Keputusan untuk tidak nyopir mulai dengan 30 Januari 2021 memang saya katakan cukup jauh sebelumnya. Hal ini untuk menyiapkan beberapa orang dekat, kalau tidak ada tenaga khusus untuk sopir, siap membantu saya dalam kebutuhan-kebutuhan khusus. Hanya saja ada hal yang tidak saya katakan saya sungguh akan berhenti nyopir. Ini berkaitan dengan kejadian yang saya alami. Memang, itu tidak banyak terjadi. Tetapi saya pernah akan bertabrakan karena tidak melihat kendaraan yang ada di hadapan mobil yang saya jalankan. Untung saja jaraknya masih cukup jauh sehingga ketika sudah dekat saya bisa langsung membanting arah kekiri. Saya juga sering agak terkejut dalam hati karena melihat kendaraan lain yang sebelumnya tak saya lihat. Rambu-rambu jalan juga sering saya lihat sesudah cukup dekat.
Itu semua terjadi karena saya sudah tidak memiliki mata sehat. Memang saya tahu bahwa makin tua orang makin bisa bersahabat dengan gangguan penglihatan. Di dalam https://www.alodokter.com saya mendapatkan pernyataan “Salah satu masalah kesehatan yang terkait dengan proses penuaan adalah gangguan penglihatan. Hal ini umum terjadi karena penuaan menyebabkan penurunan fungsi berbagai organ tubuh, seperti sistem saraf, jantung dan pembuluh darah, serta alat indera, termasuk mata.” Tetapi saya harus menyadari bahwa saya mulai memakai kaca mata minus sejak berusia 20 tahun. Makin lama makin tambah minusnya. Bahkan menjelang umur 50 tahun mata kanan mengalami minus makin parah. Ketika kaca mata harus minus dan plus serta silindris, sebenarnya mata kanan sudah tidak memiliki keawasan sama sekali. Padahal ketajaman penglihatan mata kiri, sekalipun sudah pakai kacamata, sudah tidak kuat. Kondisi mata inilah yang tersimpan untuk saya katakan kepada orang-orang dekat.
Terang Medis
Saya bukan orang yang terdidik dalam ilmu kesehatan. Saya juga tidak memiliki keinginan untuk menjadi ahli kesehatan. Dalam hal kesehatan saya mempercayakan diri pada dokter dan kalau opname juga pada perawat. Tetapi untuk sekedar tahu saya membaca tulisan-tulisan ringan sekitar kesehatan. Berkaitan dengan soal penglihatan, saya membuka artikel yang ada dalam internet. Dari sini saya terkesan dengan dua hal.
Gangguan sekitar retina mata
Katanya karena pertambahan usia seorang lansia
mengalami kerusakan makula. Dari sebuah penjelasan makula adalah daerah sekitar
retina mata yang bertugas meningkatkan ketajaman penglihatan seseorang. Dari www.klinikmatanusantara.com/id
saya
menemukan “Retina adalah lapisan sangat tipis di bagian
belakang bola mata yang sensitif terhadap cahaya. Sel dalam retina, yakni sel
batang (basilus) dan sel kerucut (konus), berfungsi memicu impuls saraf melalui
saraf optik ke otak untuk membentuk penglihatan. Pendek kata, retina
bertanggung jawab terhadap kemampuan manusia dalam melihat. Maka, ketika retina
rusak atau terkena penyakit, manusia tak dapat melihat dengan maksimal. Bahkan
penyakit retina yang kronis bisa menimbulkan kebutaan.” Tanggungjawab retina
dapat melemah bahkan hilang karena kerusakan makula.
Saya hidup serumah dengan beberapa teman.
