Sunday, August 28, 2022

Tidak Tepat Waktu?

Ada yang bilang bahwa salah satu segi budaya yang melekat dalam diri orang Indoensia adalah SULIT TEPAT WAKTU. Janjian jam untuk perjumpaan baik perorangan maupun kelompok tidak jarang tidak akan terpenuhi pada jam yang disepakati. Sekalipun diucapkan atau ditulis dengan tambahan kata "tepat waktu", mudah terjadi hal itu tidak terpenuhi. Tentu saja ada even-even yang akan ditaati tepat waktu. Tetapi secara umum ketidaktepatan waktu mudah terjadi. Maka kalau ada yang mengeluhkan adanya kebiasaan terlambat, ada yang bilang bahwa itu termasuk budaya bagi orang Indonesia. Ada artikel yang menulis : "Mungkin satu-satunya budaya yang masih konsisten dilestarikan masyarakat Indonesia hingga saat ini adalah budaya terlambat. Dalam berbagai kasus kegiatan sepertinya keterlambatan adalah suatu hal yang sudah pasti menjadi pilihan banyak orang." (lihat Terlambat Adalah Budaya Indonesia dalam https://www.kompasiana.com/suhermanjuhari3206/5da97ead097f367a6940d202) Di dalam penjelasan ketidaktepatan waktu dengan adanya keterlambatan berkaitan dengan sikap hidup santai. Dengan sikap santai pada umumnya orang Indonesia secara alami mudah menghadapi hal yang membuat stres. Lain halnya misalnya dengan orang Jepang yang amat disiplin memegang ketepatan waktu. Dalam artikel itu diinformasikan bahwa pada tahun 2018 di Jepang ada bunuh diri 25.000 orang karena tak mampu menghadapi ketegangan diri.

Ternyata budaya TIDAK TEPAT WAKTU amat berkaitan dengan kemampuan santai menghadapi berbagai hal dalam hidup. Orang Indonesia dengan kemampuan hidup santai mudah menghadapi berbagai kasus stres. Ketika memikirkan hal itu Rm. Bambang dalam hati bertanya "Mengapa tidak tepat waktu biasa dihubungkan dengan keterlambatan?" Padahal di balik kebiasaan umum tidak tepat waktu ada sikap hidup santai yang terhayati oleh pada umumnya orang Indonesia. Apakah sikap santai selalu membuat orang mudah terlambat terhadap kesepakatan waktu? Kalau teringat dengan kebiasaan anak-anak kecil, pada umumnya mereka juga amat mudah tidak tepat waktu. Kalau ada acara yang dicanangkan mulai misalnya jam 07.00, anak-anak bisa sudah bangun jam 05.00 lalu mandi dan berdandan. Kemudian mereka bisa datang amat awal sebelum acara dimulai. Kemudian tampaklah pewujudan sikap santai dengan main-main apalagi kalau ada teman-teman sebaya. Tetapi yang masuk dalam benak Rm. Bambang adalah realita kehidupan bersama para romo sepuh di Domus Pacis St. Petrus. Ini adalah tempat tinggal para romo yang karena kondisi dan atau ketuaannya sudah bebas dari kerja dinas. Jadual untuk kebersamaan adalah : jam 07.00 makan pagi, jam 12.00 makan siang, jam 18.00 Misa, jam 18.30 atau sesudah Misa ada makan malam. Tetapi yang terjadi adalah sekitar 10 atau 5 menit sebelum jam 07.00  dan 12.00 acara makan bersama sudah selesai. Kemudian Misa sore biasa selesai antara jam 18.00 hingga 18.10. Tidak jarang pada jam 18.35 para romo sudah kembali ke kamar masing-masing karena selesai makan malam. Apakah lansia itu memang kembali seperti anak-anak? Bedanya, ketika para romo sudah siaga sebelum jadual jam, mereka tidak main-main seperti anak. Ada saja yang bisa bersuara "Iki ngenteni apa?" (Apa yang harus dinantikan?).

1 comment:

  1. Selamat malam Romo. Terima kasih untuk pengingatnya dan terima kasih juga untuk semua sharing Romo di blog ini. Berkah Dalem Romo.

    ReplyDelete

Jadi Katekumen Masuk Sorga Minggu 5

    "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Ker...