Tuesday, October 5, 2021

Tulisan Beriman ditengah Covid-19

Ketika berbicara tentang "Menulis", Dr. Sudirman Muhammadiyah, M.Si mengutip kata-kata Stephen King "Menulis adalah mencipta, dalam suatu ciptaan seseorang mengarahkan tidak hanya semua pengetahuan, daya dan kemampuan saja, tetapi ia sertakan jiwa napas hidupnya." (lihat Kekuatan Sebuah Tulisan dalam https://www.pinisi.co.id) Beliau dalam tulisan tentang kekuatan menulis juga mengatakan "Rangkailah kata demi kata hingga bisa membuat suatu kisah yang panjang. Barangkali dengan memulai menulis pengalaman dan perasaanmu sendiri, bisa menjadi pelajaran yang bermanfaat bagi orang lain, tuturnya sepaham dengan chat pribadinya, sepaham dengan ajakannya menulis." (idem)

Dengan keyakinan seperti itu saya sungguh mendukung Bapak Sungkono dari Paroki Santo Paulus Pringgolayan, Kevikepan Yogyakarta Timur. Barangkali karena cukup lama hanya berada di rumah, beliau tidak dapat berjumpa dengan teman-temannya dalam Umat Lingkungan. Bersama istrinya Bapak Sungkono tidak dapat keluar rumah tanpa seizin anaknya. Ini semua terjadi karena sebagai sosok yang sudah masuk golongan kaum lansia beliau menjadi sosok yang disayang tetapi juga dikekang di masa pandemi Covid-19. Beliau termasuk yang harus melakukan apapun dari rumah sejak 20 April 2019. 

Ternyata Bapak Sungkono adalah tipe orang yang selalu mau berjumpa dengan saudara-saudari seiman di Lingkungan Santo Yakobus, Paroki Pringgolayan. Karena tak dapat berjumpa secara tatap muka, beliau melakukannya secara online lewat medsos. Beliau membuat renungan-renungan sesuai dengan masa liturgi dan mengirimkannya ke grup WA. Beliau juga menuliskan apapun yang dirasakan, diinginkan, dan dipikir dalam menjalani masa segalanya from home. Pengalaman berbulan-bulan berada di rumah membuat Bapak Sungkono menghasilkan tulisan berlembar-lembar. Dan pada suatu saat beliau mengumpulkannya dan saya diminta untuk membaca dan memberikan kata-kata komentar. 

Sesudah membaca saya mendukung keinginan Bapak Sungkono untuk menerbitkan tulisannya. Ini semua didorong oleh kekaguman saya atas semangat Bapak Sungkono sebagai salah satu penggerak iman kaum lansia Katolik. Saya berharap apa yang dituangkan dalam tulisan Bapak Sungkono dapat menjadi referensi penghayatan iman di tengah keprihatinan karena adanya pandemi Covid-19. Bapak Sungkono hadir sebagai saksi moral Kristiani dalam menghayati keprihatinan yang dialami oleh masyarakat umum. Beliau telah menjalani perutusan Gereja di tengah masyarakat dengan "selalu wajib menyelidiki tanda-tanda zaman dan menafsirkannya dalam cahaya Injil." (GS 4) Pada Selasa siang 5 Oktober 2021 saya menerima Mas Yoyok dari Penerbit dan Percetakan Pohon Cahaya untuk menyerahkan naskah Bapak Sungkono.

Rm. Bambang

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...