Kami berada di rumah tua sehingga kami semua termasuk golongan lansia bahkan
dengan penyakit atau penyakit-penyakit masing-masing. Pada umumnya kami
memiliki penyakit diabetes. Paling tidak dua orang termasuk saya memiliki
pengalaman hipertensi. Teman saya yang hipertensi pernah tiga kali
mengalami stroke. Katanya sumber utama stroke yang diderita datang dari
penyakit diabetes yang disandang. Derita sakitnya membuat hatinya makin gelisah
karena secara bertahap penglihatan makin kabur. Bahkan suatu ketika dia tidak
dapat melihat sama sekali. Pengalaman ini membuat saya memahami ketika ada
penjelasan bahwa kerusakan makula bisa diakibatkan oleh penyakit bukan mata.
Bagi kaum lansia diabetes dan hipertensi termasuk penyakit yang ikut menandai
kelansiaan.
Katarak
Saya menyadari bahwa, sesudah masuk
golongan usia 60an, ternyata ketika membuka mata saya melihat titik-titik hitam
melayang-layang. Bahkan suatu saat saya mengalami mata selalu berair. Ketika
ada orang mengeluh mengapa matanya terasa seperti kelilipen dan gatal-katal,
saya berkata “Artinya sudah menginjak masa lansia”. Kini dalam usia hampir 70
tahun saya sudah mengalami silau kalau berkendaraan di malam hari. Untuk
membaca kerap mengalami kabur. Saya menjumpai seorang ibu, yang masih tampak
enerjik sekalipun usia mendekati 80 tahun, menolak untuk membacakan Kitab Suci
di dalam peribadatan. Beliau bilang kalau melihat naskah hurufnya bisa tampak
naik turun. Semua ini membuat penglihatan tidak terasa bening. Ternyata dari
baca-baca di internet semua itu menunjukkan gejala adanya katarak. Dari https://www.alodokter.com sayamendapatkan
penjelasan bahwa “Katarak adalah kondisi yang menyebabkan lensa menjadi
keruh, sehingga penderitanya mengalami: Penglihatan kabur (seperti melihat asap
atau awan atau warna tampak pudar); Ketidakmampuan melihat dalam cahaya yang
redup; Silau ketika melihat cahaya; Penglihatan ganda”.
Yang perlu diketahui, katanya, katarak adalah penyebab terbesar kebutaan orang Indonesia. Paling tidak katarak ikut menandai golongan lansia. Pada umumnya orang tidak merasakan bagaimana katarak tumbuh dan kemudian berkembang. Hingga kini untuk mengatasi kebutaan karena katarak orang harus menjalani operasi. “Dalam operasi katarak, lensa yang keruh akan diangkat dan diganti dengan lensa tiruan. Lensa tiruan ini terbuat dari plastik atau silikon, dan dapat digunakan untuk seumur hidup. Sedangkan pada kondisi di mana lensa tiruan tidak bisa dipasang, pasien harus mengenakan kacamata atau lensa kontak pasca operasi katarak untuk memperbaiki penglihatan” (https://www.alodokter.com).
Kondisi nyata
Dengan membaca artikel dalam internet saya makin disadarkan kalau retina dan atau makula saya sudah bermasalah. Untuk berkendaraan pada malam hari saya sudah menderita silau bila berpapasan dengan kendaraan dengan lampu memancar. Saya yakin bahwa tekanan darah tinggi dan penyakit gula darah amat berperan untuk kelemahan mata saya. Saya menderita darah tinggi sudah sejak usia 21 tahun. Saya pernah mengalami naik bus yang terguling pada tanggal 19 Desember 1972. Sejak itu hingga pertengahan tahun 1974 saya menderita pusing-pusing. Gegar otak membuat saya keluar masuk rumah sakit. Pusing sekitar 18 bulan membuat saya mengalami stres sehingga berurusan dengan dokter neurologi. Inilah yang membuat tensi mengalami kenaikan. Bertahun-tahun bahkan hingga kini saya harus rutin menyantap obat hipertensi. Selain hipertensi ternyata sejak Januari 2012 diabetes ikut bertengger dalam diri saya. Selain bergabung dengan hipertensi, diabetes ikut ambilbagian menjadi bagian ancaman kesehatan saya bersama asam urat dan kolesterol. Semua ini tentu memperteguh masalah retina/makula dalam mata saya. Terus terang saya sudah membaca beberapa artikel tentang retina dan makula tetapi tetap tidak dapat mendapatkan kejelasan. Saya hanya tahu bahwa itu membuat saya sensitif terhadap cahaya. Hal ini sudah saya alami cukup lama sejak belum masuk rumah tua para rama lansia pada 1 Juli 2010.
