Wednesday, August 31, 2022

Kunjungan Nostalgia

Minggu itu, 28 Agustus 2022, ketika para romo memulai makan siang, seorang karyawan mendekati Rm. Bambang dab berkata "Wonten tamu kangge romo" (Ada tamu untuk Anda). Ada 4 orang datang dan oleh karyawan dipersilahkan masuk kamar tamu. Rm. Bambang mempercepat makan dan kemudian minta diri pada teman semeja untuk menemui tamu. Ternyata yang datang adalah keluarga Pak Tikno dan 1 ibu tetangganya. Pak Tikna datang bersama istri dan Frater Willy, putranya. Sementara itu ibu tetangga adalah Bu Gati. Mereka termasuk tokoh Gereja Paroki Muntilan yang dulu amat dekat dengan Rm. Bambang sebagai anggota tim kerja pengembangan umat yang kemudian berpusat di Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM). Frater Willy ketika itu masih kanak-kanak lalu remaja tetapi amat aktif dalam Pendampingan Iman Anak (PIA) dan kemudian Pendampingan Iman Remaja (PIR). Maka layaklah kalau pembicaraan menjadi nostalgia ketika bersama Rm. Bambang aktif di karya misioner.

Pak Tikno bercerita bahwa sesudah pensiun kini menekuni cocok tanam buah dan ternak ayam bangkok. "Romo kersa pisang nanging dereng mateng lan kedah dipun tengga rumiyin?" (Apakah mau pisah yang ranumnya masih menunggu beberapa hari?) tanya Pak Tikno yang diiyakan dengan mantap oleh Rm. Bambang. Kemudian Pak Tikno keluar mengambil pisang satu tundun dari mobilnya. Kedatangan keluarga Pak Tikno dan Bu Gati memang mau mengunjungi Rm. Bambang yang memang dulu juga dekat dengan umat Lingkungan mereka. Tetapi lebih dari itu mereka mengantar Frater Willy yang sedang ambil libur untuk penelitian dalam tugas pembuatan tesis. Frater Willy, yang masuk menjadi calon imam Xaverian, tugas studi teologi di Roma. Untuk tesnya dia mengambil model karya misa Rm. van Lith. Tentu saja Frater Willy selama penelitian banyak berada di MMM PAM. Katanya dua minggu lagi sudah akan pulang ke Roma.

Santo Giles

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 16 Agustus 2013 Diperbaharui: 01 Jun 2014 Hits: 6028

  • Perayaan
    01 September
  •  
  • Kota asal
    Athena Yunani
  •  
  • Wilayah karya
    Perancis
  •  
  • Wafat
  •  
  • Antara tahun 710 sampai 724 di Perancis | Oleh sebab alamiah
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Giles dilahirkan di Athena, Yunani. Ketika orangtuanya meninggal dunia, ia mempergunakan banyak warisan yang mereka tinggalkan untuk menolong orang-orang miskin. Sebab itu, dan teristimewa karena Tuhan mengadakan banyak mukjizat dengan perantaraannya, Giles mendapati diri sebagai seorang pemuda yang amat terkenal dan dikagumi.

Giles tidak menghendaki pujian dan kemashyuran ini sama sekali. Maka, agar dapat melayani Tuhan dalam hidup yang tersembunyi, ia meninggalkan Yunani dan berlayar ke Perancis. Di sana, ia hidup seorang diri dalam kegelapan hutan. Ia membuat tempat tinggal dalam sebuah gua di balik semak belukar yang rimbun. Giles hidup tenang di sana, aman dari bahaya besar kepala mendengar dirinya dipuji.

Tetapi, suatu hari seorang raja dan para pengawalnya pergi berburu ke hutan itu. Mereka mengejar kijang yang biasa datang ke gua Giles. Kijang itu lenyap dari pandangan mereka dengan masuk ke dalam gua Giles yang tersembunyi di balik semak belukar yang rimbun. Salah seorang pengawal membidikkan anak panah ke rerimbunan semak, dengan harapan anak panah itu mengenai si kijang. Ketika mereka menyibak semak belukar, mereka mendapati Giles duduk terluka oleh anak panah.

“Siapakah engkau dan apa yang engkau lakukan di sini?” tanya raja. St. Giles menceritakan kisah hidupnya kepada mereka. Setelah mendengarnya, mereka mohon pengampunan. Raja mengutus para tabibnya untuk merawat luka santo kita. Meski Giles memohon agar ditinggalkan seorang diri, raja sungguh merasa kagum kepadanya hingga raja kerap datang menjenguknya. Giles tidak pernah menerima hadiah-hadiah raja. Tetapi, pada akhirnya, ia setuju raja mendirikan sebuah biara besar di sana. Giles menjadi pemimpin biaranya yang pertama.

