Friday, April 2, 2021

Paskah 3-4 April 2021 (Mrk 16:1-8; Yoh 20:1-9; Luk 24:13-35 )

diambil dari  https://unio-indonesia.org/2021/03/30; ilustrasi dari Blog Domus

Selamat Paskah

Tidak ada laporan bagaimana persisnya kebangkitan itu terjadi, dengan cara apa, kapan saatnya dan siapa-siapa yang pertama melihat peristiwa itu. Jalannya peristiwa akan tetap tersembunyi, hanya jejak-jejak peristiwa itu sajalah yang dikenali. Namun demikian, ada pokok yang mendasari kepercayaan bahwa Yesus telah bangkit. Yang pertama ialah makam yang kosong dan  yang kedua ialah keyakinan orang-orang yang terdekat bahwa ia tidak lagi berada di antara orang mati. Amat besar peran kesaksian orang-orang yang datang mencari dia yang tadinya wafat dan dimakamkan seperti disampaikan dalam Mrk 16:1-8 (Malam Paskah); Yoh 20:1-9 (Minggu Paskah pagi ); dan Luk 24:13-35 (Minggu Paskah sore).

Injil Paskah: Mrk 16:1-8

Pagi-pagi benar pada hari pertama setelah hari Sabat lewat, beberapa perempuan datang ke makam Yesus membawa wewangian. Mereka bertanya-tanya siapa akan membukakan batu penutup kubur agar mereka bisa masuk merawat jenazahnya. Tetapi sesampai di sana, mereka menemukan batu penutup makam sudah tergolek. Mereka tidak mendapati jenazah Yesus. Mereka hanya melihat “seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan” (Mrk 16:5).

Sebelum melangkah lebih jauh, baiklah ditengok kesaksian Injil-Injil lain. Lukas menyebutkan “dua sosok” (Luk 24:1-4) yang pakaiannya berkilau-kilauan yang menyapa para perempuan itu, “Mengapa kalian mencari dia yang hidup di tempat orang mati. Ia tidak ada di sini, ia telah bangkit!” (Luk 24:5-6). Mat 28:2-6 berbicara mengenai “seorang malaikat” yang juga mengatakan bahwa Yesus telah bangkit. Injil Yohanes samasekali tidak menyebutkannya. Juga ada perbedaan tentang siapa yang datang ke kubur. Yoh 20:1 hanya menyebutkan Maria Magdalena. Lukas mencatat bahwa mereka itu ialah Maria dari Magdala, Yohana, dan Maria ibu Yakobus (Luk 24:10). Matius hanya menyebutkan dua perempuan, yaitu Maria Magdalena dan Maria “yang lain” (Mat 28:1). Markus yang kita dengarkan hari ini menyebut tiga perempuan, yakni Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, serta Salome ( Mrk 16:1).

Berapa sosok yang ditemui di makam, berapa orang perempuan pergi ke makam, dan siapa mereka? Pembaca atau pendengar Injil tidak usah mencoba merekonstruksi jalannya peristiwa seperti seorang detektif. Injil tidak menyajikan laporan pandangan mata. Yang disampaikan ialah pengalaman batin yang diturun temurunkan. Perbedaan yang ada di antara Injil tadi timbul dari kekayaan pengalaman di pagi hari itu. Pengalaman tak selalu jelas (menyangkut berapa orang melihat makam kosong, siapa, dst.), tetapi menentu (bahwa makam memang kosong). Kita juga bisa ikut merasakan dan mendalami pengalaman mereka.