Saya pernah mengalami mata berair terus dan penglihatan jadi kabur. Itu terjadi pada hari-hari pertama Januari 2019. Hal itu amat membuat saya menjadi gelisah karena saya akan memimpin misa peringatan 1000 hari almarhum ibu Maria Magdalena Rubinem. Saya memeriksakan diri ke dokter mata. Dari pemeriksaan mata dengan alat yang bagi saya cukup canggih, dokter mengatakan bahwa mata saya sudah kena katarak. Tetapi katarak itu masih tipis. Saya hanya mendapatkan obat tetes yang ternyata sudah dapat membantu menjadikan penglihatan jadi enak. Untuk seterusnya saya menyediakan obat tetes itu. Setiap kali pada mata terasa seperti ada pasir masuk, saya tetesi dengan obat itu dan menghindarkan diri mengucek dengan jari.
Dari kondisi yang secara nyata saya alami, hal itu sungguh meyakinkan saya akan indera penglihatan dalam diri saya yang tidak layak untuk menjadi sopir. Saya harus bilang realitas mata saya kepada orang-orang dekat. Jujur saja, sebelumnya saya memang menutup realitas ini. Keputusan untuk berhenti nyopir mulai 30 Januari 2021 hanya saya alasi dengan realitas bahwa saya sudah lansia. Seakan-akan ini menjadi semacam kerendahan hati untuk tahu diri sebagai sosok yang usianya sudah lanjut. Kini saya harus jujur bahwa mata saya memang sudah tidak dapat memiliki ketajaman penglihatan.
Terang Iman
Sebagai salah satu murid Tuhan Yesus Kristus dalam Gereja Katolik, saya menemukan Ekaristi sebagai pusat kehidupan. Bagi saya Ekaristi adalah jiwa penuh syukur atas segala realita sebagai realisasi damai sejahtera yang berasal dari Allah. Maka Ekaristi tidak begitu saja dapat diidentikkan dengan Misa Kudus. Misa adalah liturgi untuk merayakan Ekaristi. Ekaristi menjadi jiwa dari segala penghayatan iman baik dalam liturgi dan peribadatan, pewartaan, persekutuan dan paguyuban, dan dalam kehidupan kongkret sehari-hari di rumah dan pergaulan lainnya. Berkaitan dengan melemahnya penglihatan sehingga memutuskan untuk berhenti nyopir mobil, saya berusaha untuk mendalami hal apa yang membuat saya menghayati rasa syukur.
Menyadari kekuatan Allah
Menyadari adanya kelemahan penglihatan, saya teringat akan kata-kata Santo Paulus yang terumus di dalam surat kedua kepada umat Korintus. “Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. ..... Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” (2Kor 12:9.10) Bagi orang yang ikut Kristus ternyata yang harus menjadi pusat perhatian adalah bagaimana dalam keadaan apapun tetap ada dalam kuasa Tuhan. Segala kelemahan bukanlah peristiwa yang membuat hidup meratap. Kelemahan justru harus menjadi jalan tol untuk merasakan kuasa Tuhan. Di sini saya dapat memahami ajaran Santo Paulus “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1Tes 5:18) Jiwa ekaristis, hidup bersyukur, harus juga dihayati ketika mengalami ketidakenakan. Ini termasuk yang dikehendaki oleh Allah.
