Saturday, August 9, 2025
Ikut Perayaan Ulang Tahun Imamat ke 25 dan ke 40
Sebenarnya para rama Domus Pacis Santo Petrus termasuk anggota yang namanya UNIO KAS. UNIO adalah Persaudaraan Rama Praja atau Diosesan, dan KAS adalah singkatan dari Keuskupan Agung Semarang. Tigabelas rama Domus Pacis memang mendapatkan tahbisan imamat sebagai pembantu Uskup Agung Semarang. Meskipun menjadi anggota UNIO KAS, kecuali direktur yang memang masih muda, karena kelansiaan dan kondisi sakitnya para rama Domus secara praktis biasa absen dalam pertemuan-pertemuan UNIO KAS. Meskipun demikian, ketika ada acara UNIO KAS Rabu 6 Agustus 2025, ada rama Domus yang ikut. Sebenarnya Rm. Hartanta, Direktur Domus, memang biasa ikut acara-acara UNIO KAS. Tetapi pada Rabu itu beliau tidak ikut dan yang ikut adalah Rm. Djoko Setyo Prakosa dan Rm. Bambang. Pada waktu itu acaranya adalah Pesta Perak imamat dari 4 orang rama dan pesta 40 tahun imamat 2 orang rama.Rm. Bambang yang biasa tak ikut pertemuan UNIO KAS, memang sudah mendaftar sejak pengurus UNIO KAS meminta pernyataan ikut bagi yang akan ikut. Dia minta izin ikut kepada Rm. Hartanta yang kemudian mendaftarkan secara on line ke pengurus. Keikutsertaan Rm. Bambang terjadi karena salah satu yang berpesta 40 tahun imamat adalah Rm. Nandi Winarto. Rm. Bambang memiliki pertalian hubungan darah dengan Rm. Nandi. Sebenarnya sehari sebelum hari pertemuan, Rm. Bambang mendapatkan telepon dari Rm. Amisani, Ketua UNIO KAS. Rm. Amisani memberi informasi bahwa pelaksanaan Misa Perayaan Ulang Tahun Imamat akan terjadi di lantai 2 PPSM (Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan) sehingga untuk naik harus lewat tangga trap-trap yang cukup tinggi. Hal itu akan menjadi masalah bagi Rm. Bambang yang sudah berkursi roda. Tetapi Rm. Bambang menjawab akan tetap datang dan bersedia tak ikut Misa dengan hanya ikut welcome snak dan santap bersama di lantai 1. Tetapi pada hari "H" ternyata ada tenaga-tenaga PPSM yang mengusung Rm. Bambang dan Rm. Djoko Setyo ke lantai 2 untuk ikut Misa. Tentu saja Rm. Bambang merasa gembira berjumpa sanak keluarga dari garis ayahnya. Sanak keluarga juga tampak gembira. Itulah sebabnya ketika ada foto bersama Uskup bergilir antar rama yang berbahagia bersama keluarga masing-masing, Rm. Bambang ikut menjadi keluarga Rm. Nandi.
Santo Laurensius dari Roma
diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 12 Juli 2014 Diperbaharui: 19 Oktober 2020 Hits: 36334
- Perayaan10 Agustus
- LahirSekitar tahun 225
- Kota asalHuesca, Spanyol
- Wilayah karyaRoma
- Wafat
- Martir - Dipanggang hidup-hidup pada tanggal 10 August 258 di Roma
Dimakamkan di pemakaman Santo Cyriaca di jalan menuju ke Tivoli, Italia
Pemanggangan yang digunakan untuk memanggangnya sekarang ada di San Lorenzo, Lucina Italia - Kanonisasi
- Pre-Congregation
Ketika gurunya diangkat menjadi Paus pada tahun 257, Laurensius lalu diangkat menjadi seorang diakon. Dan meskipun masih muda, namun Laurensius ditunjuk sebagai yang utama di antara tujuh diakon yang bertugas di kota Roma. Karena itu ia disebut "Diakon Agung dari Roma", yang bertugas mengelola kas gereja dan membagi-bagikan derma bagi para fakir miskin dan para janda di seluruh kota Roma. Ia juga adalah pelayan utama paus dalam setiap upacara liturgi.