Biara ini menjadi begitu terkenal hingga seluruh kota datang ke sana. Sebuah kota kecil kemudian tumbuh di sekitar biara, dan setelah kematian Giles; makamnya di biara itu menjadi tempat ziarah. Banyak mukjizat dilaporkan terjadi.  Biara ini dikemudian hari dikelola oleh para Benediktin.

Lamunan Pekan Biasa XXII

Kamis, 1 September 2022

Lukas 5:1-11

1 Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. 2 Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. 3 Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. 4 Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." 5 Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." 6 Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. 7 Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. 8 Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." 9 Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; 10 demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia ." 11 Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, di kalangan masyarakat ada gambaran bahwa orang bisa tenang kalau hidupnya sudah mapan. Dia bisa mendapatkan nafkah dengan adanya pekerjaan rutin.
  • Tampaknya, kemapanan juga bisa berkaitan dengan kemampuan pribadi. Dia sudah memiliki pola pikir dan cara kerja mantap sehingga tidak akan bingung berhadapan dengan tugas sehari-hari.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun memiliki kemantapan pola pikir dan pola kerja serta kemampanan penghasilan, kalau terjebak dalam kerutinan, orang dapat mengalami kegagalan demi kegagalan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati dalam kerutinan yang dihadapi orang akan memperdalam yang dikerjakan agar selalu bermakna bagi banyak orang dalam perkembangan situasi hidup dan budayanya.

Ah, kalau sudah ahli mengapa harus belajar lagi.

Tuesday, August 30, 2022

Konsumsi Agustus 2022

Hari ini, Rabu 31 Agustus, adalah hari akhir bulan Agustus. Seperti biasa Rm. Bambang melihat daftar penyumbang snak dan masakan makan malam di Domus Pacis St. Petrus. Untuk kepedulian sumbangan snak yang langsung berkoordinasi dengan Rm. Bambang adalah Bu Titik Waluyanti dari Ambarrukmo dan Bu Rini dari Sleman. Bu Titik memiliki jaringan koordinatif dengan Bu Tutik dari Maguwa dan Bu Septi dari Wilayah Kayen. Sementara itu Bu Rini juga menjadi koordinator pemeduli masakan makan malam. Dia punya jaringan koordinatif dengan Bu Eni dari Lojajar dan Bu Eni dari Sengkan. Kepedulian sajian masakan dapat dilakukan dengan mengantar masakan ke Domus dan dapat pula dengan menyumbang uang untuk menambah pembeayaan.


Adapun nama-nama penyumbang adalah sebagai berikut :

  • Penyumbang snak : Ibu Joni, Ibu Kanti, Ibu Bambang Adi, Ibu Septi Astuti, Ibu Rini, Ibu Anna Jatmiko, Ibu Lies Wardayatno, Ibu Emma, Ibu Wayan, Ibu Nova, Ibu Sisca, Ibu Kisroyo, Ibu Topo, Ibu Nadya, Ibu Ade.
  • Penyumbang masakan : Pak Joko CS (4 org), Pak Sugeng, Ibu Nadya, Sdr. Indra, Ibu Ambar, Ibu Indrasmini, Ibu Umi, Ibu Ratmi Madi, Ibu Mardanu, Ibu Lucy, Ibu Primitiva, Ibu Agnes Kadyartini, Ibu Eni, Ibu Ratih, Ibu Emi, Ibu Titik, Ibu Melly, Ibu Stephani, Ibu Rini, Ibu Ari, Eyang Wikuntoro, Ibu Rani Mastu, Ibu Rachel, Ibu Wiwit, Ibu Sumarah, Ibu Regina Eli, Ibu Daruniah, Ibu Ninik Saut, Ibu Yuli, Budhe Awiek, Ibu Ning Miduk, Ibu Yoh Priyono.

Santo Nikodemus

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 03 Agustus 2017 Diperbaharui: 03 Agustus 2017 Hits: 11542

  • Perayaan
    3 Agustus
    31 Agustus (pada beberapa kalender - dirayakan bersama Santo Yusuf dari Arimatea)
  •  
  • Lahir
    Hidup pada abad pertama
  •  
  • Kota asal
    -
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir | Menurut Tradisi Gereja Perdana
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Nikodemus hidup sejaman dengan Yesus. Ia  adalah seorang  Yahudi Farisi yang menjadi anggota Sanhedrin (Dewan tertinggi Agama Yahudi pada Jaman Yesus) di Yerusalem. Nikodemus percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-NYA secara rahasia. Ia bertemu dengan Yesus pada malam hari untuk menghindari kemurkaan anggota Sanhedrin lainnya.

