 1286 | Oleh sebab alamiah
  •  
  • Beatifikasi
    11 February 1895 oleh Paus Leo XIII
  •  
  • Kanonisasi

Pada tahun 1260, beberapa biarawan Karmel bersama pemimpin mereka yang termashur, Santo Simon Stock, datang ke Perancis dan mendirikan biara Karmel di Tolouse dan Bordeaux.

Seorang wanita saleh mohon bertemu dengannya. Wanita tersebut memperkenalkan diri hanya sebagai Yohana. Dengan sungguh-sungguh ia bertanya kepada imam, “Bolehkah saya bergabung dengan Ordo Karmel sebagai seorang awam?” St.Simon Stock adalah pemimpin ordo yang mempunyai wewenang untuk mengabulkan permohonan Yohana. Ia mengatakan “ya”. Dan Yohana pun menjadi anggota ordo ketiga Karmel (karmelit awam) yang pertama. Ia menerima jubah Ordo Karmel dan di hadapan St. Simon Stock, Yohana mengucapkan kaul.

Yohana melanjutkan kehidupannya yang tenang serta bersahaja di rumahnya sendiri. Ia berusaha sekuat tenaga untuk senantiasa mentaati regula (=peraturan-peraturan biara) Karmelit sepanjang hidupnya. Setiap hari ia ikut ambil bagian dalam Misa dan ibadat-ibadat di gereja Karmel. Sesudah itu, ia mengisi harinya dengan mengunjungi mereka yang miskin, yang sakit serta yang kesepian. Ia melatih para putera altar. Ia memberikan pertolongan kepada mereka yang jompo serta yang tak berdaya dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan. Yohana berdoa bersama mereka serta membangkitkan semangat banyak orang dengan percakapannya yang riang gembira.

Yohana menyimpan gambar Yesus tersalib dalam sakunya. Itulah “buku”-nya. Sewaktu-waktu ia akan mengeluarkan gambar tersebut dari sakunya serta memandanginya. Matanya bersinar-sinar. Orang mengatakan bahwa Yohana membaca suatu pelajaran baru yang mengagumkan setiap kali ia memandangi gambarnya.

Tuesday, March 30, 2021

WKRI Ranting Wedi

"Siang Romo. Nyuwun pirso. Romo2 sepuh. Lenggah ipun sakmenikho wonten pundi Romo? Bsk perwakilan Ibu2 Wk Ri. Bade sowan. 5 orang"(Selamat siang, rama. Mau tanya. Sekarang rama-rama tua tinggal dimana? Besok perwakilan ibu-ibu WKRI akan berkunjung. 5 orang). Itu adalah pesan WA dari Ibu Kustini dari Paroki Wedi untuk Rm. Bambang yang diterima pada Senin siang 29 Maret 2021 jam 13.33. Rm. Bambang menjawab "Taksih wonten Puren Pringwulung. Jam pinten buuuu?" (Masih di Puren, Pringwulung, bu. Akan datang jam berapa?) yang mendapat tanggapan dari Bu Kustini "Sekeconipun jm pinten Romo? Angkah e rencang2 jm 11 saking Wedi." (Sebaiknya jam berapa, rama? Kami merencanakan bersama teman-teman dari Wedi jam 11.00). Rm. Bambang akhirnya memberikan keterangan "Jam 12.00 nembe nedha siang. Yen pun rawuh nengga nggih? ha ha ha" (Pada jam 12.00 rama-rama mulai makan siang. Maka kalau sudah datang, mohon menunggu ya ha ha ha). 


Itulah yang melatarbelakangi mengapa ketika makan siang Selasa 30 Maret 2021 Rm. Bambang meminta karyawan "Engko njaluk tulung siapke kursi lima nek ana tamu teka, ya" (Minta tolong. Nanti kalau ada tamu datang untuk disiapkan 5 buah kursi). Ternyata pada sekitar jam 12.45 Mas Fallah datang ke kamar Rm. Bambang dan berkata "Tamune pun sami dhateng, rama" (Rama, tamu-tamu sudah datang). Yang datang benar ada 5 orang ibu. Mereka mengenakan seragam yang katanya seragam Wanita Katolik RI Jawa Tengah. Lima ibu ini mewakili Wanita Katolik RI Ranting Wedi. Kedatangan mereka karena mendapatkan titipan dana dari tamu Wanita Katolik RI Jakarta untuk para rama Domus. Kebetulan Rm. Hartanta, direktur Domus yang baru saja pergi melayat, datang dan langsung dipanggil Rm. Bambang untuk bergabung. Rm. Bambang memperkenalkan ke ibu-ibu bahwa Rm. Hartanta adalah Direktur Domus Pacis. Maka ibu-ibu langsung memberikan dana yang dibawa ke Rama Direktur. Kepada ibu-ibu karyawan menghidangkan teh panas.