Saat itu masa penganiayaan kaisar Valerianus dimulai. Penganiayaan dilakukan dengan amat kejam. Banyak orang Kristiani harus bersembunyi dalam katakombe-katakombe bawah tanah dimana Mereka dapat ambil bagian dalam perayaan misa dan saling menguatkan satu sama lainnya. Pada tanggal 6 Agustus 258, para prajurit Romawi menerjang masuk suatu ruangan dalam katakombe di mana Paus Sixtus II sedang memimpin misa. Paus dan para diakonnya serta semua umat kristiani yang hadir di situ sama sekali tidak gentar menghadapi ancaman kematian. Kepada Paus, Santo Laurensius berkata: "Aku akan menyertaimu kemana saja engkau pergi. Tidaklah pantas seorang imam agung Kristus pergi tanpa didampingi diakonnya." Paus terharu mendengar kata-kata Laurensius itu. Lalu ia berkata: "Janganlah sedih dan menangis, anakku! Aku tidak sendirian. Kristus menyertai aku. Dan engkau, tiga hari lagi, engkau akan mengikuti aku ke dalam kemuliaan surgawi". Paus Sixtus II bersama dengan dua orang diakonnya yaitu St. Felisismus dan St. Agapitus langsung dibunuh di tempat itu, sedangkan St. Laurensius ditangkap dan dibawa ke penjara.
Prefek kota Roma tahu bahwa Laurensius adalah orang yang mengurus kas dan harta kekayaan gereja. Karena itu ia lalu membujuk Laurensius untuk menyerahkan semua kekayaan Gereja itu kepada penguasa Roma. Santo Ambrosius adalah sumber paling awal yang mengisahkan bahwa Santo Laurensius meminta waktu tiga hari untuk mengumpulkan semua harta kekayaan gereja yang disimpannya. Dia bekerja cepat mengumpulkan orang-orang miskin lalu membagi-bagikan kekayaan Gereja sebanyak mungkin kepada mereka. Pada hari ketiga, ia memimpin para orang miskin, orang cacat, orang buta dan orang sakit dan berarak menuju kediaman Prafek kota Roma. Kepada penguasa Roma itu, Laurensius berkata: "Tuanku, inilah harta kekayaan Gereja yang saya jaga. Terimalah dan periharalah mereka dengan sebaik-baiknya."
Tindakan dan kata-kata Laurensius ini dianggap sebagai suatu olokan dan penghinaan terhadap penguasa Roma. Karena itu, ia segera ditangkap dan dipanggang hidup-hidup di atas terali besi yang panas membara. Laurensius tidak gentar sedikitpun menghadapi hukuman ini. Setelah separuh badannya bagian bawah hangus terbakar, ia meminta supaya badannya dibalik sehingga seluruhnya bisa hangus terbakar. "Sebelah bawah sudah hangus, baliklah badanku agar seluruhnya hangus!" katanya dengan sinis kepada para algojo yang menyiksanya. Laurensius akhirnya menghembuskan nafasnya di atas pemanggangan itu sebagai sekorang ksatria Kristus.
Lamunan Hari Raya
Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga
Minggu, 10 Agustus 2025
Lukas 1:39-56
39 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. 40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. 41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, 42 lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. 43 Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? 44 Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. 45 Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."
46 Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, 47 dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, 48 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, 49 karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. 50 Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. 51 Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; 52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; 53 Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; 54 Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, 55 seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya." 56 Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.
Butir-butir
Permenungan
- Tampaknya, menjadi mulia terhormat sungguh biasa membuat hati bahagia. Itu terjadi kalau orang berkedudukan tinggi dan atau kaya.
- Tampaknya, demi meraih kemuliaan dan kehormatan orang bisa berjuang meraih kedudukan tinggi terhormat. Korban apapun bisa dilakukan demi mencapainya.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul mesra dengan kedalaman batin, sekalipun kedudukan tinggi dan kekayaan dapat dipandang sebagai kemuliaan dan kehormatan, orang akan sungguh dimuliakan justru karena kesediaannya mengambil posisi merendah demi kepedulian kepada orang lain. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa martabat tinggi seseorang ada dalam kesediaan ikhlas dalam kerendahan.
