Dari omong-omong dengan lansia tak jarang dijumpai kisah bahagia karena punya tugas jadi MC. Namun itu bukan singkatan profesi Master of Ceremony. Yang dimaksudkan dengan MC adalah Momong Cucu. Tampaknya, kalau sudah omong tentang MC, lansia bisa bercerita tentang cucunya yang amat menyenangkan. Lebih dari itu tampaknya kisah cucu yang paling menarik adalah yang berusia balita. Dari google saya menemukan semacam rangkuman tentang MC sebagai berikut :
Momong cucu merupakan kebanggaan bagi kakek atau
nenek karena cucu dianggap sebagai anugerah, berlian, dan
segalanya. Momong cucu juga merupakan wujud kasih sayang dan cinta kakek
atau nenek kepada cucunya.
Selain sebagai kebanggaan, momong cucu juga memiliki
banyak manfaat bagi kakek atau nenek, di antaranya:
·
Membantu kakek atau nenek tetap aktif dan mencegah penurunan fungsi
kognitif
·
Memunculkan rasa puas dalam diri kakek atau nenek
·
Menurunkan kejadian depresi pada lansia
·
Mempererat kedekatan dengan anak dan cucu
· Memperkuat relasi positif antar anggota keluarga
Sadar Jenjang Usia
Di sini saya memusatkan perhatian pada lansia yang berhubungan dengan cucu usia balita. Bagaimanapun juga lansia berasal dari generasi yang amat berbeda dengan generasi cucu balita. Dari google saya mendapatkan adanya macam-macam generasi menurut kelahirannya :
·
Generasi Silent: Lahir antara tahun 1928-1945
·
Baby Boomers: Lahir antara tahun 1946-1964
·
Generasi X: Lahir antara tahun 1965-1980
·
Generasi Y atau Milenial: Lahir antara tahun 1981-1996
·
Generasi Z: Lahir antara tahun 1997-2012
·
Generasi Alpha: Lahir setelah tahun 2013
·
Generasi Beta: Lahir sekitar tahun 2025 hingga 2039
Penggolongan generasi berdasarkan tahun kelahiran ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa setiap generasi memiliki karakteristik yang berbeda. Hal ini disebabkan karena setiap orang tumbuh dan mengalami peristiwa sejarah yang berbeda dalam kurun waktu kehidupan mereka.
Pada umumnya orang dimasukkan golongan lansia ketika berusia 60 tahun. Kalau kini kita ada di tahun 2024, pada umumnya lansia masuk golongan baby boomers atau bahkan generasi silent. Di dalam pembicaraan lansia momong cucu, saya akan lebih memfokuskan pada lansia generasi babby boomers dan anak generasi Alpha. Ternyata antara lansia dan cucu balita terdapat jenjang jarak usia melompati 3 generasi (X, Y, Z). Demi terjadinya “tugas MC” dengan baik lansia perlu menyadari karakteristik generasinya dan karakteristik generasi Alpha. Saya memasukkan pokok-pokoknya dalam matrik dan dari google saya mengambil penjelasan utuhnya.
Butir-butir ciri lansia dan balita.
LANSIA |
CUCU BALITA |
· Ledakan kelahiran · Kompetitif · Pekerja keras · Berorientasi pada pencapaian · Mandiri · Setia kepada keluarga · Peduli penampilan profesional · Sulit menerima kritik · Kurang adaptif perkembangan
tekhonogi |
· Dekat dengan tekhnologi · Multitasking · Pemikiran terbuka · Kreatif dalam bermedia sosial · Keterbukaan terhadap keberagaman · Peduli pada kesehatan mental Lain-lain seperti : ambisi tinggi dan percaya
diri, keberanian melanggar aturan, penguasaan bahasa Inggris, ketergantungan
pada teknologi, interaksi sosial yang berbeda. |
Generasi Baby Boomers memiliki beberapa ciri-ciri, di
antaranya:
·
Ledakan kelahiran
Generasi Baby Boomers lahir antara tahun 1946–1964,
yang merupakan periode ledakan kelahiran setelah Perang Dunia II.
·
Kompetitif
Generasi Baby Boomers dikenal kompetitif karena hidup
di masa yang minim lapangan pekerjaan.
·
Pekerja keras
Generasi Baby Boomers dikenal sebagai generasi yang
pekerja keras dan memiliki semangat kerja tinggi.
·
Berorientasi pada pencapaian
Generasi Baby Boomers
berorientasi pada pencapaian dan berdedikasi.
·
Mandiri
Generasi Baby Boomers memiliki
karakter yang mandiri.
·
Setia kepada keluarga
Generasi Baby Boomers memiliki karakter setia kepada
keluarga dan rela bekerja keras untuk membahagiakan keluarganya.