Bagaimanapun juga kelemahan penglihatan bagi saya memang membuat tidak enak ketika harus melakukan kegiatan yang menggunakan mata. Ketika harus memimpin misa tanpa mendekatkan mata ke buku, saya tidak dapat melihat jelas huruf-huruf yang harus dibaca. Yang jelas untuk hidup berpusat pada Kristus saya memang harus bersahabat dengan ketidakenakan. Saya memang sudah familier dengan firman "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Luk 9:23) Bagi saya ini adalah kehendak Allah. Di dalam satu-satunya doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, yaitu Doa Bapa Kami, saya harus memohon kepada Allah “Jadilah kehendak-Mu di atas muka bumi seperti di dalam surga”. Dengan berjuang menghayati hidup dalam topangan kehendak Allah, saya akan mendekatkan diri dengan model utama hidup beriman. Model itu adalah Bunda Maria yang bersedia menjalani amanat ilahi dengan mengatakan "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."(Luk 1:38). Kelemahan penglihatan dalam diri saya adalah bagian dari Sabda ilahi yang menjadi kehendak-Nya untuk saya hayati.
Mengalami realita kekuatan Allah
Kembali ke kata-kata Santo Paulus, saya menemukan dua
hal pokok :
- “..... suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku” (2Kor 12:9)
- “.....jika aku lemah, maka aku kuat” (2Kor 12:10).
Dengan kelemahan mata saya akan ternaungi dengan kuasa Kristus. Di samping naungan kuasa Kristus kelemahan mata akan menjadi kekuatan tertentu.
Naungan kuasa Kristus
Dengan lemahnya mata saya diingatkan ada kuasa Kristus yang menaungi. Ini tentu datang lewat mereka dari kalangan kaum beriman. Mereka adalah orang-orang yang tidak hanya rajin berdoa dan beribadat dengan menyebut nama Tuhan. Mereka adalah pelaku kehendak Allah (bandingkan Mat 7:21). Dan siapapun yang melakukan kehendak-Nya adalah bagian dari keluarga sendiri (bandingkan Mat 12:50). Dalam hal ini saya bertanya dalam hati siapa yang menjadi wujud kuasa Kristus untuk menaungi kelemahan penglihatan saya untuk menjadi sopir.
Ketika saya merenungkan hal itu, saya teringat pada kata-kata Kristus “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu” (Mat 7:24). Saya merasa barangkali suara saya yang tercetus “Mulai berumur tujuhpuluh tahun aku akan berhenti nyopir” sadar atau tidak sadar adalah pengerasan bisikan suara relung hati dimana ada kuasa Tuhan bertahta. Dalam hal ini, di samping karyawan Domus Pacis yang bisa menyopir, ada yang mendengar dan langsung tergerak untuk bertindak dengan berkata “Siap antar kalau ada keperluan”. Dia adalah Bu Rini. Bu Rini menjadi relawan yang paling banyak hadir sejak di Domus Pacis Puren hingga kini di Domus Pacis Santo Petrus, Kentungan. Dia amat peduli terhadap kondisi para rama dan kehidupan para penghuni Domus Pacis termasuk karyawan. Bu Rini juga trampil mengendarai mobil. Dia berkata kepada saya “Kalau rama akan pergi, saya akan menjadi sopir”. Sebenarnya Ketika masih di Domus Puren Bu Rini sudah kerap mengantar saya dengan mobil komunitas.
Mata non fisik
Sebenarnya sebelumnya saya tidak begitu ambil pusing tentang kelemahan mata. Bagi saya itu adalah realita. Tetapi bahwa ada firman yang mengatakan “.....jika aku lemah, maka aku kuat” (2Kor 12:10), saya kemudian berpikir tentang kekuatan dibalik kelemahan ke-mata-an. Karena pikiran ini dimotivasi oleh Kitab Suci, maka saya mencari terang dari firman juga. Di dalam buku Konkordansi Alkitab (Penerbit Kanisius Yogyakarta dan BPK Guniung Mulia Jakarta, 1978 halaman 245-246) saya menemukan ayat-ayat yang berkaitan dengan kata “mata”. Kalau tidak salah menghitung, saya menemukan 95 ayat. Dari jumlah itu 63 ayat bicara tentang mata secara fisik, yaitu anggota badan untuk indra penglihatan. Sedang 32 ayat menyebut mata yang tidak berkaitan dengan dimensi fisik biologis. Dimensi non fisik ini dikaitkan dengan Tuhan dan dengan manusia.