Ah, dengan kedudukan tinggi orang bisa memperoleh dengan mudah apapun yang diinginkan.
Friday, August 8, 2025
Misdinar Paroki Kumetiran
Dalam peristiwa kunjungan rombongan umat ke Domus Pacis biasa terjadi wawan hati antara para pengunjung dengan para rama Domus. Para tamu bertanya dan para rama menjawab. Pada Sabtu 2 Agustus 2025 yang berkunjung adalah kelompok yang bagi Domus Pacis dapat disebut khusus. Biasanya yang berjunjung adalah rombongan yang beranggotakan kaum sepuh. Paling tidak kebanyakan terdiri dari orang-orang yang sudah berkeluarga. Maka kalau ada kunjungan anak dan atau remaja, bagi Domus hal itu menjadi peristiwa khusus. Pada Sabtu itu yang datang adalah kelompok anggota Misdinar Paroki Kumetiran.
Di dalam bagian omong-omong Rm. Bambang meminta para misdinar itu duduk berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3 hingga 5 orang anak remaja. Memang ada pendamping yang sudah masuk golongan muda. Di dalam kelompok-kelompok mereka diminta untuk membuat pertanyaan terhadap para rama yang kini sudah sepuh dan bebas tugas serta tinggal di rumah tua. Bila dalam kelompok muncul lebih dari satu pertanyaan, Rm. Bambang minta untuk menentukan satu pertanyaan untuk disampaikan kepada para rama. Dari catatan Rm. Bambang ada pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan cakrawala mereka seperti "Apakah para rama pernah menjadi misdinar", "Mengapa dulu ingin jadi rama?", dan "Apa nasehat rama untuk kami?" Tetapi dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul ternyata ada yang baru sekali itu dihadapi oleh para rama Domus. Pertanyaan itu adalah "Kalau waktu bisa diputar sehingga rama menjadi muda kembali, apakah masih ingin jadi rama?" Dari jawaban para rama, barangkali kalau dirangkum bisa dikatakan begini :
Pada umumnya para rama belum pernah berpikir bagaimana kalau jadi muda kembali. Mgr. Blasius dan Rm. Ria bahkan belum pernah mengalami menjadi aktivis paroki sebagai kaum muda. Kecuali Rm. Bambang, para rama memang mengalami menjadi misdinar. Mgr. Blasius dan Rm. Ria jadi misdinar paroki ketika masih Sekolah Rakyat atau SR (Kini Sekolah Dasar atau SD). Keduanya masuk seminari selepas SR. Yang lain masuk setelah lulus SMP dan SMA. Bahkan Rm. Yadi masuk setelah usia 36 tahun dan sudah jadi guru bahkan kepala sekolah SMP. Yang jelas semua rama mengatakan bahwa yang pokok hidup harus sesuai realita. Nyatanya kini semua adalah imam. Pada umumnya bilang bahwa ketaatan adalah jalan kebahagiaan.
Santa Theresia Benedikta dari Salib
diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 14 Desember 2016 Diperbaharui: 14 November 2017 Hits: 22596
- Perayaan9 Agustus
- Lahir12 Oktober 1891
- Kota asalBreslau Kekaisaran Prusia - Jerman (Sekarang : Wrocław, Dolnoslaskie - Polandia)
- Wafat
- Martir
Tewas dalam kamar Gas di Kamp Konsentrasi Auschwitz Polandia pada 9 Agustus 1942 - Venerasi26 Januari 1987 oleh Paus Yohanes Paulus II
- Beatifikasi1 Mei 1987 oleh Paus Yohanes Paulus II di Kathedral Cologne, Jerman
- Kanonisasi
- 11 Oktober 1998 oleh Paus Yohanes Paulus II
Seperti kebanyakan wanita Yahudi di masa itu, ibunya adalah seorang yang taat beribadah, berkemauan dan seorang pekerja keras. Ia adalah seorang wanita mengagumkan yang sukses mengelola perusahaan kayu suaminya sambil mengurus keluarga. Ia sangat peduli akan pendidikan anak-anaknya dan sukses menyekolahkan mereka semua sampai ke jenjang Perguruan Tinggi. Namun demikian, ibu Auguste Stein kurang berhasil menanamkan iman akan Tuhan yang hidup dalam diri anak-anaknya. Pada tahun 1904, si bungsu Edith yang baru berusia 13 tahun telah kehilangan iman Yahudinya dan secara terbuka menyatakan diri sebagai seorang Atheis.