Saat Yesus berada di Yerusalem, Nikodemus menemuiNya di malam hari untuk berbicara secara pribadi. Dengan rendah hati, anggota Sanhedrin ini menyapa Yesus : 

Yesus menjawab semua pertanyaan Nikodemus dan menyingkapkan rahasia kehidupan kekal kepadanya. (Yoh 3:3-21).

Pada waktu perayaan Hari Raya Pondok Daun, Yesus kembali datang ke Yerusalem. Imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mencoba untuk menangkap Yesus tetapi gagal karena para penjaga yang dikirim untuk menangkap Yesus malah terpesona mendengarkan ajaranNya. Saat para Farisi yang murka sedang berkumpul dan mengecam Yesus, Nikodemus dengan suara lantang berkata :

Kata-katanya untuk sementara dapat meredakan kemarahan para Farisi sehingga mereka membubarkan diri. Namun sebagian mereka masih mempertanyakan pengajaran Yesus dengan membantah Nikodemus :

Setelah Yesus Kristus mati disalibkan, Nikodemus bersama Yusuf dari Arimatea berupaya memberikan penguburan yang layak bagi Yesus. Kitab suci menulis :

Setelah pemakaman Yesus, nama Nikodemus tidak ditemukan lagi dalam kitab suci. Pada abad ke-16 muncul sebuah kitab apokrif yang disebut Injil Nikodemus (Nicodemi Evangelium). Tradisi Jemaat Kristen perdana menyebutkan bahwa Nikodemus tewas sebagai martir Kristus pada abad pertama. Gereja Katholik Roma dan Orthodoks Timur, menghormati Nikodemus sebagai seorang kudus dan perayaannya diperingati pada setiap tanggal 3 Agustus

Lamunan Pekan Biasa XXII

Rabu, 31 Agustus 2022

Lukas 4:38-44

38 Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia. 39 Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itupun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka. 40 Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Iapun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. 41 Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: "Engkau adalah Anak Allah." Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias.

42 Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka. 43 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus." 44 Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, kelompok atau masyarakat tempat tertentu akan merasa senang sekali kalau ada tokoh populer berada di tengah-tengahnya. Apalagi tokoh itu adalah sosok yang baik hati penuh kepedulian memperhatikan kebaikan banyak orang lain.
  • Tampaknya, terhadap tokoh seperti itu banyak orang berharapan agar tetap bersamanya dan rela menyediakan berbagai fasilitas yang diperlukan. Sang tokoh juga bisa merasa nyaman berada di antara banyak orang yang menyenangi dan mendukungnya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, sekalipun berada di tengah-tengah orang yang menyenangi dan mendukung keberadaan yang menghadirkan kenyamanan, kesejatian tokoh baik tetap akan terbuka hadir di tempat-tempat lain untuk menebar kebaikan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang tidak akan lekat dengan tempat dan orang-orang yang memberi kenyamanan tetapi dengan kebebasan diri akan berjuang menebar kebaikan bagi yang lain sekalipun harus memulai dari nol.

Ah, kalau amat banyak yang menerima dan pendukung, itu bisa dimanfaatkan untuk meraih kedudukan tinggi.

Monday, August 29, 2022

Lingkungan Nologaten


Bagi Gereja Katolik, tanggal 28 Agustus adalah hari di mana umat dapat memperingatan orang kudus yang memiliki jasa amat besar. Beliau adalah Santo Agustinus yang merupakan salah satu pujangga Gereja. Ajaran tentang dosa asal berasal dari St. Agustinus. Pada Minggu 28 Agustinus 2022 Domus Pacis St. Petrus ikut mengalami kebahagiaan Hari Peringatan Santo Agustinus. Pada hari itu ada 23 orang umat Lingkungan Nologaten, Paringwulung, berkunjung. Rm. Bambang tahu bahwa setahun sekali umat Lingkungan ini selalu mengadakan pesta khusus memperingati ulang tahun Lingkungan yang berlindung pada St. Agustinus. Kegiatan peringatan pelindung memang bermacam-macam. Beberapa kali ada Misa khusus. Pernah terjadi semua umat anggota Lingkungan ikut Misa bersama di gereja Paroki Pringwulung dan makan bersama sesudahnya. Peringatan secara besar memang terhenti karena pandemi Covid-19.

