Tidak jarang muncul gambaran lansia sebagai kelompok yang tradisionalistik dalam arti hidup melandaskan pada praktek-praktek kebiasaan yang sudah ada sejak dulu. Dalam ilmu kemasyarakatan tempo dulu ada pandangan perkembangan masyarakat dari yang hidupnya diwarnai sistem pertanian yang berubah ke sistem industri dan kemudian ke sistem global. Kaum lansia sering dicap sebagai sosok-sosok yang pandangan hidupnya dengan pola pertanian tradisional yang selalu berorientasi ke masa lampau. Sedang masyarakat industri berorientasi waktu ke masa kini, dan masyarakat global memandang hidup dengan membidik masa depan. Kehidupan orang-orang global lebih-lebih milenial akan menata hidup dengan rancangan masa depan dengan agenda-agendanya. Ini amat sangat berbeda dengan kaum tradisionalistik yang memandang hidup adalah siklus pengulangan-pengulangan masa lampau.
Bagaimanapun juga saya sudah masuk golongan lansia. Ketika masuk rumah para rama tua Domus Pacis, saya memang baru menjelang jadi kaum lansia dengan ukuran usia 60 tahun. Saya bersyukur karena dengan tinggal di rumah tua, sesudah 27 tahun ikut derap aktivitas umat, saya dihadapkan pada perubahan total kehidupan. Kalau sebelumnya setiap hari sibuk berkantor bersama dengan beberapa karyawan, di Domus saya banyak ada dalam kesendirian di kamar. Kondisi telah memaksa saya mengalami perubahan total. Tetapi syukur pada Allah, saya mendapatkan Rm. Agoeng yang masih muda mengajar dan melatih saya menggunakan merdia sosial. Kalau dulu saya tukang omong lisan face to face dengan umat, di dalam dominasi kamar saya tetap omong tetapi secara tertulis dalam media sosial. Memang, proses menulis omongan tidak bisa selancar dan sefasih omongan lisan. Meskipun demikian omongan dengan tulisan yang mungkin agak kacau sesudah saya publish ternyata tak sedikit yang membaca. Setiap hari aku mendapatkan tanggapan dan kontakan dengan pembaca. Ternyata dengan bisa bermedsos, saya juga kerap membaca artikel-artikel dari google. Ternyata sadar atau tak sadar saya terbawa ke alam global yang amat diwarnai oleh tekhnologi informasi. Sedangkal apapun saya tidak terlalu gagap dengan pola pikir masa kini. Kalau ada yang omong "Besok ....." saya sudah tak bersuara dalam hati "Ah, isi suwe kok diomongke" (Masih menungguh waktu lama ngapain dimomongkan). Sayapun bisa menghargai orang-orang yang sudah mengagendakan rencana ke depan dengan menetapkan hari dan jamnya. Apalagi kalau menyangkut sedikit atau banyak peran saya, saya juga harus mulai bersiap ke depan. Ketika Bu Retno dari Jakarta meminta kesempatan Misa Peringatan 1000 hari Ibu Wiraksi, dulu donatur tetap Domus, saya bisa langsung membicarakan dengan Rm. Andika Direktur Domus. Itu dikarenakan keluarga minta pelaksanaan di Domus pada 14 Februari 2026. Saya juga bisa menghubungkan dengan Bu Rini, relawan Domus, karena keluarga mengghendaksi ada sajian konsumsi tertentu. Selain itu pada Senin 24 November 2025 saya juga menerima WA dari Rm. Hartanta yang kini adalah Pastor Paroki Salam "Apakah bisa mengisi seminar tentang "credo" di paroki salam pada hari Minggu, 15 februari 2025 pk 10.00. Sasarannya adalah ketua lingkungan, prodiakon, tim liturgi, pewartaan dan umat yang mau". Saya mulai mereka-reka cara bagaimana besok pelaksanaannya. Saya juga yakin WA yang nulis 2025 maksudnya 2026.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Agar Jadi Lansia Agak Trendi
Tidak jarang muncul gambaran lansia sebagai kelompok yang tradisionalistik dalam arti hidup melandaskan pada praktek-praktek kebiasaan yang ...
-
"Siapakah dia?" Barangkali, kalau pertanyaan ini disertakan pada gambar foto dalam berita ini, akan ada beberapa orang yang ikut b...
-
Rm. Stefanus Istata Raharja adalah salah satu Imam Praja Keuskupan Agung Semarang. Tuhan memanggil beliau pada Minggu 5 Oktober 2025 jam 15....
-
"Apakah diperkenankan kalau ada di antara kami ada yang datang lalu mengajak Rama Hartana keluar jajan?" tanya seorang di antara r...
No comments:
Post a Comment