Pada tahun 1911, Edith Stein yang cerdas lulus Cum Laude pada ujian akhir sekolah. Ia lalu melanjutkan kuliah di Universitas Breslau untuk belajar bahasa Jerman dan sejarah. Pada tahun 1913, Edith pindah ke Universitas Göttingen dan belajar filsafat di bawah bimbingan seorang filsuf ternama; Professor Edmund Husserl. Edith sangat menonjol dalam semua pelajaran sehingga sang professor pun mengangkatnya sebagai asisten. Professor Husserl juga membimbingnya sampai meraih gelar doktor Filosofi dengan predikat Summa Cum Laude pada tahun 1916. Setelah lulus, Edith bekerja sebagai asisten tetap professor Edmund Husserl.
Suatu hari, Edith datang ke Frankfurt dan mengunjungi Katedral Frankfurt yang terkenal itu. Ia melihat seorang perempuan dengan keranjang belanja masuk ke dalam katedral untuk berlutut memanjatkan doa. Dikemudian hari Edith menulis :
Pengalaman ini membuat Edith mulai membaca kitab suci Perjanjian Baru, buku-buku Kierkegaard (Søren Kierkegaard, seorang Filsuf dan Teolog Kristen pada abad-19. Kierkegaard saat ini dianggap sebagai tokoh filsafat eksistensialisme), dan buku latihan rohani dari St. Ignatius dari Loyola.
Pada tahun 1921 Edith Stein berlibur di Bad Bergzabern, di rumah seorang sahabatnya Hedwig Conrad-Martius seorang anggota gereja Protestan. Suatu sore, dari perpustakaan ruang Hedwig, Edith mengambil secara acak sebuah buku yang ternyata adalah buku otobiografi St. Theresia dari Avilla, dan terus ia membaca buku tersebut sepanjang malam sampai pagi hari. “Ketika aku selesai membaca, aku berkata kepada diriku sendiri : Inilah kebenaran!” kenangnya.
Keesokan harinya, Edith membeli buku Misa dan Katekismus yang di hari-hari selanjutnya menjadi tumpuan perhatiannya. Ketika dirasa ia sudah cukup paham, Edith untuk pertama kalinya masuk ke sebuah Gereja Katolik dan dengan mudah mengikuti jalannya Misa. Ia ingin dibaptis segera; dan ketika Pastor Breitling mengatakan bahwa agar dapat dibaptis orang perlu persiapan untuk mengenal ajaran iman dan tradisi-tradisi Gereja, dengan yakin Edith menjawab, “Ujilah saya!”. Ini dilakukan pastor dan Edith pun lulus dengan gemilang.
Pada tanggal 1 Januari 1922, Edith Stein menerima Sakramen Baptis dan Sakramen Komuni Pertama di Gereja Santo Martinus, Bergzabern. Hari itu adalah hari Peringatan Penyunatan Yesus, ketika Yesus masuk ke dalam perjanjian Abraham. Teresa Edith Stein berdiri dekat bejana baptis dengan mengenakan gaun pengantin putih. Dengan dispensasi khusus dari Bapa Uskup, sahabatnya Hedwig menjadi wali baptisnya. Sejak saat itu ia terus-menerus sadar sepenuhnya bahwa ia adalah milik Yesus Kristus, bukan hanya secara rohani, melainkan juga karena darah Yahudinya. Pada tanggal 2 Februari, hari Peringatan Pentahiran Maria - suatu hari yang ada rujukannya dalam kitab Perjanjian Lama - Edith menerima Sakramen Penguatan oleh Uskup Speyer di kapel pribadi bapa uskup.