Rm. Bambang memang memiliki hubungan khusus dengan Lingkungan ini. Dia memang dari kampung Ambarrukmo. Tetapi ketika menjadi Katolik dan baptis pada Maret 1967, Nologaten termasuk wilayah Kring Ambarrukmo bahkan hingga sudah menjadi imam. Pada Minggu 28 Agustus 2022 itu umat Nologaten ikut Misa di gereja Paroki. Katanya mereka menjalani tugas kor, lektor, misdinar, tatalaksana dan lain-lain kecuali tugas parkir. Kemudian sebagian mewakili Lingkungan berkunjung ke Domus Pacis. Ketika sudah berada di Domus, di dalam pertemuan dengan para romo sepuh ada yang nyeletuk "Yen romo Bambang niku nggih cah-e dhewe" (Rm. Bambang itu adalah anak kami). Pada waktu itu para romo yang ikut menyambut adalah Rm. Yadi, Rm. Harto, Rm. Rio, Mgr. Blasius, Rm. Bambang dan kemudia Rm. Hartanta yang menyusul sepulang dari Misa di Paroki Mlati. Rm. Bambang menjadi pemandu omong-omong antara para romo dan tamu Nologaten. Celetukan itu muncul ketika ada pertanyaan asal para romo. Rm. Yadi dari Godean Paroki Klepo, Rm. Harto dari Jetis, Rm. Ria dari Kumetiran, Mgr. Blasius dari Gamping, dan Rm. Hartanta dari Sendang Sono. Dari situlah celetukan "Yen romo Bambang niku nggih cah-e dhewe". 

Santo Pammakius

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 26 Agustus 2013 Diperbaharui: 26 Agustus 2016 Hits: 6056

  • Perayaan
    30 Agustus
  •  
  • Lahir
    Hidup pada Abad ke-4
  •  
  • Kota asal
    Roma - Italia
  •  
  • Wafat
  •  
  • tahun 410
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Pammakius adalah seorang awam Kristiani terpandang yang hidup pada abad keempat. Sewaktu ia masih seorang pelajar, ia bersahabat dengan St. Hieronimus. Mereka tetap menjalin persahabatan sepanjang hidup mereka dan terus saling membina hubungan baik. Isteri Pammakius adalah Paulina, puteri kedua dari St. Paula, seorang sahabat dan juga murid dari St. Hieronimus.

Ketika Paulina wafat pada tahun 397, St. Hieronimus dan St. Paulinus dari Nola menulis surat yang amat menyentuh hati penuh simpati, dukungan dan janji doa. Pammakius patah semangat karena kematian isterinya. Ia melewatkan sepanjang sisa hidupnya dengan melayani di rumah singgah yang didirikannya bersama St. Fabiola. Di sana, para peziarah yang datang ke Roma disambut baik dan dibantu. Pammakius dan Fabiola dengan senang hati menerima dan bahkan mengutamakan mereka yang miskin, sakit dan cacat. Pammakius yakin bahwa isterinya yang telah meninggal dunia menyertainya sementara ia melakukan karya-karya belas kasih. Paulina dikenal karena kasihnya kepada mereka yang miskin papa dan menderita. Suaminya percaya bahwa melayani mereka merupakan cara terbaik untuk menyampaikan penghormatan dan kasih kepada isterinya.

St. Pammakius jauh terlebih lemah lembut dalam perkataan dan perbuatan dibandingkan St. Hieronimus yang pemarah. Kerap kali ia menasehati St. Hieronimus agar memperhalus atau memilih kata-kata yang lebih lembut, tetapi St. Hieronimus biasa mengabaikannya. Sebagai contoh, seorang bernama Jovinian mengajarkan suatu kesalahan yang serius. Hieronimus menulis sebuah tulisan yang dengan keras membeberkan kesalahan-kesalahan Jovinian.

Pammakius membaca tulisan itu dan menyampaikan saran-saran baik untuk mengganti kata-kata yang terlalu keras. St. Hieronimus berterima kasih kepada sahabatnya atas perhatiannya, tetapi ia tidak melakukan koreksi. Pammakius juga berusaha menengahi suatu perselisihan antara sahabatnya St. Hieronimus dengan seorang uskup bernama Rufinus. Tetapi tampaknya Pammakius tak dapat menggerakkan Hieronimus untuk bersikap lebih lembut dalam menangani orang atau masalah ini.

St. Pammakius wafat pada tahun 410 ketika Raja kaum Visigoth, Alaric, menyerbu dan menguasai Kota Roma. Saat ini rumah santo  Pammakius di Roma telah menjadi Gereja biara Passionis Santo Yohanes dan Paulus.

Lamunan Pekan Biasa XXII

Selasa, 30 Agustus 2022

Lukas 4:31-37

31 Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat. 32 Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa. 33 Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras: 34 "Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." 35 Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Dan setan itupun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya. 36 Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: "Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan merekapun keluar." 37 Dan tersebarlah berita tentang Dia ke mana-mana di daerah itu.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, orang dapat dipandang beriman karena rajin beragama. Dia tekun menjalani peribadatan.
  • Tampaknya, orang dapat dipandang mampu mempertanggungjawabkan imannya karena tahu tentang ketuhanan. Dia biasa memperdalam iman dengan menambah pengetahuan ketuhanan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun mengetahui banyak ilmu ketuhanan dan mampu menjelaskan kepada banyak orang, kalau nyatanya tidak merasa nyaman menjalani yang menjadi pemahamannya, sejatinya orang berada dalam jiwa kekuasaan yang berseberangan dengan Tuhan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sungguh menjadi umat Tuhan bukan terutama belandaskan pengetahuan tentang Tuhan dan ketekunan menjalani wajib-wajib agama, tetapi karena hatinya selalu terbuka pada kata-kata nurani.