Lamunan Pekan Suci

Rabu, 31 Maret 2021

Matius 26:14-25

14 Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. 15 Ia berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. 16 Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.

17 Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?" 18 Jawab Yesus: "Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku." 19 Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah. 20 Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu. 21 Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku." 22 Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: "Bukan aku, ya Tuhan?" 23 Ia menjawab: "Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. 24 Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan." 25 Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: "Bukan aku, ya Rabi?" Kata Yesus kepadanya: "Engkau telah mengatakannya."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, ada gambaran untuk menghayati kekudusan orang harus beragama. Di dalam agama orang mendapatkan banyak fasilitas dan tatacara hidup yang membuahkan kesucian.
  • Tampaknya, ada gambaran makin rajin dan taat menjalani kewajiban beragama orang akan makin mulus dalam menggapai kekudusan. Karena dengan beragama orang secara otomatis sudah menghayati hidup ilahi.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun aktif dan taat beragama, kalau ruang jiwanya sarat akan nafsu duniawi sehingga mata batinnya amat mata duwitan, orang bisa bertindak sebagai pengkhianat ilahi dalam nurani. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan selalu menjaga suara batinnya yang sekalipun rajin beragama dapat tetap tervirusi kenikmatan roh jahat.

Ah, kalau sudah beragama hidup akan terjaga dari kejahatan.

Santa Irene dari Roma

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 04 April 2017 Diperbaharui: 19 April 2017 Hits: 6234

  • Perayaan
    30 Maret
  •  
  • Lahir
    Hidup pada akhir abad ke-3
  •  
  • Kota asal
    Roma, Italia
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir | Dihukum mati di Roma pada tahun 288 M
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Santa Irene bersama suaminya Santo Castulus adalah pasangan suami-isteri kudus yang hidup di kota Roma pada masa pemerintahan Kaisar Diokletianus (kaisar Romawi tahun 284 – 305). Bersama Santo Tiburtius, Castulus dan Irene berkarya memberikan perlindungan bagi umat Kristen di Roma yang saat itu dikejar-kejar oleh pasukan kerajaan. Diantara mereka yang dilindunginya terdapat Santo Markus dan Santo Marcellianus (dari Roma), dua orang saudara kembar yang dikemudian hari juga tewas menjadi martir Kristus.   

Santo Tiburtius kemudian tertangkap dan tewas dihukum mati bersama saudaranya Santo Valerianus. Suaminya Castulus juga tertangkap setelah dikhianati oleh seorang kristen yang murtad bernama Torquatus. Castulus dibelenggu dan dibawa ke hadapan prefek (walikota) Roma bernama Fabianus. Ia kemudian disiksa lalu dieksekusi mati dengan cara dikubur hidup-hidup dalam sebuah lubang pasir, di Via Labicana disebelah tenggara kota Roma.

Setelah kemartiran suaminya yang terjadi pada tahun 286 M, Irene tetap melanjutkan karyanya. Ia memberi perlindungan kepada umat Kristen dan berupaya memberi penguburan yang layak bagi para martir yang tewas di tangan para algojo atau tewas mengenaskan dalam arena Gladiator karena dicabik-cabik binatang buas.

Saat Santo Sebastianus tertangkap dan dihukum mati, Irene berhasil memperoleh tubuh perwira tersebut untuk dimakamkan dengan layak. Namun ia menemukan Sebastianus ternyata masih hidup walau disekujur tubuhnya tertancap puluhan anak panah. Ia membawa Sebastianus ke rumah perlindungan dan mengobati luka-lukanya. Setelah Sebastianus pulih, Irena membujuknya agar menyelamatkan diri keluar kota. Namun Sebastianus tidak hendak melarikan diri. Ia malah mendatangi Kaisar Diokletianus dan mendesaknya untuk menghentikan penganiayaan terhadap umat Kristiani. Keberaniannya ini membuat ia kembali ditangkap, didera lalu dipengggal lehernya.