Setelah menerima sakramen penguatan, Edith pulang ke Breslau. Dihadapan ibunya ia bersaksi : “Mama, aku kini seorang Katolik.” Ibunya yang merupakan seorang Yahudi yang saleh merasa bagai disambar petir. Hatinya bergetar hebat dan ia pun menangis. Seumur hidupnya, Edith belum pernah melihat ibunya yang tegar itu menangis. Dalam kalangan Yahudi Orthodox, Katolik dianggap sebagai sekte yang hina. Edith sudah siap menerima teguran ataupun diusir dari rumah. Tetapi sang ibu malah memeluknya dan kedua wanita Yahudi itu pun menangis. Dikemudian hari Hedwig Conrad Martius, sahabat dan wali babtisnya menulis tentang kejadian ini : “Lihat, inilah dua orang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” (bdk Yohanes 1:47).
“Segalanya untuk semua orang,” itulah semboyan Edith sejak ia menjadi seorang Katolik. Ia meninggalkan pekerjaannya di Universitas lalu menjadi pengajar di sekolah Susteran Dominikan dan juga menjadi guru pembimbing bagi para biarawati di Biara St. Magdalena yang akan masuk universitas di Speyer. Di kota ini Edith dikenal dengan sebutan “Fraulin Doctor” (Nona Doctor) dan menjadi teladan bagi semua orang. Salah seorang mantan muridnya kelak menulis :
Pada tahun 1931, Edith Stein meninggalkan sekolah biara di Speyer dan berupaya untuk meraih gelar professor di Breslau dan Freiburg. Usahanya ini sia-sia akibat perubahan politik yang terjadi di tanah Jerman. Pada tahun 1932 Edith sempat menjadi pengajar di Institut Pedagogi di Münster, tetapi undang-undang Antisemitisme yang diberlakukan oleh pemerintahan baru Jerman, Adolf Hitler dan partai NAZI, memaksanya untuk mundur dari jabatan tersebut pada tahun 1933. Para NAZI tidak memperkenankan orang Yahudi untuk menjadi tenaga pendidik.
Pada tanggal 14 Oktober 1933 Edith Stein memutuskan untuk masuk Biara Karmel tak berkasut di Cologne. Ia diterima dan setahun kemudian ia menerima busana biarawati Karmel dan mengambil nama biara : Teresa Benedicta a Cruce (Teresa yang terberkati dari Salib). Pada tanggal 21 April 1935, Sr. Teresa Benedikta mengucapkan kaul sementara dan mengucapkan Kaul Kekal tiga tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 21 April 1938. Sebagai seorang biarawati katolik berdarah Yahudi, Sr. Teresa Benedikta merasa memiliki kesempatan dan tanggung jawab unik, untuk menjembatani jurang pemisah antara iman Kristiani dan Yahudi. Ia menulis buku “Kehidupan sebuah Keluarga Yahudi” (yaitu keluarganya sendiri) dan berusaha menunjukkan kesamaan pengalaman manusiawi antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristiani dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pada akhir tahun 1938, gerakan anti-Semit pemerintah NAZI dan penganiayaan kepada orang Yahudi semakin meningkat di seluruh wilayah Jerman. Sinagoga-sinagoga dihancurkan, harta milik orang-orang Yahudi dirampas. Orang-orang Yahudi dicekam ketakutan atas keselamatan mereka. Untuk melindungi Sr. Teresa Benedikta, Priorin Biara Karmel di Cologne memindahkannya ke luar negeri. Pada malam Tahun Baru 31 Desember 1938, Sr. Teresa bersama saudarinya Rosa yang juga sudah menjadi Katolik diselundupkan ke negeri Belanda, dan tinggal di Biara Karmel di Echt di Provinsi Limburg. Disini Sr. Teresa Benedikta sempat menulis sebuah karya yang berjudul : Studie über Joannes a Cruce: Kreuzeswissenschaft (Penelitian tentang Yohanes dari Salib : Ilmu Salib).
Pada tanggal 15 Mei 1940 Belanda jatuh ketangan NAZI Jerman. Edith sekali lagi harus merasakan getirnya hidup dibawah undang-undang anti-Semit NAZI. Pada tanggal 20 juli 1942 para Uskup Katolik Roma Belanda mengumumkan pernyataan yang dibacakan di seluruh gereja di negara tersebut yang menentang pembuangan dan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi. Sebagai balasannya Para NAZI menangkap semua orang Katolik keturunan Yahudi, termasuk para imam dan para biarawan-biarawati.
