Monday, December 5, 2022

Lingkungan FX Ambarrukmo


Orang biasa memanggil Mbak Nining. Sebenarnya Rm. Hartanta sudah membuka dengan kata-kata perkenalan tentang Domus Pacis St. Petrus. Sekilas para romo dan karyawan juga masuk dalam perkenalan. Kemudian beliau mengakhiri kata-katanya dengan "Sakmenika mangga yang badhe mundhut-mundhut pirsa". Ternyata Mbak Nining langsung berdiri dan tampil serta langsung menjelaskan "Para romo, ini kami sebagian umat Lingkungan Santo Fransiskus Xaverius Ambarrukmo. Pada hari ini kami berulang tahun ke .... [kemudian terjadi pembicaraan antara Mbak Nining dengan para tamu lain]. Ya, kami berulang tahun ke empat belas. Dalam ulang tahun ini kami menjalani dengan berkunjung ke romo-romo sepuh dan nanti kami ingin makan siang bersama". Kemudian Mbak Nining minta Pak Wardi sebagai Ketua Lingkungan untuk menyampaikan sambutan.

Yang membuat pertemuan meriah adalah Rm. Bambang yang sering menyela dengan kata-kata di tengah kata-kata Mbak Nining. Misalnya, ketika Mbak Nining bertanya "Bagaimana perasaan para romo kalau melihat kami-kami yang mengunjungi?" Bergantian dari Rm. Yadi, Rm. Harto, Rm. Ria hingga Mgr. Blasius memberikan jawaban. Mbak Nining makin bersemangat ketika Rm. Bambang menyela "Piye weruh akeh sing wedok?" (Bagaimana melihat bahwa yang perempuan lebih banyak?). Ternyata Rm. Ria langsung menanggapi dengan kata-katanya yang alot "Sing seneng Bambang" (Yang senang Rm. Bambang). Tentu saja para tamu tertawa terkekeh-kekeh. Ternyata dari para tamu, yaitu Pak Tukiran, pernah mengalami mengajar beberapa Rm. Domus ketika berada di bangku SMP. Rm. Harto menjadi murid di SMP Pangudi Luhur Yogya, Rm. Suntara murid SMP Pangudi Luhur Boro, dan Rm. Bambang murid di SMP Negri 9 Kotagede Yogya. Ketika sampai ke nama Rm. Bambang, Pak Tukiran masih menambahkan kata-kata "Dulu saya heran ada siswa yang pincang tapi enak saja ke sana-sini bergaul dengan teman-teman laki-laki dan perempuan". Ternyata kata-kata ini membuat Mbak Nining bertanya "Ada yang mau sharing masa kecil Rm. Bambang? Saya tidak tahu, karena ketika beliau tahbisan saya masih SD dan ikut menari". Ternyata Pak Diyo, dulu tetangga berdekatan dengan rumah Rm. Bambang di Ambarrukmo, mengangkat tangan dan berkata "Dulu Rm. Bambang biasa bengak-bengok. Kalau tidak jadi romo pasti jadi teroris". Kata-kata Pak Tukiran dan Pak Diyo memang membuat tertawa terbahak-bahak. Rm. Bambang memang banyak mendapat ejekan karena masa remaja dan mudanya. Maklumlah Rm. Bambang memang berasal dari kampung dan Lingkungan sama dengan para tamu.

No comments:

Post a Comment

Santo Bruno, Pengaku Iman

diambil dari https://www.imankatolik.or.id/kalender/6Okt.html Bruno lahir di kota Koln, Jerman pada tahun 1030. Semenjak kecil ia bercita-ci...