Menyusul kemartiran Sebastianus, Irene juga ditangkap dan dihukum mati sebagai martir Kristus yang jaya. Kemartiran mereka terjadi pada sekitar tahun 288 M. Kisah santa Irene menyelamatkan Santo Sebastianus menjadi subyek lukisan para pelukis kenamaan dari masa ke masa.(qq)

Monday, March 29, 2021

Rama Domus Ikut Mengecap Rekoleksi


Pada makan siang Senin 29 Maret 2021 Rm. Hartanta, direktur Domus Pacis, memberikan sebuah pengumuman: "Mangke misa wiwit jam gangsal sing mimpin biasa Rm. Yadi. Bibar misa jam setengah enem lajeng wonten rekoleksi. Sing mboten badhe tumut saget lenggahan wonten kamar. Jam setengah pitu nedha dalu" (Nanti misa dimulai jam 5 sore dipimpin oleh Rm.Yadi yang biasa punya urutan pada hari Senin. Jam 17.30 ada rekoleksi. Yang tidak ingin ikut bisa kembali ke kamar. Jam 18.30 makan malam). Misa komunitas Domus Pacis sebenarnya biasa jam 18.00. Tetapi pada Senin sore dan Selasa pagi ada Rekoleksi Persiapan Pembaruan Janji Imamat dan Perayaan Ekaristi Pemberkatan Minyak Krisma. Maka misa komunitas diajukan ke jam 17.00. Pelaksanaan rekoleksi yang didampingi oleh Rm. BS Mardiatmadja SJ untuk hari Senin berlangsung 90 menit dari jam17.30 hingga 19.00. Tetapi untuk para rama lansia di Domus Rm. Hartanta memutuskan untuk tidak ikut secara utuh, karena makan malam tetap dijalankan pada jam 18.30.

Misa komunitas yang dijadualkan pada jam 18.00 biasa terjadi tidak tepat waktu. Ketidaktepatan waktu untuk para rama tidak berarti terlambat lebih dari jam sesuai jadual. Untuk Domus Pacis tidak tepat waktu berarti selalu diawali sebelum jam jadual. Para rama biasa sudah siap antara 15 hingga 10 menit sebelum jam 18.00. Dan kalau semua sudah ada, rama yang bergiliran memimpin langsung memulai. Pada sore sebelum jam 17.00 Rm. Yadi juga sudah mulai pada jam 16.50. Selain para rama ada 3 orang ibu relawan yang ikut, yaitu Bu Riwi, Bu Rini, dan Bu Titik Waluyanti. Sesudah misa Rm. Hartanta dan Mas Hari menyiapkan tayangan rekoleksi dalam jaringan zoom dengan televisi besar 63in. Ini adalah TV yang sedianya untuk ruang rekreasi di Domus Pacis Santo Petrus Kentungan. Ternyata,kecuali Rm. Tri Wahyono, semua rama yang biasa misa dan makan bersama ikut rekoleksi. 

Ketika tayangan rekoleksi sudah sambung, acaranya baru pengantar. Di sini 3 orang ibu meninggalkan kapel karena tidak mengikuti rekoleksi. Rm. Mardiatmadja kemudian menyampaikan refleksinya dengan model narasi yang terpusat pada sekitar penghayatan iman Santo Yusup dan kenangan pengalaman di Keuskupan Agung Semarang ketika Rm. Soegijopranata SJ menjadi imam di Bintaran. Model kehidupan jemaat Kring atau Lingkungan menjadi tanda terbukanya Gereja dan masyarakat desa dan kampung sekitarnya. Di sini terjalinlah kehidupan bersama "imamat umum" (semua orang yang beriman kepada Kristus dengan pembaptisan) dan "imamat tahbisan" (kaum hirarki). Ketika sampai pada bagian tanya jawab dan atau sharing pengalaman, para rama Domus mengundurkan diri dan menuju kamar makan. Rekoleksi daring ini diteruskan pada hari Selasa 29 Maret 2021 dari jam 08.30 hingga 12.30 dengan jeda istirahat jam 10.30-11.00. Acara yang ditayangkan lewat TV dari jam 08.30-10.45. Rm. Ria dan Rm. Priyanto datang sesudah 30 menit mulai. Sedang Rm. Suntara, Rm. Tri Haartono dan Rm. Jaya meninggalkan kapel pada selewat jam 10.00. Yang tetap ada di kapel sampai selesai adalah Rm. Harto, Rm.Yadi, Rm. Ria, Rm. Pri, Rm. Bambang, dan Rm. Hartanta. 