Ah, asal rajin menjalani tatanan agama ya jelas beriman.

Sunday, August 28, 2022

Tidak Tepat Waktu?

Ada yang bilang bahwa salah satu segi budaya yang melekat dalam diri orang Indoensia adalah SULIT TEPAT WAKTU. Janjian jam untuk perjumpaan baik perorangan maupun kelompok tidak jarang tidak akan terpenuhi pada jam yang disepakati. Sekalipun diucapkan atau ditulis dengan tambahan kata "tepat waktu", mudah terjadi hal itu tidak terpenuhi. Tentu saja ada even-even yang akan ditaati tepat waktu. Tetapi secara umum ketidaktepatan waktu mudah terjadi. Maka kalau ada yang mengeluhkan adanya kebiasaan terlambat, ada yang bilang bahwa itu termasuk budaya bagi orang Indonesia. Ada artikel yang menulis : "Mungkin satu-satunya budaya yang masih konsisten dilestarikan masyarakat Indonesia hingga saat ini adalah budaya terlambat. Dalam berbagai kasus kegiatan sepertinya keterlambatan adalah suatu hal yang sudah pasti menjadi pilihan banyak orang." (lihat Terlambat Adalah Budaya Indonesia dalam https://www.kompasiana.com/suhermanjuhari3206/5da97ead097f367a6940d202) Di dalam penjelasan ketidaktepatan waktu dengan adanya keterlambatan berkaitan dengan sikap hidup santai. Dengan sikap santai pada umumnya orang Indonesia secara alami mudah menghadapi hal yang membuat stres. Lain halnya misalnya dengan orang Jepang yang amat disiplin memegang ketepatan waktu. Dalam artikel itu diinformasikan bahwa pada tahun 2018 di Jepang ada bunuh diri 25.000 orang karena tak mampu menghadapi ketegangan diri.

Ternyata budaya TIDAK TEPAT WAKTU amat berkaitan dengan kemampuan santai menghadapi berbagai hal dalam hidup. Orang Indonesia dengan kemampuan hidup santai mudah menghadapi berbagai kasus stres. Ketika memikirkan hal itu Rm. Bambang dalam hati bertanya "Mengapa tidak tepat waktu biasa dihubungkan dengan keterlambatan?" Padahal di balik kebiasaan umum tidak tepat waktu ada sikap hidup santai yang terhayati oleh pada umumnya orang Indonesia. Apakah sikap santai selalu membuat orang mudah terlambat terhadap kesepakatan waktu? Kalau teringat dengan kebiasaan anak-anak kecil, pada umumnya mereka juga amat mudah tidak tepat waktu. Kalau ada acara yang dicanangkan mulai misalnya jam 07.00, anak-anak bisa sudah bangun jam 05.00 lalu mandi dan berdandan. Kemudian mereka bisa datang amat awal sebelum acara dimulai. Kemudian tampaklah pewujudan sikap santai dengan main-main apalagi kalau ada teman-teman sebaya. Tetapi yang masuk dalam benak Rm. Bambang adalah realita kehidupan bersama para romo sepuh di Domus Pacis St. Petrus. Ini adalah tempat tinggal para romo yang karena kondisi dan atau ketuaannya sudah bebas dari kerja dinas. Jadual untuk kebersamaan adalah : jam 07.00 makan pagi, jam 12.00 makan siang, jam 18.00 Misa, jam 18.30 atau sesudah Misa ada makan malam. Tetapi yang terjadi adalah sekitar 10 atau 5 menit sebelum jam 07.00  dan 12.00 acara makan bersama sudah selesai. Kemudian Misa sore biasa selesai antara jam 18.00 hingga 18.10. Tidak jarang pada jam 18.35 para romo sudah kembali ke kamar masing-masing karena selesai makan malam. Apakah lansia itu memang kembali seperti anak-anak? Bedanya, ketika para romo sudah siaga sebelum jadual jam, mereka tidak main-main seperti anak. Ada saja yang bisa bersuara "Iki ngenteni apa?" (Apa yang harus dinantikan?).