·
Peduli penampilan profesional
Generasi Baby Boomers peduli dengan penampilan
profesional mereka, sehingga lebih cenderung berpakaian formal di tempat
kerja.
·
Sulit menerima kritik
Generasi Baby Boomers sulit
menerima kritik, namun suka mengkritik generasi muda.
·
Kurang adaptif terhadap perkembangan teknologi
Generasi Baby Boomers cukup
kesulitan dalam menghadapi perkembangan teknologi.
Generasi Alpha, atau Gen Alpha, adalah generasi yang
lahir antara tahun 2010 dan 2024. Mereka memiliki beberapa ciri khas, di
antaranya:
·
Dekat dengan teknologi
Generasi Alpha tumbuh di era digital, sehingga mereka
akrab dengan teknologi sejak dini. Mereka terbiasa menggunakan teknologi
dalam berbagai aspek kehidupan, seperti untuk belajar, bermain, dan
berkomunikasi.
·
Multitasking
Generasi Alpha terbiasa melakukan beberapa aktivitas
sekaligus, seperti membaca, menonton, berbicara, dan mendengarkan musik.
·
Pemikiran terbuka
Generasi Alpha memiliki pola pikir yang terbuka,
transformatif, dan inovatif. Mereka menyukai sesuatu yang baru dan lebih
banyak terpapar informasi.
·
Kreatif dalam bermedia sosial
Generasi Alpha memiliki
kreativitas tinggi dalam menggunakan media sosial.
·
Keterbukaan terhadap keberagaman
Generasi Alpha tumbuh dalam era globalisasi digital
yang memperluas cakupan budaya dan keberagaman.
·
Peduli pada kesehatan mental
Generasi Alpha lebih terbuka membicarakan emosi dan
mencari bantuan saat menghadapi masalah.
Selain itu, generasi Alpha juga memiliki ciri khas lain, seperti: Ambisi tinggi dan percaya diri, Keberanian melanggar aturan, Penguasaan bahasa Inggris, Ketergantungan pada teknologi, Interaksi sosial yang berbeda.
Dari ciri-ciri itu saya menemukan hal yang bisa dirasa berat bagi lansia untuk membangun dan mengembangkan hubungan baik dengan cucu balita. Sejauh saya ketemukan dalam google hal-hal itu adalah sebagai berikut :
1.
Kompetitif. Hal ini bisa membuat orang lansia memandang
orang lain sebagai saingan. Saling mengalahkan dan merebut kemenangan bisa
mewarnai hidup. Sementara itu yang kini balita ada bentukan alam pikir dan
perilaku terbuka dan ikhlas menerima keberagaman.
2. Perkembangan tekhnologi. Terutama dalam berhadapan dengan tekhnologi informasi digital, terdapat perbedaan mencolok di antara kaum lansia dan generasi alpha. Seorang lansia memang bisa menggunakan HP. Tetapi lansia bisa amat terbatas dalam penggunaan. Tak sedikit lansia yang gagap istagram dan Ipad. Lain halnya dengan generasi alpha. Generasi alpha lahir dan tumbuh serta berkembang dalam dunia digital yang menjadi penghayatan hidup kakak-kakak dan orangtuanya, yaitu mereka yang menjadi bagian generasi Y dan Z. Kedua generasi ini lahir di alam globalisasi yang ditandai oleh adanya revolusi media komunikasi termasuk kemajuan pesatnya.
Tindakan Lansia bagi Cucu Balita
Ciri generasi Alpha dalam google juga dicirikan dalam keunikan berikut :
- Teknologi. Generasi Alpha lahir di era digital yang didominasi oleh gadget seperti ponsel pintar dan tablet. Mereka terpapar layar digital sejak dini dan akrab dengan gawai sejak bayi.
- Sosial. Generasi Alpha adalah generasi yang paling terhubung dengan teman-temannya. Mereka sering berinteraksi secara virtual.
Berhadapan dengan generasi seperti itu kaum lansia harus memiliki upaya khusus. Dalam artikel Kenalan dengan Generasi Alpha, Yuk (https://www.ybkb.or.id) saya menemukan uraian berikut :
Anak-anak Generasi Alpha menggunakan teknologi dalam
segala aspek kehidupan, baik di rumah maupun di sekolah. Orang tua milenial
sebagai generasi pendahulunya sering kali memperkenalkan anak-anak Generasi
Alpha pada media sosial dan smartphone sejak usia dini, bahkan sebelum mereka
bisa berbicara.
