Saturday, March 1, 2025

SURAT GEMBALA PRAPASKAH USKUP AGUNG SEMARANG

 Dibacakan/ diterangkan/ ditayangkan pada Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2025 Minggu Biasa VIII Tahun C

Sir. 27:4-7; 1Kor. 15:54-58; Luk. 6:39-45


Berziarah Dalam Pengharapan


Saudara-saudari, Umat Allah Keuskupan Agung Semarang yang terkasih,

Pada kesempatan penuh rahmat ini, saya mengajak Panjenengan semua memasuki masa Prapaskah dengan merenungkan perjalanan iman kita sebagai sebuah peziarahan. Kita datang ke dunia ini bukan sebagai penghuni tetap, tetapi sebagai seorang peziarah yang sedang berjalan menuju ke rumah Bapa dalam kehidupan yang kekal. Maka ada pepatah Jawa “urip iku mung mampir ngombé” (hidup manusia di dunia ini hanyalah sebentar saja, bagaikan singgah untuk minum saja).

Dalam perjalanan peziarahan ini ada banyak hal yang kita alami, baik yang menggembirakan maupun yang memprihatinkan. Semangat kebersamaan, persaudaraan, dan solidaritas yang terbangun selama peziarahan merupakan sukacita kita. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa terkadang kita mengalami beratnya perjalanan peziarahan karena kelelahan dan ketidakberdayaan atau bahkan keputusasaan.

Sebagai warga masyarakat kita juga kerap mengalami kegelisahan dan kecemasan terhadap berbagai persoalan sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi di negeri ini. Di kalangan kaum muda pun akhir-akhir ini muncul berbagai kecemasan yang menyebabkan ketidakpastian, khususnya di bidang ekonomi dan lapangan kerja. Tidak mengherankan jikalau ada orang muda yang mengalami gangguan kesehatan mental depresi dan stres.

Di tengah situasi yang demikian itu, kita diingatkan oleh Santo Paulus dalam bacaan kedua (1Kor 15:54-58) untuk tetap berdiri teguh, tidak goyah, dan selalu giat dalam pekerjaan Tuhan. Dalam persekutuan dengan-Nya seluruh jerih payah kita tidak akan sia-sia. Dalam bacaan Injil (Luk 6:39-45), Yesus juga mengingatkan kita untuk tolong-menolong dan saling menuntun dalam peziarahan ini. Peziarahan bukanlah perjalanan seorang diri, namun perjalanan bersama seluruh warga Gereja. Yesus mengajak kita untuk memiliki mata hati yang jernih agar bisa menuntun dengan benar. Kita tidak mungkkin bisa menuntun orang lain kalau mata hati kita buta. Kiranya tepat sekali sabda Yesus, “Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?” (Luk 6:39). Secara khusus terhadap orang muda, Paus Fransiskus meneguhkan agar jangan takut, karena Tuhan tidak pernah akan meninggalkan mereka di tengah jalan (bdk. Christus Vivit, no. 143).

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Kita mengakui bahwa dalam perjalanan peziarahan, kadang kita sampai pada persimpangan jalan yang membuat kita bimbang menentukan arah. Bahkan ada kalanya kita salah arah dan tersesat, yakni antara lain ketika kita begitu mengutamakan kepentingan diri lebih dari kehendak Allah; ketika kita mematahkan semangat orang lain dalam peziarahannya; ketika kita merasa diri paling benar dan paling suci dengan menunjuk kekurangan orang lain.

Kerapuhan-kerapuhan ini sungguh menghambat peziarahan kita menuju kepada Allah Bapa. Oleh karena itu marilah kita berbenah dengan terus-menerus membangun pertobatan yang sejati, yaitu berbalik dari kedosaan kita dan kembali mengarahkan langkah menuju kepada Allah. Kita sesali dosa-dosa, kita tanggalkan kepura-puraan dan kemunafikan, kita berantas ketidakadilan dan kelaliman, serta kita wujudkan pengharapan akan keselamatan dalam Kristus Yesus dengan mengupayakan hidup bersama yang penuh kasih setia dan damai sejahtera.

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Selama masa Prapaskah ini kita diberi kesempatan untuk membangun pertobatan sejati dengan olah hidup rohani yang berbuahkan kekudusan. Karena itu, marilah kita manfaatkan rahmat dan berkat yang disediakan Allah dengan menerima sakramen-sakramen (khususnya Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat), tekun mengikuti doa dan renungan APP, serta melakukan kebaikan dan amal kasih khususnya bagi yang saudara-saudari kita yang membutuhkan.

Upaya-upaya pertobatan dan kekudusan ini dapat dipadukan dengan pelayanan penerimaan rahmat Indulgensi penuh selama tahun Yubileum 2025. Prasyarat dan pelayanan penerimaan Indulgensi penuh di Gereja dan tempat-tempat ziarah Yubileum sudah diinformasikan melalui “Panduan Praktis Memperoleh Rahmat Indulgensi di Keuskupan Agung Semarang”. Dengan menerima Indulgensi, kita mendapatkan anugerah istimewa dalam perziarahan ini, yakni pengampunan dosa dan penghapusan hukuman atas dosa-dosa yang sudah diampuni.

