diambil dari https://www.hidupkatolik.com/2018/07/04/22965
July 4, 2018
HIDUPKATOLIK.com – Satu yang unik dalam Gereja Katolik adalah kekayaan iman berupa devosi melalui Doa Rosario. Devosi ini menjadi usaha Gereja untuk mengajak umat meneladan iman Bunda Maria. Gereja bahkan menetapkan bulan Mei dan Oktober sebagai Bulan Maria.
Berkaitan dengan jumlah bulir dalam Doa Rosario, yang menunjuk pada jumlah Doa Salam Maria yang harus didoakan, konon jumlahnya pernah sebanyak 150. Mengapa saat ini Doa Rosario hanya terdiri dari 50? Bagaimanakah hal ini dapat dijelaskan dan sejak kapan ini ada?
Sudah sejak awal Kristianitas ada tradisi doa dengan bulir-bulir, entah dengan batu ataupun gumpalan tali. Dengannya membantu pendoa mengingat doa-doa yang didaraskannya, hitungan dan urutannya. Mulanya doa-doa yang didaraskan lebih sering Doa Bapa Kami yang diulang-ulang. Pengulangan merupakan suatu proses pembatinan, peresapan makna akan kata-kata yang diucapkan. Bukan banyaknya kata, tetapi mencecapnya secara mendalam.
Bagi mereka yang tidak berpendidikan, digulirkan doa-doa Bapa Kami, pertama-tama, dan kemudian Salam Maria sebanyak 150 kali dalam keikutsertaan dalam doa pendarasan 150 Mazmur. Seiring waktu, 150 bulir doa itu dibagi menjadi tiga, masing-masing 50 Mazmur yang berarti 50 kali Bapa Kami atau Salam Maria. Perkembangan setelah itu, Salam Maria yang lebih didaraskan, mengingat kenyataannya figur Maria lebih dekat dan disayang umat sederhana. Devosi Maria, sebagai devosi populer umat, perlahan berkembang seiring dengan itu. Dikatakan Rosario, sebab dalam doa-doa beruntai secara berulang itu bagaikan untaian bunga mawar.Dalam tradisi tersebut jumlah bulir-bulir yang dipakai ada 150, mengikuti tradisi kerahiban yang mendaraskan 150 Mazmur. Mazmur sudah sejak awal dikenal sebagai doa Gereja, sehingga Kitab Mazmur menjadi buku doa.
Dalam berbagai kisah, Santo Dominikus (abad ke-13), pendiri Ordo Pewarta (OP), dikenal sebagai Rasul Rosario. Memang bukan Santo Dominikus yang menemukan doa Rosario, karena doa itu sudah lama ada. Itu dikarenakan, Santo Dominikus mendapatkan penampakan dari Maria yang memberinya pesan untuk menyebarkan dan mengembangkan doa Rosario sebagai doa yang berguna dalam menghadapi serangan kesesatan. Setelah itu kita mengenal berbagai penampakan Bunda Maria seperti di Fatima (1917), Maria mendorong devosi kepadanya dengan doa Rosario. Nama yang disebut Paus Yohanes Paulus II tentang Rosario adalah Santo Louis Marie Grignon de Monfort,.
Tidak sangat jelas sejak kapan pendarasan doa Salam Maria secara formal didoakan 50 kali. Abad 14-15 tradisi itu sudah sangat dikenal. Dengan mendaraskan 50 kali Salam Maria dalam tiga peristiwa (Gembira, Duka, dan Mulia), genaplah umat mendoakan 150 kali untaian Salam Maria sejumlah 150 Mazmur.
Peristiwa penting yang menyertai sejarah dan tradisi ini adalah kemenangan di Leponto, kawasan Siprus sekarang, dari serangan pasukan Ottoman pada tahun 1571. Ketika itu, Paus Pius V menggerakkan seluruh umat berdoa Rosario, memohon kemenangan dalam pertempuran itu. Pada 7 Oktober 1571, Leponto dikuasai. Dari sinilah kita mengenal peringatan Maria, Ratu Rosario tanggal 7 Oktober.
Mulanya rangkaian doa tersebut membantu umat mengenal misteri hidup Yesus bersama Maria. Ini kemudian berkembang menelusuri misteri hidup Yesus yang lain. Kini kita mengenal empat peristiwa doa Rosario: Gembira, Terang, Duka, dan Mulia. Rosario adalah doa yang berpusat pada Kristus. Untaian doa Salam Maria membantu kita masuk ke dalam misteri hidup Yesus.
Di sini kita tentu perlu mengingat akan apa yang dikatakan Santo Yohanes Paulus II tahun 2002; dengan mendoakan Rosario, kita menapaki inti dasar Injil yang menyingkapkan misteri hidup Yesus dan karya penyelamatan-Nya. Rosario bukanlah soal hitungan angka 50 atau 150, dalam kaitan dengan hitungan 150 Mazmur. Namun doa yang mengajak kita merenungkan misteri hidup Yesus. Kita berguru pada sekolah Maria: belajar menatap kemuliaan wajah Kristus dan mengalami kedalaman kasih-Nya. Doa sederhana itu bagi Santo Yohanes Paulus II adalah doa yang mendalam dan berdaya guna bagi kehidupan.
Telephorus Krispurwana Cahyadi SJ
No comments:
Post a Comment