Santo Yohanes Pembaptis

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 13 Maret 2017 Diperbaharui: 22 Maret 2021 Hits: 18340

  • Perayaan
    24 Juni (Kelahiran)
    29 Agustus (Wafat)
  •  
  • Lahir
    Hidup pada abad pertama
  •  
  • Kota asal
    Yerusalem
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir - Dipenggal oleh Raja Herodes Antipas disekitar tahun 31M - 36 M
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Bunda Maria mempunyai saudara sepupu bernama Elisabeth yang bersuamikan Zakaria, seorang imam di Bait Allah Yerusalem. Pasangan ini belum memiliki keturunan karena Elisabet adalah seorang wanita mandul. Suatu hari Zakaria tengah bertugas membakar kemenyan di Bait Allah. Tiba-tiba Malaikat Gabriel menampakkan diri padanya dan membawa kabar bahwa Tuhan akan mengaruniakan seorang anak laki-laki baginya. Anak tersebut kelak akan menyiapkan umat Israel menyambut kedatangan Sang Mesias.  

Tetapi Zakaria masih kurang percaya karena Elisabeth sudah tua dan mandul. Atas ketidak-percayaannya, Zakaria mendapat hukuman Tuhan dan menjadi bisu sampai kelahiran anaknya yang diberi nama Yohanes, sesuai pesan Malaikat Gabriel.

Yohanes adalah utusan Allah yang mendahului Yesus. Yesus sendiri mengatakan :

Masa kecil Yohanes tidak banyak diceritakan, kecuali ketika masih dalam kandungan ia melonjak kegirangan sewaktu Bunda Maria berkunjung ke rumah ibunya (Luk 1:41), dan kelahirannya (Luk 1:57-66).

Setelah dewasa, Yohanes muncul sebagai seorang pengkotbah di tepi sungai Yordan dengan pesan yang mendesak  :  “Bertobatlah, sebab Kerajaan Allah sudah dekat!” (Mat 3:2)

Orang-orang kemudian datang dan dibabtis oleh Yohanes di sungai Yordan. Ketika orang menanyakan dirinya, Yohanes menjawab :

Pengikut Yohanes banyak sekali, termasuk orang-orang yang kemudian dipilih Yesus menjadi RasulNya. Yesus sendiri datang minta dibaptis olehnya. Yohanes mulanya menolak dengan berkata :

Namun Yesus meyakinkankannya :

Tak lama kemudian Yohanes dipenjarakan, karena mengecam pernikahan raja Herodes Antipas dengan Herodias, istri saudara sepupunya. Dari dalam penjara Yohanes mengikuti gerakan Yesus melalui murid-muridnya yang dengan setia mengunjunginya. Yohanes akhirnya dipenggal Herodes Antipas akibat akal busuk dari Herodias dan puterinya Salome. Pelopor Yesus ini gugur demi membela kesusilaan.

Kemartiran Yohanes Pembaptis dapat dibaca dalam Kitab Suci (Matius 14:1-12)

Lamunan Peringatan Wajib

Wafatnya Santo Yohanes Pembaptis, Martir

Senin, 29 Agustus 2022

Markus 6:17-29

17 Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. 18 Karena Yohanes pernah menegor Herodes: "Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!" 19 Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, 20 sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia. 21 Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea. 22 Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu: "Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!", 23 lalu bersumpah kepadanya: "Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!" 24 Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: "Apa yang harus kuminta?" Jawabnya: "Kepala Yohanes Pembaptis!" 25 Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: "Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!" 26 Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. 27 Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara. 28 Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya. 29 Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, seseorang disebut pemberani karena tidak takut berhadapan dengan apapun dan siapapun. Dia menganggap enteng melawan apapun dan siapapun.
  • Tampaknya, seseorang disebut pemberani karena tidak takut menghadapi risiko apapun. Dia yakin akan kekuatannya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun terkenal sebagai pemberani karena tidak takut apapun, orang baru sungguh menjadi pemberani sejati kalau segala ucapan dan tindakannya untuk membela kebaikan dan kebenaran. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa kalau tidak takut asal omong dan bertindak tanpa motivasi membela kebaikan dan kebenaran, itu hanyalah sikap sewenang-wenang mengikuti kehendak sendiri.

Ah, bagaimanapun juga yang tak punya rasa takut adalah orang hebat.

Saturday, August 27, 2022

Pergi 4 Hari

"Pamit. Kula bidhal bandung" (Pamit. Saya berangkat ke Bandung) tulis Rm. Hartanta lewat WA dalam HP Rm. Bambang pada Rabu 24 Agustus 2022 jam 09.43. Beliau memang memiliki agenda akan ke Bandung 4 hari pada minggu terakhir dalam bulan Agustus. Itu menjadu alasan mengapa Rm. Hartanta tidak mau meninggalkan Domus Pacis St. Petrus untuk ikut acara perayaan ulang tahun imamat di Semarang yang dilanjugtkan dengan Hari Olah Raga para romo praja. Pada waktu itu Rm. Bambang mengira bahwa akan ada acara pastoral di Bandung. Maklumlah, Rm. Hartanta juga ikut mengajar Kitab Suci untuk kursus-kursus umat. Beliau juga ikut beberapa tim kerja Kevikepan Jogja Barat sehingga pada siang atau sore juga kerap meninggalkan Domus. Tetapi kalau tidak terpaksa beliau tidak akan pergi menginap. Tetapi untuk program 24-27 beliau harus menginap.