·
Ada mata Tuhan
Sejauh
saya tangkap ayat-ayat yang mengaitkan “mata” dengan Tuhan adalah sebagai berikut
:
1.
Mata Tuhan, Allahmu, tetap mengawasinya
dari awal sampai akhir tahun (Ul 11:12)
2.
Kiranya mata-Mu terbuka terhadap rumah
ini, siang dan malam ..... (1Raj 8:29)
3.
Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi
untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia
(2Taw 19:9)
4.
Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada
mereka yang takut akan Dia (Mzm 33:18)
5.
Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang
benar (Mzm 34:15)
6.
Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi
orang jahat dan orang baik (Ams 15:3)
7.
Aku akan mengarahkan mata-Ku kepada mereka
untuk kebaikan mereka (Yer 24:6)
8.
Mata-Mu terlalu suci untuk melihat
kejahatan (Hab 1:13)
9.
..... mata TUHAN, yang menjelajah seluruh
bumi (Za 4:10)
10.
..... segala sesuatu telanjang dan terbuka
di depan mata Dia (Ibr 4:13)
11.
..... mata-Nya bagaikan nyala api (Why
1:14).
Dalam ayat-ayat itu dibicarakan tentang “mata Tuhan”. Kecuali dalam Kitab Wahyu 1:14 saya menangkap kata “mata Tuhan” bermakna perhatian atau pengawasan ilahi yang diarahkan kepada manusia. Sementara itu dalam Kitab Wahyu mata Tuhan digambarkan seperti nyala api. Di sini saya ingat Kitab Kidung Agung dalam Perjanjian Lama yang mengatakan “Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN!” (8:6) Nyala api ilahi dikaitkan dengan gambaran tentang cinta yang kuat. Inilah yang membuat saya menangkap gambaran tentang mata Tuhan sebagai perhatian dan pengawasan ilahi yang terjadi karena kasih-Nya yang amat kuat. Dengan adanya “mata Tuhan” saya merasakan Tuhan Allah itu kasih (1Yoh 4:8) yang selalu memberi perhatian dan pengawasan demi damai sejahtera kita manusia.
·
Ada mata hati manusia
Sejauh
saya tangkap ayat-ayat yang mengaitkan “mata” dengan manusia adalah
sebagai berikut :
1.
1Raj 1:20 Dan
kepadamulah, ya tuanku raja, tertuju mata seluruh orang Israel, supaya engkau
memberitahukan kepada mereka siapa yang akan duduk di atas takhta tuanku raja
sesudah tuanku.
2.
Mzm
119:82 Habis mataku merindukan janji-Mu; aku berkata: "Bilakah
Engkau akan menghiburkan aku?"
3.
Mzm 145:15 Mata sekalian orang menantikan
Engkau, dan Engkaupun memberi mereka makanan pada waktunya;
4.
Ams 6:17 mata sombong, lidah dusta, tangan
yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah,
5.
Ams 27:20. Dunia orang mati dan kebinasaan
tak akan puas, demikianlah mata manusia tak akan puas.
6.
Pkh 1:8 Segala sesuatu menjemukan,
sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak
puas mendengar.
7.
Pkh
2:14 Mata orang berhikmat ada di kepalanya, sedangkan orang yang bodoh
berjalan dalam kegelapan, tetapi aku tahu juga bahwa nasib yang sama menimpa
mereka semua.
8.
Yes 6:5. Lalu kataku: "Celakalah aku!
aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di
tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja,
yakni TUHAN semesta alam."
9.
Yes 6:10 Buatlah hati bangsa ini keras dan
buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya
jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan
mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh."
10.