Lamunan Pekan Suci

Selasa, 30 Maret 2021

Yohanes 13:21-33.36-38

21 Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku."  22 Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya .  23 Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya.  24 Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata: "Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!"  25 Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, siapakah itu? " 26 Jawab Yesus: "Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti , sesudah Aku mencelupkannya." Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot.  27 Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera."  28 Tetapi tidak ada seorangpun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas.  29 Karena Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin.  30 Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam. 

31 Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: "Sekarang Anak Manusia  dipermuliakan  dan Allah dipermuliakan di dalam Dia.  32 Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. 33 Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu. 

36 Simon Petrus berkata kepada Yesus: "Tuhan, ke manakah Engkau pergi?" Jawab Yesus: "Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku."  37 Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!"  38 Jawab Yesus: "Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, keluarga biasa digambarkan sebagai model kebersamaan yang membuat para anggota saling peduli satu sama lain. Sekonflik apapun terjadi antar anggota keluarga, satu sama lain tak akan tega untuk membiarkan bahaya kematian mengancam.
  • Tampaknya, ikatan orang-orang yang saling bersahabat kerap digambarkan memiliki keeratan sama bahkan melebihi ikatan keluarga. Para anggota dalam kelompok persahabatan akan melindungi satu sama lain dari ancaman.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun sudah hidup bersama sepenanggungan senasib, kalau ada yang bersikap egoistik penuh keserakahan duniawi, dia dapat saja tega mencelakakan sahabat atau keluarga sendiri dan bekerjasama dengan pihak musuh. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa bisa saja dari lingkungan sendiri dalam kekerabatan keluarga atau persahabatan ada yang menjadi penyebab penderitaan yang penuh kesengsaraan.

Ah, kalau sudah berhubungan dekat tak mungkin terjadi pencelakaan.

Santo Berthold

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 29 Maret 2015 Diperbaharui: 19 Oktober 2020 Hits: 6457

  • Perayaan
    29 Maret
  •  
  • Lahir
    Sekitar tahun 1155
  •  
  • Kota asal
    Limoges, Perancis
  •  
  • Wilayah karya
    Yerusalem - Israel
  •  
  • Wafat
  •  
  • Tahun 1195 di Gunung Karmel Israel - Sebab alamiah
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Bila anda memiliki informasi tentang Kanonisasi Santo Berthold; dimohon menghubungi admin; Terimakasih.

Santo Berthold Calabria (Perancis Berthold de Malifaye) awalnya adalah seorang Crusaders (Tentara Kristen dalam Perang Salib) yang berangkat ke Yerusalem untuk bertempur membebaskan kota itu dari tangan bangsa Muslim Saracen. Namun saat berada di Anthiokia, Berthold menerima penglihatan dari Tuhan kita Yesus Kristus yang menuntunnya meninggalkan dunia kemiliteran dan menjadi seorang pertapa di Gunung Karmel.

Pada saat itu, ada sejumlah pertapa yang tersebar di seluruh wilayah Israel, dan Berthold mengumpulkan mereka bersama-sama, mendirikan sebuah komunitas pertapa yang menetap di puncak Gunung Karmel, dan menjadi Abbas mereka yang pertama. Komunitas kecil pertapa inilah yang dikemudian hari menjadi cikal-bakal dari Ordo Karmel.

Komunitas pertapa ini kemudian membangun sebuah biara dan gereja di Gunung Karmel dan mendedikasikan biara dan gereja tersebut untuk menghormati Nabi Elia, yang pernah mengalahkan nabi-nabi Baal di gunung tersebut (1Raj 18:20-46). Santo Berthold menjalani seluruh sisa umurnya di Gunung tersebut, dan memimpin komunitas pertapa yang telah dikumpulkannya selama empat puluh lima tahun sampai pada hari kematiannya ditahun 1195.