Sebelum pergi 4 hari Rm. Hartanta ternyata menyiapkan Domus Pacis untuk kelancaran hariannya. Jadual Misa Harian menjadi hal pertama yang dibuat. Beliau bertanya kepada Rm. Yadi, yang pada waktu sedang terganggu kondisinya oleh batuk, apakah bisa menjalani giliran memimpin Misa. Ketika Rm. Yadi menjawab masih bisa, Misa dari Rabu sampai Sabtu sore 4-27 Agustus 2022 pimpinan Misa diserahkan secara bergantian antara Rm. Bambang dan Rm. Yadi.  Sedang untuk pembaca Injil dan homili hari Rabu dan Sabtu diserahkan kepada Mgr. Blasis dan Rm. Joko Sistiyanto. Rm. Hartanta juga mengumpulkan karyawan secara khusus untuk mengatur mekanisme kerja selama beliau tidak ada. Kepada Rm. Bambang beliau titip pesan "Yen wonten kekirangan arta dipun talangi rumiyin, nggih" (Kalau adalah kekuarangan masalah uang, tolong diberi lebih dahulu). Ternyata kepergian Rm. Hartanta ke Bandung adalah bersama para romo lain angkatan tahbisan untuk melakukan retret. Beliau bilang pulang di Domus kalau tidak Sabtu malam ya Minggu pagi. Tetapi ternyata pada Sabtu sore jam 16.30 Rm. Hartanta, yang tampak masih kecapekan, sudah tampak di Domus.

Santo Agustinus

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 26 Agustus 2013 Diperbaharui: 14 Jun 2020 Hits: 58254

  • Perayaan
    28 Agustus
  •  
  • Lahir
    13 November 354
  •  
  • Kota asal
    Tagaste, Numidia, Afrika Utara (Sekarang Aljazair)
  •  
  • Wafat
  •  
  • tanggal 28 Agustus 430 di Hippo Afrika utara |
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Pujangga Besar Gereja ini  lahir pada tanggal 13 November 354 di Tagaste, Algeria, Afrika Utara dan diberi nama  Aurelius Augustinus.  Ia dibesarkan dan dididik di Karthago, dan dibaptis di Italia. Ibunya, St. Monika, adalah seorang Katolik yang saleh, sementara ayahnya, Patrisius seorang kafir. (Kelak ibunda St. Agustinus juga dinyatakan  sebagai orang kudus dan menjadi pelindung bagi para ibu rumah tangga). Agustinus sendiri memilih menganut aliran Manikeanisme, yaitu aliran yang menolak Allah dan sangat mengagungkan rasionalisme.

Agustinus adalah seorang yang sangat cerdas. Pendidikan dan karier awalnya ditempuhnya dalam bidang filsafat dan retorika, seni persuasi dan bicara di depan publik. Awalnya Ia mengajar di Tagaste dan Karthago, namun ia ingin pergi ke Roma karena ia yakin bahwa di sanalah para ahli retorika yang terbaik dan paling cerdas berlatih.  Karena itu pada usia 29 tahun Agustinus dan Alypius, sahabatnya, pergi ke Roma Italia.  Setelah beberapa saat tinggal di ibukota kerajaan itu; Agustinus kembali merasa kecewa dengan sekolah-sekolah di Roma, yang dikatakan sangat menyedihkan dan kurang bermutu.  Sahabat-sahabatnya yang mengetahui kecerdasannya segera memperkenalkannya kepada kepala kota Roma, Simakhus, yang saat itu sedang mencari  seorang dosen retorika untuk istana kerajaan di Milano.

Agustinuslah yang kemudian mendapatkan pekerjaan itu dan pindah ke Milan untuk menerima jabatan itu pada akhir tahun 384.  Pada usia 30 tahun karier Agustinus semakin bersinar. Ia dikenal sebagai seorang professor yang sangat disegani di Milano. Namun demikian, Agustinus merasakan ketegangan dalam kehidupan di istana kerajaan.

Suatu hari ketika ia sedang duduk di keretanya untuk menyampaikan sebuah pidato penting di hadapan kaisar, ia melihat seorang pengemis mabuk yang dilewatinya di jalan ternyata hidupnya begitu bebas dan tidak diliputi kecemasan dibandingkan dirinya. Hal ini membuat ia semakin hari  merasa semakin gelisah. Sama seperti kebanyakan dari kita di jaman sekarang, ia mencari-cari sesuatu dalam berbagai aliran kepercayaan untuk mengisi kekosongan jiwanya. Tanpa kehadiran Tuhan dalam hidupnya, jiwanya itu tetap kosong. Semua buku-buku ilmu pengetahuan yang dibacanya, tapi ia tidak menemukan kebenaran dan ketentraman jiwa.

