"Bambang ki nek omong mesthi ngawur. Ora tau nganggo landhasan" (Kalau omong Bambang pasti ngawur. Tidak memakai landasan) kata Rm. Suntara dengan suara keras dan ngeden (mengejan). Mendengar itu para rama lain akan tertawa. Itu sering terjadi di kamar makan ketika para rama sedang makan bersama. "Arepa ngawur aku mesthi isa ngalahke kowe. Merga aku ngerti pengapesanmu" (Walau ngawur, aku pasti bisa mengalahkan kami, karena aku tahu pengapesanmu) Rm. Bambang mendebat. Salah satu debatan Rm. Bambang memakai istilah pengapesan yang kalau diterjemahkan berarti kelemahan. Tetapi kata pengapesan biasa dihubungkan dengan kelemahan atas aura kesaktian atau gaib seseorang. Rm. Suntara akan meradang "Pengapesan apa?" (Kelemahan apa?). Kemudian Rm. Bambang menjelaskan "Dalam hal umur kamu memang lebih tua dari aku. Tetapi kita berasal dari padepokan sama, dan aku lebih tua dalam mencecap ilmu. Maka yang berani omong mendebat kamu di Domus hanya aku. Rama-rama lain akan tak berani bersuara berseberangan paham denganmu. Bahkan Direktur pun takut". Andaran Rm. Bambang membuat para rama lain tertawa.
Rm. Bambang menyebut Rm. Suntara sebagai sesama berasal dari satu padepokan. Ini adalah istilah tradisional untuk menyebut sebuah perguruan. Keduanya memang punya latarbelakang hidup bersama menuntut ilmu di Seminari Tinggi Kentungan. Dalam hal usia Rm. Suntara lebih tua 6 tahun dibandingkan dengan Rm. Bambang. Tetapi di Seminari Rm. Bambang adalah kakak tingkat. "Kowe biyen mesthi manut aku. Pit-pitan rana rene tekan Plered barang. Nek kerja kelompok kowe methi ngladeni aku" (Dulu kamu pasti mengikuti aku. Kita bersepedaan ke sana-sini bahkan sampai Plered segala. Dalam kerja kelompok kamu selalu melayani aku). Omong seperti itu membuat benak Rm. Bambang tergambar bagaimana dia merumuskan kertas kerja dan Rm. Suntara selalu siap diminta mengambilkan buku-buku untuk referensi dan termasuk juga sajian makanan dan minuman. "Aku gelem nglakoni merga mesthi koktukokke gembus" (Itu kulakukan karena kamu selalu membelikan gembus). Gembus adalah tempe yang terbuat dari ampas tahu. Dan omongan itu tertuju ke kuliner masa lalu sebelum tahun 1980an. Maka kalau omong gembus Rm. Suntara menyebut pojok pasar Demangan di sore hingga malam hari. Rm. Bambang menunjuk warung bakso di Demangan, es buah di Tambakbayan, dan sate di depan RS Betesda. Pada waktu itu belum banyak warung-warung kuliner seperti masa ini. Yang jelas kalau Rm. Suntara saling omong dengan Rm. Bambang, sekalipun dengan kata-kata saling menjatuhkan, itu semua menjadi semacam tontonan yang menghibur semua rama pada waktu makan.
No comments:
Post a Comment