Thursday, December 8, 2022

Ulang Tahun Imamat ke 44

Dari 11 romo sepuh yang tinggal di Domus Pacis St. Petrus, tak ada satupun yang tidak yatim-piatu. Semua sudah tak memiliki bapak dan ibu yang masih hidup. Orang dapat saja berkata "Tapi mungkin masih ada kakak atau adik". Hal ini memang benar, Bahkan kakak dan atau adiknya, yang bisa lebih dari satu, sudah punya anak-anak bahkan cucu. Ketika akan menuliskan berita ini, Rm. Bambang teringat ketika masih tinggal di Domus Pacis Puren, Pringwulung. Pada waktu itu ada salah satu romo yang menderita sakit amat parah. Karyawan harus bergantian menunggu. Ketika Rm. Bambang ikut duduk menunggu bersama seorang karyawan, karyawan itu berkata "Nggih ngaten niki sing kula mboten setuju kalih Greja" (Inilah yang membuat saya tidak setuju pada kebijakan Gereja). Ketika Rm. Bambang bertanya "Bab apa, mas" (Dalam hal apa, mas), dia berkata "Romo mboten pikantuk berkeluarga. Cobi yang gadhah brayat, pas gerah ngaten niki wonten garwa utawi putra ingkang nengga" (Seorang romo tidak boleh beristri. Padahal kalau berkeluarga, dalam keadaan sakit seperti ini akan ada istri atau anak yang menunggu). Pada waktu itu Rm. Bambang hanya diam karena menahan tawa san tidak tahu bagaimana harus menjelaskan terhadap sosok polos dan sederhana seperti itu.

Dengan menjadi seorang imam, kemungkinan suasana jauh hubungan dengan keluarga tampaknya mewarnai kehidupan para romo sepuh. Sebenarnya Rm. Bambang bisa berceritera tentang berbagai peristiwa yang seperti itu dengan catatan kedua orang tua sudah tidak ada. Salah satu peristiwa yang termasuk tidak mudah untuk menghadirkan sanak keluarga, paling tidak untuk sekitar separo jumlah romo sepuh, adalah peristiwa Ulang Tahun Tahbisan yang dirayakan di Domus Pacis. Karena pengalaman seperti itu, untuk kepentingan tanggal 8 Desember 2022, Rm. Hartanta dan Rm. Bambang sungguh berusaha menghubungi sanak para romo untuk menghubungi para sanak keluarga untuk hadir di Domus. Ibu Hosti diserahi menggerakkan keluarga Rm. Yadi, Mas Yoakim untuk keluarga Rm. Tri Hartono, Mas Pak Bowo dan Bu Tutik untuk sanak saudara Rm. Priyanto. Mereka sungguh diminta menjadi penggerak. Puji Tuhan, sanak saudara dari jauhpun datang. Keluarga Rm. Tri Hartono yang muslim juga datang termasuk juga kakak perempuannya yang sudah pakai tongkat. Dari Slawi adik Rm. Pri juga datang, Banyak dari Pasuruhan para kemenakan Rm. Yadi juga hadir. Memang yang masih bisa di tengah Misa dan para tamu hanya Rm. Yadi. Rm. Pri dan Rm. Tri tetap di tempat tidurnya. Namun untuk kedua romo ini para sanak keluarga masuk ke kamarnya sesudah Misa.

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...