Wednesday, March 9, 2022

Lupa : Merohanikan Daya Pikir

Pada suatu ketika saya mau menulis sesuatu. Alinea yang berisi pengantar bisa lancar. Tetapi begitu akan menulis obyeknya, saya lupa namanya. Sebenarnya dalam hal soal lupa saya sudah mengalami ketika belum berada di rumah para rama sepuh Domus Pacis. Tidak hanya sekali saya pernah mengalami “lali sakplengan” (lupa sesaat) akan sesuatu atau seseorang. Tetapi kasus lupa ketika akan menulis sesuatu itu ternyata tidak hanya “sakplengan” (sesaat). Sebenarnya obyek yang akan saya tulis ada dan tampak jelas di kamar saya. Tetapi saya sungguh lupa namanya. Saya mencoba mengingat dan mengingat sehingga penulisanpun terhenti hanya sampai satu alinea. Di hari berikutnya saya berada di depan laptop membaca tulisan-tulisan dari beberapa grup WA. Tiba-tiba saya tersentak oleh salah satu tulisan tentang AC. Aduuuuuuh ……. Itulah nama barang obyek yang sehari sebelumnya akan saya tulis : AC atau Air Condition.

Terang Medis

Sering terdengar bahwa salah satu ciri umum kaum lanjut usia adalah pelupa. Pada saat ini saya berumur 71 tahun. Dengan pengalaman lupa nama AC hingga sehari semalam, saya bertanya-tanya apakah saya mulai masuk ke masa menjadi pelupa. Kalau sudah jadi pelupa, orang akan mengatakan sudah pikun. Inilah yang membuat saya mencari artikel tentang “pikun”. Dari beberapa yang saya ketemukan saya memilih judul Apa perbedaan Alzheimer dengan kepikunan dalam https://alzi.or.ide yang ditayangkan pada 22-04-2019.


Lupa meletakkan barang, tersesat ketika keluar rumah tanpa ditemani, hingga emosi yang naik-turun, menjadi gejala demensia yang sering dialami mereka yang sudah lanjut usia.

Pikun, menjadi sebutan untuk orang tua yang sering mengalami hal-hal tersebut. Kondisi seperti itu sejak lama dianggap menjadi hal yang lumrah jika dialami oleh orang lanjut usia. Beberapa orang pun menyebutnya sebagai ‘penyakit tua’.

Demensia Alzheimer adalah jenis demensia yang paling umum ditemui di masyarakat. Di Indonesia, istilah yang paling dekat dengan demensia memang adalah pikun. Pikun biasanya identik dengan gangguan daya ingat. Namun, demensia tidak terbatas pada gangguan daya ingat saja. Penurunan fungsi kognitif/fungsi pikir yang terjadi akhirnya dapat pula menyebabkan gangguan membuat perencanaan dan keputusan, gangguan berbahasa, gangguan otak dalam memproses sinyal visual yang ditangkap oleh mata, dll.

Demensia bukanlah bagian normal dari penuaan. Demensia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, yang memang lebih umum ditemui pada lansia, meski dapat pula terjadi pada orang yang berusia lebih muda.

Alzheimer merupakan suatu penyakit degeneratif dan progresif yang tidak dapat sembuh dan hanya bisa diperlambat. Cara penanganan yang ada saat ini hanya bertujuan untuk meredakan gejala, memperlambat perkembangan penyakit, serta membantu untuk dapat tetap hidup semandiri mungkin.

Banyaknya orang yang tidak memahami kondisi tergelincirnya memori seperti itu sebagai kondisi demensia, membuat penyakit ini sering terabaikan. Padahal, beberapa penelitian telah menyebut bahwa gejala demensia dapat terlihat 12 tahun sebelum pasien didiagnosa.