Siapa “orang muda” yang berjubah putih yang disebutkan dalam Mrk 16:5? Pembaca Markus boleh teringat akan kisah mengenai seorang muda yang dalam Mrk 14:51-52 mengikuti peristiwa penangkapan Yesus dan malah ikut diringkus tetapi berhasil lolos dengan melepaskan pakaiannya yang hanya sehelai itu. Kembali ke kisah pengalaman ketiga perempuan di kubur Yesus. Mereka mendapati juga “orang muda”, kata Yunaninya ialah “neaniskos”, sama seperti yang ada dalam kisah sebelumnya. Mengapa disebut orang muda? Berarti penginjil mau mengatakan tidak hanya ada orang. Tapi tahu ciri-cirinya. Ia muda. Dalam kisah penangkapan, orang muda itu berpakaian “sehelai kain” yang kemudian dilepaskannya, tapi kini orang muda di makam ini berpakaian “jubah putih” yang tetap dikenakannya. Bagi orang Semit, pakaian membuat orang dapat dikenali, dapat kelihatan. (Kalau lepas pakaian, maka tak terlihat dan tak boleh dilihat.) Yang tadi ialah yang tak kelihatan lagi karena telah melepaskan pakaiannya dan tak diketahui lagi pergi ke mana, tapi tetap membuat pembaca berpikir. Ini cara Injil Markus berkata: tak penting lagi siapa yang menceritakan kejadian-kejadian hingga di situ. Mulai saat itu ikutilah sendiri Yesus yang barusan ditangkap dan perhatikan apa yang terjadi padanya. Begitulah kita diajak mengikuti kisah sengsara Markus. Yang kini tampak kepada para perempuan di makam itu tak terduga-duga dan mengejutkan. Orang muda yang ini berjubah putih. Pakaian seperti ini panjangnya dari leher sampai tumit, jadi seluruh sosoknya kelihatan serba putih. Dan ia berkata agar mereka tidak usah takut, lalu menjelaskan bahwa Yesus dari Nazaret itu telah bangkit. Para perempuan itu selanjutnya disuruh mengabarkan kepada para murid lain, khususnya Petrus, bahwa Yesus telah mendahului mereka ke Galilea. Di sanalah mereka akan melihat dia. Tokoh “orang muda” ini, seperti orang muda pada malam penangkapan, tetap diliputi rahasia dan semakin menggugah rasa ingin tahu. Itulah pengalaman mereka yang ada di ambang pertemuan dengan Yang Keramat. Tetapi yang dikatakannya jelas, yakni Yesus telah bangkit. Yesus tidak ada di antara orang mati lagi, ia sudah bangkit! Dan itulah yang mereka wartakan kepada murid-murid lain.

Injil menghubungkan kesaksian paling awal tentang kebangkitan tadi dengan penampakan Yesus kepada murid-muridnya nanti di Galilea. Kita tahu, di wilayah utara itulah Yesus dari Nazaret mulai dikenal orang. Murid-murid diminta ke sana untuk “melacak kembali” perkenalan mereka dengan dia yang dahulu memanggil mereka di pinggir danau. Dia itu sama dengan yang kini telah bangkit. Begitulah mereka akan menyadari bagaimana mereka dapat menimba kembali kekayaan dari pengalaman dari hari ke hari bersama dengannya dulu. Juga bagi kita, menemui dia yang bangkit itu sama dengan membaca kembali dan mendalami pengalaman mengenal dia yang tersembunyi dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita. Inilah warta utama iman kebangkitan: pergilah ke tempat kalian mulai berjumpa dengan dia dan di sana kalian akan melihat siapa dia sesungguhnya.

Injil Minggu Paskah Pagi: Yoh 20:1-9

Menurut Injil Yohanes, pada hari pertama pekan itu, pagi-pagi benar, Maria Magdalena datang ke makam Yesus. Ia melihat batu penutup telah diambil dari kubur. Segera ia berlari mendapatkan Petrus dan murid lain yakni “murid yang dikasihi” Yesus dan menyampaikan berita bahwa Yesus diambil orang dan tak diketahui di mana sekarang. Maka Petrus dan murid yang lain itu berlari ke makam. Murid yang lain tadi sampai terlebih dahulu, menjenguk ke dalam kubur dan melihat kain kafan terletak di tanah. Petrus juga datang, lalu masuk dan mendapati juga kafan terletak di tanah, tapi kain peluh terlihat di tempat lain. Kedua murid ini mendapati makam kosong. Kesimpulan pembaca Injil: dia sudah bangkit. Seandainya janazahnya cuma dipindahkan atau disembunyikan, mestinya kafan dan kain peluh tidak dilepas dan ditinggalkan di makam.

