Thursday, October 14, 2021

Dinamika Kegembiraan di Domus Petrus

"Apakah sudah disiapkan?" salah satu rama sepuh berdiri di dekat altar bertanya kepada Rm. Bambang yang sore itu sudah siaga di belakang altar untuk memimpin misa. Terhadap pertanyaan itu Rm. Bambang menjawab "Sudah, rama". Ternyata Rama itu berkata "Mana yang disiapkan?" yang langsung dijawab oleh Rm. Bambang "Ini, rama" dengan telapak tangannya menepuk beberapa buku di hadapannya. Tiba-tiba Rama itu membentak "Mana?!", tentu suaranya tidak bisa keras lagi tetapi nada marahnya dapat dirasakan oleh Rm. Bambang. Entah bagaimana Rm. Bambang membalas membentak dengan suara keras "Ini sudah disiapkan. Saya yang akan memimpin misa". Rama itu marah dan tampak matanya memancarkan cahaya ketidaksukaan. Jari tangan kanannya menunjuk mata Rm. Bambang sambil berkata keras "Kamu jelek!!" "Ramaaaa, mangga lenggah. Ingkang badhe mimpin misa Rama Bambang. Panjenengan kula suwun lenggah. Kula ingkang mimpin ngriki" (Rama, silahkan duduk. Yang akan memimpin misa Rm. Bambang. Anda saya minta duduk. Sayalah yang memimpin di rumah ini) tiba-tiba terdengar suara Rm. Hartanta, Direktur Domus Pacis St. Petrus, Kentungan.

Seorang karyawan meghampiri Rama itu dan menuntun untuk duduk di bangku kapel. Beliau masih tampak risau dan bahkan kemudian berjalan pelan-pelan, memang sudah tak dapat berjalan cepat, keluar meninggalkan kapel. Tetapi, ketika Rm. Bambang akan memulai misa, tiba-tiba tampaklah Rama itu berjalan masuk kapel dan kemudian duduk dengan tenang. Tak ada nuansa marah dalam roman muka beliau. "Wah, kula wau jan-jane tesih jengkel dhek beliau nilaraken kapel. Ning ternyata kula weruh panjenenganipun mesemi rama ingkang dipun liwati" (Sebetulnya saya masih jengkel ketika beliau berjalan meninggalkan kapel. Tetapi ternyata saya melihat beliau sudah tersenyum kepada salah satu rama yang dilewatinya) kata Rm. Hartanta ketika sudah di meja makan. Semua rama memang sudah tahu kondisi Rama sepuh yang tadi perang mulut dengan Rm. Bambang. Beliau sudah amat lupa terhadap banyak hal dan orang. Terhadap para rama lain juga biasa lupa. Hanya kadang-kadang saja muncul daya ingat akan rama tertentu. Ada yang memberi komentar "Beliau itu sudah melupakan apapun kecuali marah". Rama itu memang kerap marah. Tetapi kalau ada suara lain beliau dapat langsung lupa. Peristiwa dengan Rm. Bambang itu diperkirakan terjadi karena beliau berpikir sebagai seorang rama, ini juga selalu disadari, mau memimpin misa. Barangkali beliau berpikir semua lain yang ada di kapel bukan rama. "Mbomenawa aku dikira koster sing nyiapke" (Barangkali saya dikira koster yang bertugas menyiapkan misa) kata Rm. Bambang yang disambut tertawa semeja. Hal ini didasarkan oleh pengalaman Rm. Bambang di kamarnya ketika menerima beliau. Beliau bertanya "Piye anak-anake. Dha sehat ta?" (Anak-anakmu pada sehat, ta?) dan kemudian memberikan beberapa nasihat. Pada waktu makan beliau bisa berdiri lalu memberikan semacam khotbah.

Sebenarnya peristiwa keliru bahkan kacau kerap terjadi di kehidupan bersama para rama sepuh di Domus Pacis. Dalam suasana saat makan juga sering terjadi ulah-ulah tertentu yang membuat karyawan harus bertindak melayani. Dalam suasana saat misa komunitas juga tak jarang terjadi hal yang harus ditanggapi dengan toleransi. Beberapa pengalaman bisa disebutkan. Ketika sampai pada Injil, rama yang bertugas membaca Injil dan homili diam saja. Ternyata lupa. "Bambang ki janji meneng terus turu" (Bambang kalau diam mesti jadi tidur) komentar Rm. Suntara ke Rm. Bambang yang biasa tertidur pada waktu misa. Ada rama yang ketika memimpin misa tidak membuka dengan tanda salib. Bahkan ada juga yang ketika Misa Minggu tak ucapkan kemuliaan, aku percaya, dan doa umat. Itu baru ramanya. Petugas awam pun juga bisa dimaklumi kalau terjadi kekeliruan sebagai lektor. Banyak pengalaman yang sering membuat jengkel tetapi malah langsung tertawa ketika menyaksian ada rama berulah tanpa memperhatikan perasaan teman. Tetapi entah bagaimana, apapun kesalahan bahkan kekacauan yang terjadi selalu membuat tertawa. Rasa senang dan gembira tidak hilang oleh hal-hal keliru dan kacau. Bahkan Rm. Bambang, yang membentak pada peristiwa di atas, ditanggapi oleh Rm. Hartanta "Itulah caranya membuat beliau beralih pikiran". Bukankah Rama yang dibentak oleh Rm. Bambang itu memang mudah lupa bahkan terhadap apapun yang baru saja dikatakan? Barangkali inilah keindahan suasana kehidupan bersama para rama sepuh dengan segala kemunduran ragawi dan jiwani. Hal-hal yang kalau terjadi misalnya di tengah umat paroki bisa tidak mengenakkan banyak orang, di Domus Pacis itu dapat menjadi hal yang sungguh menghadirkan dinamika kegembiraan. Karyawan-karyawan juga bisa ikut menikmati kegembiraan. Bahkan tamu-tamupun ikut ceria tertawa kalau mendengar sharing realitas kehidupan bersama para rama Domus Pacis St. Petrus.

No comments:

Post a Comment

Jadi Katekumen Masuk Sorga Minggu 5

    "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Ker...