Teladan dan cara hidup suci dari para pertapa di Gunung Karmel menarik minat banyak pencari Tuhan untuk menggabungkan diri. Dan semakin hari jumlah mereka semakin bertambah. Pada tahun 1207, Santo Brocardus, yang menjadi pemimpin para Karmelit menggantikan Berthold, meminta Patriark Yerusalem, Santo Albertus dari Yerusalem, untuk menyusun sebuah aturan hidup membiara mereka. Aturan hidup yang disebut Regula Karmel atau Regula Santo Albertus ini selesai ditulis pada tahun 1210, dan disahkan oleh Paus Honorius III pada tahun 1226. Regula tersebut telah menjadi pedoman hidup bagi para Karmelit sampai hari ini.

Sunday, March 28, 2021

Mengenal Growol, Makanan Khas Kulon Progo yang Sepi Peminat tapi Banyak Khasiat

diambil dari https://www.kompasiana.com/ardalenaromantikaromantika6041/600403b88ede48406a1bfe03

17 Januari 2021 16.30; Diperbarui: 19 Januari 2021  19.53


                                                                             Growol. Sumber: makananoleholeh.com

Tak akrab di telinga, tapi punya banyak pesona. Begitulah kira-kira kita dapat mendeskripsikan Kabupaten Kulon Progo. Kabupaten kecil ini baru mulai dikenal orang ketika adanya pembangunan Bandara YIA dan slogan "Bela Beli Kulon Progo" beberapa tahun belakangan. Padahal, Kulon Progo memiliki banyak pesona, lebih dari sekadar bandara dan slogan. 

Kabupaten ini memiliki berbagai macam makanan khas yang amat unik dan tak akan anda jumpai di daerah lain. Sebut saja geblek, si mungil berbentuk angka 8 dengan rasa yang gurih dan tekstur yang kenyal ini sukses menjadi primadona kuliner Kulon Progo. Jika anda berkunjung ke toko oleh-oleh di Kulon Progo, si mungil inilah yang pertama kali akan ditawarkan.

Namun untuk kali ini bukan geblek yang akan kita bahas. Kita akan berkenalan dengan growol, makanan sumber karbohidrat yang sangat legendaris tapi sayangnya tak banyak diminati. Padahal, makanan ini memiliki banyak khasiat dan menjadi pahlawan pangan jauh sebelum Indonesia merdeka.

Berkenalan dengan Growol

Tak kenal maka tak sayang. Tapi kalaupun memang tak sayang juga tak apa. Asalkan jangan sampai Anda tak kenal dengan makanan unik yang satu ini.

Eksistensi growol tercatat dalam Serat Centhini Jilid V, Pupuh 349 Bait 25-29, tahun 1814. Kala itu, sayur besengek booming sebagai olahan sayur yang digandrungi masyarakat. Sayur ini umumnya dihidangkan dengan nasi. Akan tetapi, uniknya, oleh masyarakat Kulon Progo sayur ini dihidangkan bersama dengan growol.

Dulu, growol berperan sebagai makanan pengganti nasi ketika paceklik tiba. Ketika sawah-sawah kekeringan dan produksi padi menurun, ketela pohon atau singkong menjadi bahan makanan andalan. Hal ini karena ketela dapat hidup dengan baik di daratan yang kering.

Sebagian wilayah Kulon Progo berada di daerah dataran rendah yang panas, sehingga singkong pohon merupakan salah satu komoditas yang utama. Oleh karena itu, bahan baku growol amat melimpah. Dan growol pun menjadi lumbung ketahanan pangan di kala itu.

Cara pembuatan growol terbilang mudah tapi memakan waktu yang tidak sebentar. Bagaimana tidak, dalam proses pembuatannya, ketela pohon atau singkong yang telah dikupas dan dipotong-potong, direndam selama 3 sampai 4 hari berturut-turut. Setelah direndam, ketela pohon atau singkong tersebut dicuci hingga bersih, lalu digiling. 

