Saturday, May 17, 2025

Kunjungan Ibu-ibu Wates

Dari tigapuluh lima orang yang hadir pada hari itu hanya ada seorang laki-laki, yaitu bapak sepuh. Semua berbaju batik nuansa merah tua. Itulah rombongan Ibu-ibu Paroki Wates yang mengunjungi Domus Pacis Santo Petrus pada Minggu 11 Mei 2025. Tujuh orang rama sepuh menyambut : Mgr. Blasius, Rm. Suhartana, Rm. Jarot, Rm. Harto, Rm. Yadi, Rm. Ria, dan Rm. Bambang. Rm. Bambang mengucapkan selamat datang dan menjelaskan tentang Domus Pacis. Suasana enak dialogal. Beberapa ibu bisa langsung omong misalnya "Riki wonten rama pinten?" (Ada berapa rama di sini?) yang langsung ditanggapi oleh Rm. Bambang dengan mengetengahkan nama-nama kesebelas rama. Ketika Rm. Bambang mempersilahkan kalau akan ada ibu yang mau menyampaikan kata-kata, tampilah salah satu. Ternyata ibu itu tampil sebagai MC dan menyampaikan urutan acara kunjungan. Maka setelah pembuka lalu MC meminta salah satu ibu memimpin doa. Seusai doa ibu ketua menyampaikan sambutan. Usai sambutan ada doa khusus untuk para rama dan karyawan berbentuk doa umat disampaikan seorang ibu lain.


Ketika MC berkata "Acara selanjutnya adalah penyerahan tali asih", Rm. Bambang langsung menyela "Engko wae. Penyerahan sumbangan neng penutup" (Itu nanti saja. Penyerahan sumbangan untuk penutup). "Kalau begitu acara selanjutnya sambutan dari Rama Bambang" kata MC. Rm. Bambang membuka kata-kata dengan bertanya "Sesudah di Domus apakah masih ada acara?". Yang dijawab seorang ibu "Dhateng Jatiningsih" (Berziarah ke Sendang Jatiningsih). "Tekan ngomah dirancang paling lat jam pira?" (Ada rancangan jam berapa paling lambat sampai rumah?) Rm. Bambang tanya lagi yang ditanya seperti suara burung ramai-rami "Bebaaaas ....". Rm. Bambangpun berkata "Nek ngono pumpung ketemu saiki ayo omong-omong. Mbokmenawa ana sing arep ditakokke tentang rama-rama sepuh ing Domus kene" (Kalau begitu yok omong-omong selagi jumpa. Mungkin ada yang ingin ditanyakan tentang para rama Domus). Maka terjadilah tanya jawab yang diolah penuh kesembronoan oleh Rm. Bambang yang langsung menjadi pemandu. Omongan ngawur justru menjadi bumbu suasana akrab penuh keceriaan yang terungkap dalam tawa derai. Misalnya, ketika ada pertanyaan apa yang dilakukan oleh para rama dalam keseharian, beberapa rama menyebut "Doa", "Nonton TV", "Baca-baca", "Makan", "Kamar mandi dan WC", "Buang air besar" ..... Karena tentang per-WC-an muncul beberapa kali, Rm. Bambang berkomentar dengan suara dipelankan menghadap pengunjung "Kanyata sing paling kerep ngising" (Ternyata yang paling kerap berak"), yang diteruskan "Neng kene le ngising bebas orang mung neng WC. Karo lungguh neng kamar ya isa. Neng kamar makan lan neng Kapel ya ra papa. Engko sing ribut karyawan" (Di sini para rama bebas untuk berak tak harus di WC. Bisa sambil duduk di kamar atau di kamar makan atau di Kapel. Yang akan ribut bersih-bersih adalah karyawan). Ledakan tawapun terjadi. Semua maklum karena beberapa rama sudah memiliki kelemahan untuk mengontrol tak bisa mengontrol diri. Ketika ada yang nyeletuk "Apakah para rama merasa bahagia di Domus?", satu per satu rama-rama menjawab "Bahagia", "Ya", "Jelas", "Senang kok" ...... Ketika Rm. Bambang bertanya kepada para tamu "Kowe neng kene ya bahagia?" (Apakah Anda juga bahagia diu sini?), terjadilah aklamasi jawaban "Bahagiaaaaa".

No comments:

Post a Comment

Rm. Harto di RS Panti Rapih

Rm. Fransiscus de Sales Suharto Widodo adalah salah satu penghuni Domus Pacis Santo Petrus, Kentungan. Kalau Rm. Yadi tercatat sebagai pengh...