Periset di Amerika Serikat menemukan 80 persen pasien demensia, mulai mengalami penurunan ingatan bertahun-tahun sebelumnya. Memang, sebagian para ahli mengatakan tidak perlu khawatir kepada pasien yang mengeluhkan sering lupa meletakkan barang.

Namun tetap saja, jika situasi seperti itu sering dilakukan oleh lansia, anggota keluarga yang lain harus mulai menyadari dan melakukan pencegahan untuk membuat kondisinya tidak semakin akut.

Mungkin yang saya alami adalah penurunan daya ingat. Ini merupakan penurunan fungsi kognitif atau daya pikir. Dari artikel itu saya juga tertarik pada kalimat “Demensia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, yang memang lebih umum ditemui pada lansia, …..” Dengan pernyataan ini saya berpikir apakah penyakit saya bisa membuat penurunan daya ingat. Saya memiliki penyakit hipertensi, asam urat, kolesterol, trigliserida, dan diabetes. Dari penyakit-penyakit itu katanya diabetes dapat menyerang organ-organ tertentu yang tampaknya sesuai seleranya. Barangkali diabetes bisa menyerang organ otak dan mempengaruhi daya pikir. Tetapi itu semua hanyalah dugaan-dugaan. Atau barangkali penyakit-penyakit lain dalam diri saya juga bisa memperlemah fungsi kogntif.

Terang Iman

Ketika merenungkan pengalaman “lupa” saya menghubungkan realitas positif kalau bisa tidak lupa. “Lupa” menjadi pengalaman yang terasa tidak menyenangkan dan akan menyenangkan kalau tidak lupa atau “ingat”. Saya mencoba melihat yang berkaitan dengan kata “ingat” dalam Kitab Suci dengan mempergunakan buku Konkordansi Alkitab. Di situ secara keseluruhan saya menemukan 189 ayat : ingat (113 ayat), ingatkan (9 ayat), ingatan (4 ayat), peringatan (4 ayat), peringatkan (22 ayat), dan peringatan (37 ayat).

Karya Tuhan dulu

Sejauh saya lihat dari 189 ayat itu, mayoritas mengajak umat untuk mengingat campur tangan Tuhan dalam kehidupan umat di masa lalu. Kalau berbicara tentang peristiwa manusia, nuansa rohani amat tampak. Hal ini bagi saya untuk orang beriman mengingat hidup yang telah liwat sungguh memiliki makna. Peristiwa lupa AC sebagai nama obyek barang membawa saya ke kesadaran pentingnya mempertahankan ingatan masa lalu. Barangkali saya dengan usia masuk golongan lansia akan mudah terjebak pada arah jalan menuju kepikunan. Usia lanjut memang mudah membawa orang ke kelemahan daya kognitif atau fungsi pikir. Tetapi saya diyakinkan Santo Paulus bahwa dalam Kristus “jika aku lemah, aku kuat” (2Kor 12:10). Keyakinan ini membawa saya pada kesadaran akan pentingnya mengakui kelemahan. Bila kelemahan itu diserahkan kepada Tuhan Yesus Kristus dalam doa renung relung hati, Roh Kudus akan menghadirkan daya khusus yang menguatkan diri saya. Berkaitan dengan melemahnya fungsi pikir, kalau itu menjadi daya mengenang masa lalu dalam Kristus, sekecil atau seterbatas apapun akan menjadi cahaya menjalani masa kini dan masa depan hidup kelansiaan.