Sejak awal tak bosan-bosannya ibunya menyarankan kepada Agustinus untuk membaca Kitab Suci di mana dapat ditemukan lebih banyak kebijaksanaan dan kebenaran daripada dalam ilmu pengetahuan. Tetapi, Agustinus meremehkan nasehat ibunya. Kitab Suci dianggapnya terlalu sederhana dan tidak akan menambah pengetahuannya sedikit pun.

Pada usia 31 tahun Agustinus mulai tergerak hatinya untuk kembali kepada Tuhan berkat doa-doa ibunya serta berkat ajaran St. AmbrosiusUskup kota Milan.  Namun demikian ia belum bersedia dibaptis karena belum siap untuk mengubah sikap hidupnya yang bergelimang kemewahan. Suatu hari, ia mendengar tentang dua orang yang serta-merta bertobat setelah membaca riwayat hidup St. Antonius Pertapa.  Agustinus merasa malu.

“Apa ini yang kita lakukan?” teriaknya kepada Alypius. “Orang-orang yang tak terpelajar memilih surga dengan berani. Tetapi kita, dengan segala ilmu pengetahuan kita, demikian pengecut sehingga terus hidup bergelimang dosa!”  Dengan hati yang sedih, Agustinus pergi ke taman dan berdoa, “Berapa lama lagi, ya Tuhan? Mengapa aku tidak mengakhiri perbuatan dosaku sekarang?”  Sekonyong-konyong ia mendengar seorang anak menyanyi berulang-ulang, “Ambillah dan bacalah!” Agustinus mengambil Kitab Suci dan membukanya tepat pada ayat, “Marilah kita hidup dengan sopan seperti pada siang hari… kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.” (Roma 13:13-14). Ini dia! teriak professor Agustinus  dalam hatinya. Inilah yang kucari.  Sejak saat itu, Agustinus memulai hidup baru.

Pada tanggal 24 April 387 Agustinus dipermandikan oleh Uskup St. Ambrosius. Ia memutuskan untuk mengabdikan diri pada Tuhan dan dengan beberapa teman dan saudara hidup bersama dalam doa dan meditasi. Pada tahun 388, setelah ibunya wafat, Agustinus tiba kembali di Afrika. Ia menjual segala harta miliknya dan membagi-bagikannya kepada mereka yang miskin papa. Ia sendiri mendirikan sebuah komunitas religius. Atas desakan Uskup Valerius dan umat, maka Agustinus bersedia menjadi imam. Empat tahun kemudian Agutinus diangkat menjadi Uskup kota Hippo.

Semasa hidupnya Agustinus adalah seorang pengkhotbah yang ulung (lebih dari 350 khotbahnya yang terlestarikan diyakini otentik), dan dikenang akan perjuangannya melawan ajaran sesat Manikeanisme yang pernah dianutnya. Ia juga merupakan pahlawan iman Gereja melawan bidaah Donatis yang telah banyak meyesatkan umat beriman. Agustinus berusaha sekuat tenaga untuk membendung aliran sesat itu. Dalam sebuah debat terbuka dengan para Donatis, Agustinus mematahkan semua argumen mereka sehingga membuat banyak orang telah disesatkan berbalik  kembali ke pangkuan Gereja Katolik.

Agustinus menulis surat-surat, khotbah-khotbah serta buku-buku dan mendirikan biara di Hippo untuk mendidik biarawan-biarawan agar dapat mewartakan injil ke daerah-daerah lain, bahkan ke luar negeri. Gereja Katolik di Afrika mulai tumbuh dan berkembang pesat.

Di dinding kamarnya, terdapat kalimat berikut yang ditulis dengan huruf-huruf yang besar : “Di sini kami tidak membicarakan yang buruk tentang siapa pun.”  dan “Terlambat aku mencintai-Mu, Tuhan”. Agustinus menghabiskan sisa hidupnya untuk mencintai Tuhan dan membawa orang-orang lain untuk juga mencintai-Nya.

Agustinus wafat pada tanggal 28 Agustus 430 di Hippo dalam usia 76 tahun. Makamnya kini terletak di Basilika Santo Petrus di Roma. Kumpulan surat, khotbah serta tulisan-tulisannya adalah warisan Gereja yang amat berharga. Di antara ratusan buku karangannya, yang paling terkenal ialah   “Pengakuan-Pengakuan” dan “Kota Tuhan”.

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...