Wednesday, July 16, 2025

Peserta KEP IV Paroki Klaten

Ini adalah rombongan tamu di Domus Pacis Santo Petrus, Kentungan, pada Minggu 13 Juli 2025. Katanya, yang datang ada umat dari Paroki Jombor dan Paroki Gondang. Tetapi dari 50an orang yang datang mayoritas besar sekali adalah warga Katolik Paroki Maria Assumpta Klaten. Kesemuanya tergabung sebagai anggota Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) angkatan ke IV yang diselenggarakan oleh Paroki Klaten. Para rama Domus yang menyambut adalah Rm. Yadi, Rm. Ria, Rm. Suhartana, Rm. Jarot, Mgr. Blasius, dan Rm. Bambang. Ketika para tamu masuk aula Domus, mereka langsung diminta untuk menikmati teh dan snak. Dari para rama yang menyambut, Rm. Bambang memang muncul pertama kali. Begitu Rm. Bambang tampak, apa yang terjadi? Suasana langsung jadi amat meriah. Terjadilah kelakar antara Rm. Bambang dan para tamu. Barangkali itu semua akibat jumlah mayoritas besar tamu adalah warga Klaten. 


Jujur saja, Rm. Bambang memang tidak begitu tahu satu per satu dari para tamu. Tetapi ketika mereka menyebut nama-nama bapaknya, Rm. Bambang masih bisa ingat bahkan menunjuk kampung tempat tinggalnya. Sementara itu para tamu pada umumnya seperti masih akrab dengan Rm. Bambang dan beberapa mengomentari Rm. Bambang "Kok tesih kados rumiyin" (Masih seperti dulu). Maklumlah, Rm. Bambang pernah berkarya di Klaten pada tahun 1981-1982 dan ketika itu para tamu kebanyakan masih SMP dan SD. Memang, ada yang belum lahir. Ketika terjadi tanya jawab, suasana meriah penuh gelak tawa juga amat mewarnai. Kalau muncul pertanyaan, Rm. Bambang akan meminta setiap rama menjawab satu persatu dari Rm. Ria, Rm. Yadi, Rm. Suhartana, Rm. Jarot, Mgr. Blasius, dan kemudian Rm. Bambang menambahi atau menyimpulkan. Tiba-tiba ada pertanyaan yang membuat para rama terdiam sebelum menjawab. Yang ditanyakan adalah "Para rama kok tampak gembira. Padahal keadaan Domus Pacis amat berbeda dengan karya di paroki. Bagaimana para rama bisa sumeleh berada di tempat ini?" Kata sumeleh berasal dari bahasa Jawa yang dalam google ada penjelasan "Secara lebih luas, sumeleh juga bisa diartikan sebagai menerima keadaan dengan lapang dada, tanpa beban, dan menjalani hidup apa adanya". Dari beberapa jawaban para rama, muncul butir-butir jawaban : karena ada landasan doa, ya terima saja apa adanya, karena taat akan SK Uskup, punya hal-hal rutin yang dikerjakan setiap hari. Dari semua itu Rm. Bambang memberikan kesimpulan sebagai berikut :

Setiap orang makin tua dan makin lansia akan makin mengalami kesendirian. Sekalipun hidup serumah dengan anak cucu, mereka biasa memiliki kesibukan masing-masing. Bisa jadi orangtua dan atau lansia demikian di rumah menjadi seperti satpam gratisan. Tetapi kesendirian tak akan membuahkan rasa kesepian karena ada doa, menerima realita, dan punya hal-hal rutin yang dikerjakan setiap hari. Kerutinan tak akan membosankan kalau dijalani dengan kesungguhan hati. Kerutinan yang dijalani dengan tanggungjawab tak hanya membuat orang akan lambat pikun, tetapi hasilnya akan bermanfaat tak hanya bagi diri sendiri. Orang serumah akan sangat ikut menikmati. Orang yang tak tekun menjalani kerutinan, hidupnya akan minus terisi kelengangan hati yang bisa menghadirkan stres. Yang tekun tugas rutin, apapun bentuknya, dan tak lupa doa, hidupnya akan dinamis dan bertambah-tambah perkembangan positifnya.

No comments:

Post a Comment

Harus Kembali ke RS Panti Rapih

Dari para rama sepuh Domus yang biasa makan bersama, 3 orang tidak tampak pada makan siang Jumat 25 Juli 2025. Mereka adalah Rm. Djoko, Mgr....