Anugrah anamnese

Ketika berpikir tentang daya pikir dalam kaitan daya mengenang masa lalu dalam Kristus, ingatan saya dibawa ke Doa Syukur Agung dalam Misa. Salah satu isi di dalamnya bernama “Anamnese”. Ini adalah pernyataan yang disebut “misteri iman” yang diucapkan sesudah kata-kata Konsekrasi. Misteri iman ini berisi tiga hal dari peristiwa Tuhan Yesus Kristus: 1) pewartaan akan wafat Tuhan; 2) pemakluman akan kebangkitan-Nya; 3) pengharapan akan kehadiran kembali Kristus. Peristiwa wafat Tuhan Yesus di kayu salib terjadi di jaman dulu. Tetapi kebangkitan-Nya, yang memang terjadi pada hari ketiga sesudah penyaliban, adalah Paskah yang melandasi kehidupan beriman para murid Kristus. Kebangkitan menjadi isi utama berbagai macam pewartaan dan kesaksian iman orang Kristiani dari masa ke masa. Dalam menghayati imannya pengikut Kristus juga memiliki pengharapan batin akan datang-Nya Tuhan yang kedua di akhir zaman. Maka dalam Kristus orang menghayati masa lampau dalam kepaduan dengan masa kini dan masa depan.

Panggilan Beriman yang Dinamis

Ketika menyadari kenangan masa lalu dalam kesejatian misteri iman, saya jadi teringat pada hakikat pemahaman tentang sejarah. Tidak sedikit orang, termasuk saya dulu sebelum tahun 2000, memahami sejarah sebagai peristiwa-peristiwa masa lalu. Tampaknya itu dipengaruhi oleh pengalaman yang berkaitan dengan mata pelajaran sejarah di sekolah. Pelajaran sejarah di sekolah biasa berisi peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu. Belajar sejarah berarti berusaha menghafal peristiwa-peristiwa masa lalu. Tetapi ketika harus memimpin Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM) saya mendapatkan penjelasan tentang hakikat sejarah dari seorang dosen jurusan sejarah. Ternyata secara garis besar belajar sejarah tidak sama dengan hanya berkutat pada peristiwa jaman dulu. Sejarah merupakan penulusuran jejak-jejak masa sebelumnya terhadap hal-hal masa kini yang dipandang bermakna. Maka pusat perhatian adalah realita masa kini yang bermakna dan kemudian didalami dengan mengetahui jejak-jejak masa lampau yang membentuknya. Dari sini orang akan terdorong untuk maju dan berkembang dengan bidikan-bidikan ke masa depan.

Dengan pemahaman sekilas tentang misteri iman dan realita proses bersejarah dalam hidup kongkret, saya teringat akan salah satu Arah Dasar Umat Allah Keuskupan Agung Semarang. Di situ dinyatakan bahwa beriman berarti semakin mengikuti Tuhan Yesus Kristus dalam perkembangan situasi hidup dan budaya setempat. Dari sini, sebagai salah satu murid Kristus, saya mengalami peristiwa lupa atau penurunan daya pikir sebagai panggilan iman : Menyadari hal atau peristiwa yang kini menyentuh lubuk hati lalu mencoba mencari jejak masa lalu dan dari situ merancang pengembangan. Saya pernah merasakan heran terhadap diri saya karena bisa kerasan dalam kesendirian di kamar. Padahal sebagai imam ketika masih aktif berdinas saya banyak pergi ke sana-sini dan sering kurang tidur. Apakah karena saya sudah lansia dan difabel sehingga sudah tak dapat pergi keluar rumah sendiri tanpa bantuan orang lain? Yang menjadi keheranan adalah bahwa saya tidak gelisah dan bisa merasa nyaman. Ketika saya merenung saya teringat di masa remaja SMP dan SMA saya biasa sendiri di rumah terpisah dari orang tua yang tinggal di rumah lain. Apalagi sesudah masuk seminari, selain saat sekolah atau kuliah dan rekreasi serta makan bersama, saya banyak berada di kamar untuk belajar. Saat diam pun masuk dalam jadual harian. Dengan pengalaman yang saya ketemukan di masa lalu, saya didorong untuk berpikir hal-hal apa yang bisa saya buat lebih lanjut untuk tetap segar dan ceria. 

Domus Pacis St. Petrus, 27 Februari 2022

No comments:

Post a Comment

Jadi Katekumen Masuk Sorga Minggu 5

    "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Ker...