Domus Pacis memang kerap menerima rombongan tamu. Bahkan sering kali ada yang ikut Misa Domus pada jam 17.30. Ini juga terjadi pada Kamis 27 Februari 2025. Rombongan yang datang terdiri dari sekitar 60 orang anggota. Namun demikian, sore itu ada hal yang tak seperti biasa. Memang, Misa yang biasa jam 17.30 mundur lebih dari 30 menit. Tentu saja lebatnya hujan dan padatnya lalu lintas jalan raya menjadi alasan keterlambatan datang. Ketidakbiasaan yang terjadi adalah pakaian yang dikenakan oleh para tamu. Mayoritas tamu berpakaian adat jawa tradisional. Rm. Bambang sempat berpikir apakah itu karena ada hubungannya dengan keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari google ada tulisan "Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mulai tahun 2024 mewajibkan siswa dan ASN mengenakan pakaian adat khas Yogyakarta setiap Kamis Pon. Aturan ini sebelumnya berlaku setiap Kamis Pahing, tetapi diubah untuk menghormati Hari Jadi DIY yang jatuh pada Kamis Pon." Tetapi Kamis 27 Februari 2025 adalah Kamis Kliwon dan bukan Kamis Pon. Yang datang juga bukan kelompok siswa sekolah dan ASN.
Ternyata yang datang di Domus pada Kamis itu adalah sebuah kumpulan yang menamakan diri Paguyuban Damarjati Marganingsih. Kalau dari namanya damar berarti pelita dan marganingsih adalah jalan rahmat. Rm. Bambang berpikir kelompok itu mengharapkan cahaya sejati sebagai jalan menghayati kasih karunia Tuhan. Nama kelompok dengan bahasa Jawa. Pakaian Jawa tradisional amat menonjol. Kumpulan Damarjati Marganingsih memang berniat untuk menjaga budaya Jawa. Hal ini pertama kali diketahui oleh Rm. Bambang pada tanggal 3 Februari 2025 pada jam 07.54. Bapak Joko Supriyanto sebagai penggerak menulis WA ke Rm. Bambang "Selamat siang ..Rm Bambang....kami dari Paguyuban Katolik Jawa/Paguyuban Damarjati Marganingsih ingin buat janjian dengan Romo perihal akan mengadakan misa di Domus Pacis rencana Kamis,27 Febuari 2025 ..... Waktu/jam bisa menyesuaikan. Kami punya jadwal Misa berkebudayaan Jawa tiap kamis ke 4 ....." Hal ini terlaksana sesuai hari yang diminta. Maka pada hari itu Misa Domus memakai bahasa Jawa termasuk nyanyian-nyanyiannya. Rm. Hartanta menjadi pemimpin Misa. Sesudah Misa semua menyantap bakso dan menikmati snak yang pengadaannya dikerjakan oleh Bu Rini. Tentu saja Bu Titik dan Bu Rini, dua relawan Domus, menyanyikan kain batik dan slondok untuk dana Domus dan sumbangan pembangunan gereja Medari.
No comments:
Post a Comment