Sr. Teresa Benedikta ditangkap oleh Gestapo pada tanggal 2 Agustus 1942 saat ia sedang berdoa di kapel bersama para biarawati lainnya. Ia dan saudarinya Rosa diwajibkan keluar dari biara dalam waktu lima menit. Rosa kini telah menjadi seorang Karmelit Ordo Ketiga yang bekerja di Biara Echt. Dengan menggandeng tangan Rosa, Sr. Teresa mengatakan, “Mari, kita pergi untuk bangsa kita.”
Bersama dengan banyak orang Yahudi lainnya, kedua wanita ini diangkut ke suatu kamp perhentian di Amersfoort dan kemudian dari Amersfoort ke Westerbork. Kepada Priorin Karmel di Cologne, diceritakan orang sebagai berikut,
Ny. Bromberg, salah seorang yang selamat dari kamp Konsentrasi dimana Sr. Benedikta ditawan memberikan kesaksian,
Pada tanggal 7 Agustus 1942 Sr. Teresa Benedikta bersama Rosa dan 985 orang Yahudi dibawa dengan kereta api ke kamp Konsentrasi di Auschwitz, Polandia. Pada tanggal 9 Agustus Suster Teresia Benedicta a Cruce bersama Rosa dan banyak kaum sebangsanya dibantai dengan gas beracun didalam kamar gas. Jenazah mereka lalu dibakar secara massal di krematorium.
Sr. Teresa Benedikta dibeatifikasi di Cologne pada tanggal 1 Mei 1987 oleh Paus Yohanes Paulus II. Saat itu Bapa Suci menyatakan bahwa Gereja menghormati “seorang puteri Israel” yang sebagai seorang Katolik pada masa penganiayaan Nazi, tetap setia kepada Tuhan Yesus Kristus yang tersalib, dan sebagai seorang Yahudi, kepada bangsanya dalam kasih setia.”
Pada tanggal 11 Oktober 1998, Beata Teresa Benedikta dari Salib dikanonisasi oleh Paus Yohanes Paulus II di Roma. Setahun kemudian, pada tanggal 1 Oktober 1999, paus yang sama memaklumkan santa Teresa Benedikta, bersama dengan St. Katarina dari Sienna dan St. Brigitta dari Swedia, sebagai Santa pelindung Eropa. Sebelumnya, Eropa memiliki tiga santo pelindung: St. Benediktus, St. Sirilus dan St. Methodius. Bapa Suci mengatakan bahwa ia memaklumkan ini “demi menekankan peran penting yang telah dimainkan dan yang dimiliki kaum perempuan dalam gereja dan dalam sejarah sipil Eropa.” (qq)
Lamunan Pekan Biasa XVIII
Sabtu, 9 Agustus 2025
Matius 17:14-20
14 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah, 15 katanya: "Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. 16 Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya." 17 Maka kata Yesus: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!" 18 Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itupun sembuh seketika itu juga. 19 Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?" 20 Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.
Butir-butir
Permenungan
- Tampaknya, ada keyakinan bahwa setiap orang memiliki kemampuan atau bakat. Dengan kemampuannya orang bisa melakukan hal-hal yang bermanfaat baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.
- Tampaknya, orang dapat mengembangkan bakat menjadi kemampuan yang amat hebat. Dia bisa melakukan yang dimampuinya yang membuatnya menjadi kekaguman amat banyak orang.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun memiliki kemampuan yang mampu membuat amat banyak orang kagum, kalau tidak melandaskan diri pada kesadaran bahwa itu adalah anugrah ilahi, orang bisa terbentur pada kemandulan dan kemacetan atas kemampuannya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan sadar bahwa dengan bakat sekecil apapun, kalau dilandasi keyakinan sebagai anugrah Tuhan, orang bisa berbuat melebihi perkiraan banyak orang.
Ah, asal berbakat besar dan banyak orang akan selalu sukses.