Hasil penggilingan lalu dikukus dan dikemas dalam plastik ataupun keranjang bambu, baru kemudian dihidangkan. Jadi, butuh waktu setidaknya 4 hari untuk memproduksi growol yang siap dikonsumsi. Daya tahan growol sendiri adalah sekitar 4 hari.

Banyak generasi muda yang kurang menyukai makanan ini, karena baunya yang aneh dan rasanya yang hambar, bahkan terkadang muncul rasa asam. Oleh karena itu, mayoritas penggemar growol adalah orang-orang tua yang memang sejak dahulu sudah mengonsumsi makanan olahan ketela ini. 

Saat ini, konsumen growol didominasi oleh para lansia dan pengidap diabetes karena makanan ini memiliki kadar glikemik rendah, sehingga direkomendasikan sebagai pengganti nasi. Untuk mengakali rasanya yang hambar, growol biasa dinikmati bersama tempe benguk, srundeng, pentho dan kethak.

Pentho merupakan lauk berbahan dasar kelapa muda dan telur, sedangkan kethak berbahan dasar endapan dari pengolahan minyak kelapa. Dua lauk ini juga merupakan kuliner khas Kulon Progo yang tak kalah menarik untuk kita bahas di lain kesempatan.

Growol Si Sahabat Pencernaan

Tak hanya berperan sebagai makanan pengganti nasi, growol memiliki satu khasiat unik, yakni menjaga kesehatan pencernaan dan berperan penting untuk mencegah diare.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suharni pada tahun 1984, dalam proses fermentasi ketela (saat direndam), tumbuh mikroba Coryneform, Streptococcus, Bacillus, Actinobacter yang kemudian diikuti oleh Lactobacillus dan yeast hingga akhir fermentasi.

Selama proses ini berlangsung, bakteri asam laktat akan mendominasi. Nah, bakteri inilah yang kemudian berperan sebagai probiotik. Apa fungsi dari probiotik? Probiotik dalam growol berperan penting untuk meningkatkan proporsi bakteri baik dalam organ-organ pencernaan. 

Di samping itu, kadar serat kasar dalam growol sangat tinggi, dan berfungsi sebagai prebiotik yang akan menjadi makanan bagi probiotik untuk kelangsungan hidupnya di saluran pencernaan (Almatsier, 2007). Yang lebih menarik lagi, probiotik dan prebiotik dalam growol merupakan perpaduan yang bersinergi untuk mempertahankan fungsi saluran pencernaan selalu sehat (Anastasia et al., 2010).

Mengenai khasiat untuk pencegahan diare, sudah ada penelitian yang membuktikannya. Dalam Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Anastasia dan kawan-kawan mengamati data kejadian diare di Puskesmas Galur II Kulon Progo, dan menemukan bahwa kelompok orang yang tidak mengonsumsi growol berpotensi lebih tinggi hingga 4 kali lipat untuk terkena diare dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi growol.

Menurut penelitian tersebut, untuk mencegah diare, growol harus dikonsumsi terus-menerus minimal 6 atau 4 kali dalam seminggu. Semakin sering kita mengonsumsi growol, semakin sehat pencernaan kita, karena ada semakin banyak probiotik di dalam pencernaan.

Namun yang perlu diingat, jangan mengonsumsi secara berlebihan, ya! Bagaimanapun, karena terbuat dari singkong, growol sangat minim kandungan protein. Tetap imbangi konsumsi growol dengan makanan lain yang kaya protein, vitamin, zat besi, dan zat-zat bermanfaat bagi tubuh lainnya.

Dari uraian tersebut, jelaslah bahwa growol memiliki khasiat bagi pencernaan kita. Di samping itu, growol juga efektif untuk Anda yang ingin mengurangi porsi makan, karena memiliki kandungan karbohidrat dan serat yang lebih tinggi dari nasi sehingga menimbulkan rasa kenyang lebih lama.

Kalau dipikir-pikir ternyata konsumsi growol bermanfaat untuk menghemat beras juga, ya!

Di mana Growol dapat Dijumpai?

Bagi Anda yang tertarik untuk mencicipi makanan ini, cukup datang saja ke pasar-pasar tradisional di Kulon Progo. Untuk harganya, growol utuh dijual dengan kisaran harga Rp25.000 hingga Rp30.000. Ada juga growol irisan yang dijual dengan harga Rp3.000 sampai Rp5000.