Guna menghadapi fenomena tersebut, berikut beberapa
cara mendidik Generasi Alpha yang bisa dipertimbangkan:
1. Ikuti Perkembangan Teknologi Digital
Anak-anak Generasi Alpha terbiasa dengan teknologi
digital dan menggunakannya dalam proses belajar di sekolah. Orang tua perlu terus mengikuti perkembangan teknologi
terbaru dan beradaptasi dengan dunia maya agar bisa memberikan
pengawasan dan bimbingan yang tepat kepada anak-anak.
2. Atur Screen Time
Penting bagi orang tua untuk mengatur waktu yang
dihabiskan anak-anak Generasi Alpha di depan layar gadget. Dengan mengatur
jadwal screen time, anak-anak akan memiliki waktu yang
cukup untuk berinteraksi secara langsung dengan lingkungan sekitar dan menjaga
keseimbangan antara kehidupan online dan offline.
3. Cek Keamanan Media Sosial
Mengingat banyak anak Generasi Alpha sudah memiliki
akun media sosial sendiri, orang tua perlu memastikan
keamanan dan pemahaman anak terkait risiko cyber crime. Edukasi tentang
keamanan digital dan pengaturan privasi menjadi penting untuk menjaga anak-anak
dari ancaman kejahatan di dunia maya.
4. Jadi Orang Tua Sekaligus Teman
Anak-anak Generasi Alpha cenderung memilih
pendekatan yang lebih baik dan lebih terbuka dari orang tua. Orang tua perlu menjalankan
peran sebagai pendengar yang baik, memberikan dukungan emosional, serta
memberikan ruang bagi anak untuk mengekspresikan minat dan ide mereka.
5. Sediakan Waktu Keluarga
Menyediakan waktu keluarga yang berkualitas
dapat mempererat hubungan antara orang tua dan anak. Dengan mendengarkan ide-ide
dan minat anak-anak Generasi Alpha, orang tua dapat membangun kedekatan yang
lebih erat dan mendukung perkembangan anak-anak dalam lingkungan yang aman dan
lebih positif.
Generasi Alpha adalah landasan bagi masa depan yang semakin terkoneksi secara digital. Dengan kemahiran teknologi yang tak tertandingi sejak usia dini, mereka menandai perubahan dalam dinamika sosial dan pendidikan. Dengan pemahaman yang tepat tentang ciri Generasi Alpha dan cara mendidiknya, kita dapat membantu mempersiapkan mereka menghadapi tantangan dan peluang di dunia yang semakin dinamis secara global.
Sikap Rohani?
Dengan merujuk realitas sosial generasi Alpha, secara spontan saya merasa bahwa SIKAP BERTEMAN BERSAMA CUCU BALITA adalah landasan ungkapan dan wujud pendampingan iman. Saya merasa itu adalah penghayatan kasih Kristiani yang amat berbobot. Saya ingat kata-kata Tuhan Yesus “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13). Dengan landasan kasih Kristiani, saya merasa harus ada dua sikap utama yang pada gilirannya akan terungkap dalam tindakan kongkret untuk pendampingan dalam momong cucu. Dua hal itu adalah sebagai berikut :
- Sikap mengajak. Bagaimanapun juga sebagai kaum dewasa dan tua bahkan lansia, seseorang telah berhadapan dengan berbagai peristiwa atau kejadian yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan anak usia paling tinggi 14 tahun. Maka bisa dipahami kalau mereka mendapatkan sebutan yang “sudah banyak makan asam garam”. Bagi saya yang amat berbahaya kalau mereka kemudian menempatkan diri harus jadi “panutan”. Dalam hal ini lansia bisa menjadi tukang memberi petunjuk, mengajar, dan bahkan memerintah. Di hadapan generasi Alpha yang menuntut sikap pertemanan, kaum lansia harus bertindak sebagai pengajak untuk mengenalkan dan merasakan nilai-nilai luhur yang akan diwariskan. Tugas penginjilanpun bagi Tuhan Yesus juga untuk diwartakan dan bukan terutama jadi pengajaran apalagi pemaksaan.
- Sikap menyertai. Di dalam tindakan kongkret pewarisan nilai-nilai memang membutuhkan bentuk-bentuk tindakan kongkret tertentu. Dalam hal ini lansia “sebagai teman cucu” bukan jadi pengajar dan penyuruh praktek. Unggulan edukatifnya bukan terletak pada kemampuan merumuskan kata-kata untuk disampaikan pada anak. Unggulan penyertaan adalah keteladanan. Lansia, tentu termasuk orangtua dan guru, dituntut untuk menunjukkan tindakan yang diharapkan terjadi pada perbuatan anak. Kaum dewasa juga harus melakukan bersama anak.
Domus Pacis, 20 November 2024
No comments:
Post a Comment