Yes 29:10 Sebab TUHAN telah membuat kamu
tidur nyenyak; matamu--yakni para nabi--telah dipejamkan-Nya dan mukamu--yaitu
para pelihat--telah ditudungi-Nya.
11.
Yes 52:8 Dengarlah suara orang-orang yang
mengawal engkau: mereka bersama-sama bersorak-sorai. Sebab dengan mata kepala
sendiri mereka melihat bagaimana TUHAN kembali ke Sion.
12.
Mat 6:22 Mata adalah pelita tubuh. Jika
matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu;
13.
Luk 11:34 Matamu adalah pelita tubuhmu.
Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah
tubuhmu.
14.
Kis 28:27 Sebab hati bangsa ini telah
menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya
jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan
mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.
15.
Mat 18:9 Dan jika matamu menyesatkan
engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam
hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan
bermata dua.
16.
Mrk 9:47 Dan jika matamu menyesatkan
engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah
dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka,
17.
Luk 2:30 sebab mataku telah melihat
keselamatan yang dari pada-Mu,
18.
Ef
1:18 Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti
pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya
kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus,
19.
Ibr 12:2 Marilah kita melakukannya dengan
mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa
iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun
memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di
sebelah kanan takhta Allah.
20.
2Ptr 2:14 Mata mereka penuh nafsu zinah
dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa. Mereka memikat orang-orang yang
lemah. Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan. Mereka adalah orang-orang
yang terkutuk!
21.
1Yoh 2:16 Sebab semua yang ada di dalam
dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup,
bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
Dari ayat-ayat itu saya menemukan gambaran mata sebagai sikap hati yang ada dalam diri manusia. Sikap kedalaman hati mempengaruhi wujud kehidupan. Orang bisa menjadi baik atau buruk tergantung dari sikap batin yang ada dalam dirinya. Maka gambaran mata non fisik dalam diri manusia secara praktis merupakan sikap batin dengan aura baik atau buruknya.
Mengembangkan mata beriman?
Dari ayat-ayat di atas saya merasa dalam gambaran mata non fisik di dalam Kitab Suci adalah per-HATI-an Tuhan ke arah manusia dan suasana HATI yang ada dalam diri manusia. Mata hati manusia akan baik mengalami terang atau keceriaan karena terbuka pada per-HATI-an Tuhan. Kalau tertutup hati orang akan mengalami kegelapan. Dengan demikian di sini ada peristiwa uluran kasih ilahi demi kebahagiaan manusia. Keterbukaan hati orang akan uluran kasih ilahi ini membuatnya mempercayakan diri pada Tuhan. Inilah hidup orang percaya atau beriman yang membuat orang selamat. “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum;” (Yoh 3:18). Ia mengalami kebenaran hidup yang membuatnya “datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.” (Yoh 3:21) Sebaliknya yang tidak terbuka pada uluran kasih Tuhan akan hidup dalam kegelapan sehingga tak tahu mana jalan benar dan jatuh dalam perbuatan-perbuatan salah. “Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak” (Yoh 3:20)
Berkaitan dengan mata hati untuk hidup dalam terang ilahi, dalam hal ini saya masih harus berjuang untuk mendalaminya. Bagaimana dengan mata fisik yang sudah tidak mempunyai ketajaman saya dapat memiliki ketajaman hati untuk menangkap berbagai realita kehidupan sejati? Jujur saja, saya masih berada dalam proses menggali dan syukur dapat menjadi alat batin yang tajam untuk menyaksikan realitas iman. Hingga saat ini saya mengaitkan mata hati dengan hati nurani, yaitu “hati yang telah mendapat cahaya Tuhan” (https://kbbi.web.id/hati). Dalam hal ini saya mencoba mengembangkan upaya hidup berdasarkan bisikan yang ada dalam relung hati. Bukankah setiap orang adalah bait Allah (lihat 1Kor 3:16 dan 6:19)?
Kentungan, 12 Maret 2022 (revisi)
No comments:
Post a Comment