Thursday, August 7, 2025
Peringatan Santo Pelindung
Di Domus Pacis Santo Petrus memang ada hari-hari penting rama penghuni yang dirayakan. Itu menyangkut ulang tahun tahbisan imamat. Memang, mulai dengan tahun 2025 ada perayaan kecil untuk ulang tahun kelahiran masing-masing rama. Ualng tahun imamat memang selalu mengundang kehadiran keluarga dan banyak umat. Sedang ulang tahun kelahiran hanya mengundang keluarga maksimum 10 orang untuk ikut makan siang bersama para rama dan karyawan Domus. Tetapi Rm. Bambang selalu menambah hal khusus pada tanggal 8 Agustus sebagai hari istimewanya untuk dirinya. Rm. Bambang selalu merayakan kecil-kecilan tanggal 8 Januari. Di tahun 2024 Rm. Bambang merayakan dengan mengunjungi KB Lintang Sumunar bersama TK Paroki Medari. Dalam HISTORIA DOMUS Blog Domus tanggal 11 Agustus 2024 dengan judul "Rm. Bambang Bancakan" ada tulisan "Berkaitan dengan hari-hari peringatan itu, ternyata Rm. Bambang juga mempunyai hari khusus lain. Walaupun secara sederhana, Rm. Bambang biasa merayakannya".
Pada tanggal 8 Agustus Gereja memperingati salah satu orang kudus, yaitu Santo Dominikus. Rm. Bambang berlindung pada orang kudus ini sehingga mendapatkan nama baptis Dominicus. Rm. Bambang dipermandikan pada 25 Maret 1967 ketika dia sudah SMA. Bagi Rm. Bambang ini adalah peristiwa khusus sebagai murid Tuhan Yesus Kristus. Dia sungguh merasakan mendapatkan pegangan hidup karena dengan ikut Yesus dia seperti mendapatkan suasana kasih khusus. Rm. Bambang memang memiliki pengalaman hidup dilatarbelakangi kondisi amat tidak ideal. Sejak usia 1 tahun kaki kiri tak tumbuh normal sehingga menjadi pincang yang menhadirkan tak percaya diri dalam pergaulan. Dia lahir ketika ayah ibunya sudah berpisah dan kemudian mengalami 3 kali ibu tiri. Semua itu menghambat dirinya dalam hidup bersama orang lain. Tetapi dengan menjadi calon baptis dia biasa membaca Injil dan mendapatkan Yesus yang amat peduli pada orang yang mengalami susah derita hidup. Dengan ikut Yesus Rm. Bambang mengalami kebersamaan persaudaraan dan kekeluargaan dalam kebersamaan umat. Dia diterima apa adanya dan bahkan mendapatkan kesempatan berpartisipasi dalam derap kehidupan umat. Ini semua "Karena aku ikut Yesus". Itulah kata-katanya kalau ada yang bertanya mengapa punya stamina ceria dalam keadaan apapun. Itulah mengapa Rm. Bambang selalu membuat acara kecil-kecilan pada peringatan Santo Dominikus. Untuk Jumat 8 Agustus 2025 dia menambah menu untuk makan siang penghuni Domus Pacis Santo Petrus. Dia juga membuat janji dengan Keluarga Tian-Rachel. Keluarga ini sudah menganggap Rm. Bambang sebagai keluarga sendiri, sehingga kedua anaknya ketika baptis juga berlindung pada Santo Dominikus. Anak pertama, Chrissel, dengan nama Dominica. Nel, adiknya, bernama baptis Dominic. Kedua anak itu kalau memanggil Rm. Bambang dengan sebutan "Yang Mo". Itu singkatan dari Eyang Romo. Eyang adalah bahasa Jawa yang berarti kakek.Santo Dominikus
diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 25 Agustus 2013 Diperbaharui: 02 November 2019 Hits: 40227
- Perayaan08 Agustus
- LahirTahun 1170
- Kota asalCalaruega, Burgos, Old Castile (Sekarang Spanyol)
- Wafat
- 6 August 1221 di Bologna, Italy | Oleh sebab alamiah
- Beatifikasi-
- Kanonisasi
- Tahun 1234 oleh Paus Gregorius IX
Masa kecil dan mudanya ditandai dengan kesucian dan semangat belajar yang tinggi. Pendidikan awalnya ditangani langsung oleh pamannya yang adalah seorang imam. Dominikus muda kemudian melanjutkan studinya ke seminari di Valencia. Pada umur 24 tahun ia masuk biara di Osma dan tak lama kemudian ditabhiskan menjadi seorang imam. Karier imamatnya dimulai di Osma didukung oleh doa kontemplatif yang sungguh mendalam. Doa kontemplatif ini yang melahirkan cintanya yang tulus kepada umat.