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Pertobatan dan rahmat Indulgensi akan membantu kita menjadi peziarahpeziarah pengharapan. Semangat ini menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditundatunda. Kita diundang untuk menumbuhkan pengharapan di tengah masyarakat. Dengan pengharapan, orang-orang mampu bertahan menghadapi tantangan, masyarakat lebih siap menghadapi perubahan, dan dunia dapat bergerak ke arah yang lebih baik. Dalam terang iman, pengharapan bukan sekadar optimisme namun suatu kepercayaan bahwa kebaikan masih mungkin terjadi dan Tuhan tetap bekerja dalam kehidupan. Bagi kita, pengharapan menjadi cahaya dan energi yang menuntun kita dalam peziarahan menuju kepada Allah Bapa melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus.

Sebagai warga masyarakat, kita berharap para pemimpin pemerintahan mampu mewujudkan kepemimpinan yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat, yang transparan dan akuntabel dalam pengelolaan anggaran, yang menjaga stabilitas politik dan demokrasi yang sehat, dan yang mengupayakan pembangunan berkelanjutan dan inklusif. Kita berharap para pemimpin pemerintahan tidak hanya memberi janji, tetapi juga bukti nyata dalam kebijakan dan pelayanan yang menyejahterakan dan berkeadilan. Dengan demikian para pemimpin pemerintahan akan mampu mengatasi berbagai kecemasan dan ketidakpastian yang dihadapi oleh masyarakat terutama orang muda.

Mengakhiri surat gembala ini, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Panjenengan semua yang telah andil dalam menumbuhkan pengharapan dalam Gereja dan masyarakat melalui berbagai keterlibatan dan keberpihakan. Saya mengajak Panjenengan semua, baik secara personal maupun bersama keluarga dan lingkungan, mendalami tema APP 2025: “Bersekutu dalam Doa, Pertobatan dan Pengharapan” sambil memasuki masa Prapaskah dengan hati yang terbuka pada bimbingan Tuhan dan dengan sikap tobat yang tulus.

PERATURAN PUASA DAN PANTANG TAHUN 2025

Mengacu pada Ketentuan Pastoral Keuskupan Regio Jawa (KPKRJ) Tahun 2016 pasal 138 no 2.b. dalam kaitannya dengan kanon 1249-1253 KHK 1983 tentang hari tobat, peraturan puasa dan pantang, ditetapkan sebagai berikut:

  1.  Hari Puasa tahun 2025 ini dilangsungkan pada hari Rabu Abu tanggal 5 Maret 2025 dan Jumat Agung tanggal 18 April 2025. Hari Pantang dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama masa Prapaskah sampai dengan Jumat Agung.
  2. Yang dimaksud dengan berpuasa adalah makan hanya sekali saja dalam sehari pada hari Rabu Abu dan hari Jumat Sengsara dan Wafat Tuhan. Umat beriman yang wajib berpuasa adalah yang berumur antara delapan belas tahun sampai dengan awal tahun keenampuluh.
  3. Yang dimaksud dengan berpantang adalah tidak makan daging atau makanan lain yang disukai pada hari Rabu Abu dan setiap hari Jumat selama masa Prapasakah sesuai dengan tradisi Gereja, waktu untuk berpantang dapat dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu merupakan hari pesta wajib. Umat beriman yang wajib berpantang adalah yang sudah genap berumur empat belas tahun.

Karena peraturan puasa dan pantang tersebut cukup ringan, serta agar setiap pribadi dan komunitas dapat memanfaatkan 40 hari masa Prapaskah sebagai kesempatan istimewa untuk membina pertobatan dengan tobat dan matiraga, kami anjurkan beberapa hal berikut:

  1. Masing-masing pribadi, keluarga dan komuntias menentukan bentuk matiraga (pantang dan puasa) yang lebih bermakna dan sesuai dengan jenjang usia.
  2. Pada hari pantang dan/atau hari-hari lain yang ditentukan, setiap keluarga dan komunitas dapat berpantang makan nasi atau menggantinya dengan bahan makanan pokok lokal dengan satu macam lauk.
  3. Selama 40 hari masa Prapaskah, secara pribadi atau secara bersama dalam keluarga dan komunitas biara/pastoran/seminari memilih wujud pertobatan dan silih yang lebih berdaya ubah.
  4. Setiap pribadi, keluarga dan komunitas dapat mewujudkan karya amal kasih bagi mereka yang membutuhkan.
  5. Setiap pribadi, keluarga dan komuntias dapat melatih diri lebih tekun dalam olah rohani, antara lain melalui ketekunan membaca dan merenungkan Kitab Suci, mengikuti renungan APP, rekoleksi/retret, latihan rohani, ibadat jalan salib, pengakuan dosa, meditasi, dan adorasi.

Tema APP tahun 2025 ini adalah “Bersekutu dalam Doa, Pertobatan dan Pengharapan” sebagaimana diuraikan dalam “Buku Panduan Renungan APP KAS 2025” yang diterbitkan oleh Panitia APP Keuskupan Agung Semarang.

Semarang, 27 Februari 2025

† Robertus Rubiyatmoko

Uskup Agung Semarang

No comments:

Post a Comment

Pengembangan Pendamping PIA

Pada Sabtu sore Rm. Bambang akan menuju salah satu warga di salah satu Lingkungan Paroki Kalasan. Dia diminta memimpin Misa Peringatan arwah...