Growol utuh. Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id

Selain itu, terdapat beberapa wilayah yang menjadi pusat produksi growol. Salah satunya adalah industri growol di Kalurahan Hargomulyo, Kokap. Industri ini bahkan sudah melayani penjualan growol untuk wilayah Jabodetabek.

Growol yang diproduksi pun spesial karena teksturnya lembut dan tidak ada rasa asam sama sekali sehingga cocok untuk menemani sayur, lauk-pauk, hingga susu kental manis. Menarik bukan?

So, buat Anda yang sedang mengunjungi Kulon Progo, jangan sampai melewatkan sensasi mencicipi growol, ya! Untuk yang belum pernah berkunjung, jangan lupa untuk menambahkan growol ke dalam wishlist Anda.

Sekian, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk berkenalan dengan growol. Sampai jumpa!

Lamunan Pekan Suci

Senin, 29 Maret 2021

Yohanes 12:1-11

1 Enam hari sebelum Paskah  Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati.  2 Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus.  3 Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.  4 Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata:  5 "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?"  6 Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas  yang dipegangnya.  7 Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku.  8 Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu."

9 Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati.  10 Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga,  11 sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.

Butir-butir Perpenungan

  • Tampaknya, kemiskinan memang menjadi realita. Maka tidak mengherankan kalau berbagai gerakan dan kegiatan pengentasan kaum miskin menjadi keutamaan sosial.
  • Tampaknya, kegiatan-kegiatan bagi kaum miskin banyak terjadi di kalangan masyarakat luas dan dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Perhatian ke panti-panti dan gerakan penghimpunan dana untuk daerah-daerah tertinggal karena kemiskinan banyak menjadi bakti sosial.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun aktif mengumpulkan dana dan menjalani kegiatan-kegiatan menyumbang kaum miskin, tanpa menyadari adanya yang miskin di kalangan sendiri orang dapat saja mudah menyelewengkan dana untuk kepentingan sendiri. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan memiliki perhatian terhadap kaum miskin bukan untuk pesona citra apabila selalu peka dan tergerak demi yang miskin di sekitarnya.

Ah, asal sudah menyumbang gerakan pencarian dana untuk yang papa, orang sudah memiliki kepedulian sosial.

Santo Tutilo

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 05 Agustus 2013 Diperbaharui: 31 Mei 2014 Hits: 4203

  • Perayaan
    28 Maret
  •  
  • Lahir
    Hidup pada Abad ke-9
  •  
  • Kota asal
    Swiss
  •  
  • Wafat
  •  
  • Tahun 915 di Biara Saint Gall Switzerland | Oleh sebab alamiah
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Tutilo hidup di akhir abad kesembilan dan awal abad kesepuluh. Ia mendapatkan pendidikan di Biara Benediktin Saint-Gall. Dua teman sekelasnya telah digeari “beato”. Ketiga orang ini menjadi biarawan di biara di mana mereka mengenyam pendidikan.

St.Tutilo adalah seorang dengan banyak bakat. Ia seorang penyair, pelukis potret, pematung, orator dan arsitek. Ia juga seorang ahli mesin. Bakatnya yang terutama adalah musik. Ia dapat memainkan semua alat musik yang dipergunakan para biarawan untuk liturgi mereka. Ia dan temannya, Beato Notker, menggubah lagu-lagu tanggapan liturgi. Hanya tiga puisi dan satu nyanyian tersisa dari seluruh karya Tutilo. Tetapi lukisan dan patung-patungnya masih dapat ditemukan sekarang di beberapa kota di Eropa. Lukisan-lukisan dan patung-patungnya diidentifikasikan sebagai karyanya karena ia senantiasa menandai karyanya dengan sebuah motto.

Akan tetapi, Tutilo tidak dimaklumkan sebagai seorang kudus karena bakat-bakatnya yang banyak itu. Ia seorang rendah hati yang ingin hidup hanya untuk Tuhan. Ia memuliakan Tuhan dengan cara-cara yang ia tahu: dengan melukis, membuat patung dan menggubah musik.

Tutilo dimaklumkan sebagai seorang kudus sebab ia melewatkan hidupnya dengan memuji dan mengasihi Allah. St Tutilo wafat pada tahun 915.

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...