Saturday, May 10, 2025

Murid-murid Kristiani SMAN I Sentolo

Kali ini, Selasa 6 Mei 2025, rombongan pengunjung didominasi oleh kaum remaja. Maklumlah yang datang adalah para murid Kristiani (Katolik dan Protestan) dari SMA Negri I Sentolo, Kulon Progo. Dari sekitar 30 orang, 6 orang adalah guru-guru. Suasana awal memang tampak penuh tata tertib. Para murid duduk penuh kesantunan tanpa suara keluar dari mulut. Rm. Hartanta membuka dengan selamat datang dan memperkenalkan tentang Domus Pacis termasuk para rama dan karyawannya. Salah satu bapak guru berbicara tentang maksud dan tujuan kunjungan. Selesai pidato para murid memberikan tepuk tangan. Rm. Hartanta menyerahkan proses pertemuan antara pengunjung dan para rama kepada Rm. Bambang untuk memandu. Rm. Bambang meminta para tamu untuk duduk berkelompok. Murid-murid terbagi dalam 4 kelompok sedang para guru menjadi 1 kelompok. Rm. Bambang meminta setiap kelompok menemukan hal yang dijadikan pertanyaan untuk disampaikan kepada para rama Domus. Sebenarnya ada beberapa pertanyaan seperti "Bagaimana para rama ketika masih remaja seperti kami?", "Apakah sering dapat kunjungan dari keluarga?", "Bagaimana penilaian para rama terhadap generasi Z?" Tetapi yang diturunkan dalam tulisan ini hanyalah 3 pertanyaan yang menyangkut panggilan imamat. Alasannya adalah untuk menyadari diri bahwa sekalipun sudah sepuh para rama masih memiliki pengalaman yang barangkali ada maknanya untuk menggugah pilihan hidup bakti.

  1. Bagaimana para rama bisa tertarik masuk seminari? Dari jawaban para rama ternyata pada umumnya karena terbiasa ikut kegiatan Gereja terutama menjadi misdinar. Salah satu rama tertarik karena keluarganya sering mendapatkan kunjungan rama. Kebetulan rama itu berambut gondrong. Dia tertarik karena gondrongpun bisa menjadi rama. Salah satu rama lain harus melewati konflik dengan orangtua yang sebenarnya tidak menyetujui dia masuk seminari. Maklumlah dia adalah anak tunggal. Maka kenekatanlah yang membawa masuk seminari.
  2. Bagaimana kalau berada dalam keadaan bimbang untuk memilih jadi rama dan bukan? Pada umumnya para rama menganjurkan banyak berdoa. Ada juga yang masuk seminari dan kemudian merasakan hidup di dalam seminari. Ketika banyak merasa senang dan lancar dalam studi, ini menjadi pertanda ada panggilan Tuhan jadi imam. Salah satu mengatakan bahwa dalam kebimbangan berarti punya pikiran untuk jadi rama atau suster atau bruder. Rama ini menganjurkan masuk saja ke seminari atau biara. Kalau ternyata mantap yang terus aja. Kalau ternyata terasa tidak cocok tak ada soal untuk keluar. Bukankah setiap angkatan cukup banyak yang keluar. Tidak usah malu. Paling tidak, dengan pernah masuk, seandainya berkeluarga tak akan omong dengan rasa sesal "Sebetulnya saya dulu ingin jadi rama atau suster atau bruder".
  3. Apakah di zaman gadget panggilan imam masih menarik? Para rama menjawab pada kenyataan hingga kini yang mendaftar Seminari Mertoyudan lebih dari 80 orang remaja. Justru dengan perangkat digital elektronik, kita bisa menemukan amat banyak pilihan model hidup. Kehidupan imamat dan biara menjadi salah satu jalan hidup bagi yang memiliki perhatian berpusat pada religiusitas. Pilihan itu menjadi jelas dan tegas karena berada dalam aneka pilihan yang amat banyak.

No comments:

Post a Comment

Rm. Harto di RS Panti Rapih

Rm. Fransiscus de Sales Suharto Widodo adalah salah satu penghuni Domus Pacis Santo Petrus, Kentungan. Kalau Rm. Yadi tercatat sebagai pengh...