Murid yang lain, yang tadi ada di luar itu, menyusul masuk ke makam, dan disebutkan, “ia melihatnya”, maksudnya, ia melihat bekas-bekas Yesus di situ, tapi kini sudah bangkit. Ditambahkan dalam ay. 8, “Dan ia percaya.” Pengalaman pembaca Injil Yohanes dulu masih bisa kita ikuti pula. Ia akan pertama-tama menyimpulkan bahwa Yesus sudah bangkit dan baru sejenak kemudian percaya, seperti murid yang lain tadi. Ini cara berkisah Yohanes yang melibatkan pembaca. Ia membuat siapa saja yang mengikuti kisahnya merasa seolah-olah ikut berlari ke makam, dan boleh jadi datang mendahului Petrus dan bahkan murid yang dikasihi itu sendiri. Dan mendahului percaya Yesus sudah bangkit!

Mari kita bandingkan dengan Injil Lukas. Dalam Luk 24:35 ketika dua murid melaporkan kepada kesebelas murid di Yerusalem mengenai penampakan Yesus di Emaus, mereka yang di Yerusalem itu juga menegaskan bahwa “Tuhan telah bangkit dan menampakkan diri kepada Simon”. Akan tetapi, Lukas tidak menceritakan Petrus secara khusus mendapat penampakan Tuhan. Memang dalam 1Kor 15:5, Paulus menyebut bahwa Yesus menampakkan diri kepada Kefas, yaitu Petrus, dan menyebutkan murid-murid lain. Namun demikian, apa yang dialami Petrus sesungguhnya? Rupa-rupanya Lukas sengaja hanya menyebut Petrus “heran memikir-mikirkan apa yang telah terjadi”. Lukas mengajak pembaca ikut serta dalam pengalaman Petrus mengenai “apa yang telah terjadi itu”, yakni Yesus tidak lagi berada di tempat orang mati dan hanya kain kafannya masih di situ. Begitulah Petrus nanti juga sampai pada kesadaran bahwa Yesus sudah bangkit.

Injil Minggu Paskah Sore: Luk 24:13-35

Dalam konteks kisah kebangkitan Lukas (Luk 24:1-12), ditekankan pengalaman para perempuan di makam yang kosong yang teringat akan perkataan Yesus dahulu. Juga digambarkan pengalaman Petrus menemukan makna peristiwa ini seperti disinggung di atas. Dua jalan itu membawa mereka sampai pada keyakinan bahwa Yesus telah bangkit.

Ada jalan lain, yakni penampakan, seperti yang dialami kedua murid yang menuju Emaus yang diceritakan di dalam Luk 24:13-35. Kedua murid itu tidak segera menyadari bahwa orang yang menyertai mereka dalam perjalanan ke Emaus ialah Yesus yang telah bangkit. Bagi mereka, Yesus yang kelihatan sebagai musafir itu menjelaskan kejadian-kejadian mengenai dirinya yang telah dikatakan dalam Kitab Suci. Jadi, sepanjang perjalanan itu kedua murid tadi “membaca kembali” warta Kitab Suci mengenai Yesus. Mereka tidak sadar bahwa Yesus ada bersama mereka dan menolong mereka agar mengerti lebih dalam warta Kitab Suci. Mata mereka baru terbuka ketika ia makan bersama mereka dan melakukan hal yang sama seperti yang terjadi pada perjamuan terakhir. Akan tetapi, saat itu juga Yesus lenyap. Yang tinggal ialah kesadaran bahwa ia kini hidup. Kesadaran inilah yang membuat mereka bergegas mengabarkan kepada kesebelas murid di Yerusalem dan orang-orang lain yang beserta mereka.

Satu hal lagi. Kedua murid yang berjalan ke Emaus itu disertai oleh dia yang telah bangkit dalam ujud yang tidak segera mereka kenali. Perjumpaan dengan orang yang tak dikenal, tapi dalam suasana dialog tadi menjadi jalan yang setapak demi setapak membuat mereka siap mengenali siapa dia itu sesungguhnya. Banyak perjumpaan yang memperkaya batin yang tak segera disadari. Biarkan dia sendiri yang ada dalam pengalaman itu menunjukkan diri. Dan saat itu juga mereka – kita juga – akan menyadari kenapa tadi “hati kita berkobar-kobar…!” (ay. 32)

Selamat Paskah!

A. Gianto

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...