Karya apostoliknya dimulai sejak tahun 1203 ketika aliran bidaah Albigensianisme melancarkan serangan terhadap kebenaran iman Gereja. Waktu itu, Dominikus bersama uskupnya, Diego d'Azevido sedang dalam perjalanan ke Denmark untuk melaksanakan suatu misi diplomatik bagi Raja Alfonso IX (1188-1230).
Bidaah Albigensianisme, yang lahir pada awal abad ke-13 di kota Albi Perancis Selatan, merongrong ajaran iman yang benar. Aliran ini mengajarkan bahwa segala yang jasmani itu jahat. Ajaran Gereja tentang Tritunggal Mahakudus, peristiwa penjelmaan dan Penebusan umat manusia dalam Pribadi Yesus Kristus diingkarinya; juga semua sakramen, ibadat dan apa saja yang merupakan ungkapan iman Gereja ditolak. Karena sangat fanatik, para penganut aliran sesat ini tanpa segan merusak gereja-gereja dan biara, menghancurkan gambar-gambar kudus dan salib. Segala hubungan antara Gereja dan Negara ditiadakan. Mereka sangat terampil dalam menyebarkan ajarannya sehingga menarik begitu banyak umat menjadi pengikut mereka.
Terdorong oleh desakan batin untuk memberantas pengaruh jahat aliran sesat ini, Dominikus mendapat ilham untuk mendirikan sebuah tarekat religius yang lebih memusatkan perhatian pada soal Pewartaan Sabda.
Pada pertengahan musim panas pada tahun 1206, seusai urusan diplomatik di Denmark dan kunjungan ke Roma, Dominikus bersama Uskup Diego kembali ke Spanyol. Di Montpellier, Perancis Selatan, mereka bertemu dengan para pengkhotbah utusan paus yang mulai putus asa dalam mengemban tugas memberantas pengaruh ajaran aliran sesat Albigensianisme. Mereka berniat meninggalkan hidup biaranya karena gagal dalam tugas pewartaannya. Banyak faktor membuat mereka gagal. Antara lain : para bangsawan yang merupakan orang kepercayaan masyarakat sudah mengikuti aliran sesat itu. Juga karena jumlah imam sangat sedikit dan tidak dididik dengan baik tentang tata cara mewartakan Injil, padahal para pewarta ajaran sesat itu sangat terampil dalam menyebarkan ajarannya; faktor kegagalan yang lain datang dari kalangan Uskup Perancis Selatan itu sendiri. Mereka acuh tak acuh terhadap bahaya yang menggoncang ajaran iman yang benar, dan lebih getol dalam hal-hal duniawi.
Menghadapi keputus-asaan para utusan paus, Uskup Diego dan Dominikus menasehati mereka untuk terus mewartakan Injil Kristus meskipun banyak rintangannya. Mereka dinasehati agar meniru teladan para Rasul dalam pewartaan Injil; memasuki pelosok-pelosok dengan berjalan kaki tanpa membawa uang dan makanan, dan bergaul rapat dengan rakyat yang sudah sesat. Uskup Diego dan Dominikus juga dengan setia menemani mereka. Hasil yang dicapai cukup lumayan, meskipun masih banyak kegagalan. Uskup Diego dan Dominikus serta Uskup Fulk dari Tolouse, Perancis Utara terus mendampingi mereka dalam perjuangan besar memberantas pengaruh jahat Albigensianisme.
Pada tahun 1214, Dominikus mendiskusikan bersama rekan-rekannya rencana mendirikan sebuah tarekat religius. Rencana ini didukung dan mulai dilaksanakan tahun berikutnya bersamaan dengan pemberian hadiah sebuah rumah besar oleh Petrus Seila dari Tolouse. Uskup Fulk memberi restunya.
Ordo religius Dominikus ini dikenal dengan nama Ordo Praedicatorum (Ordo Para Pengkhotbah) atau lebih sering disebut sebagai Ordo Dominikan. Pandangan hidup yang dianut Ordo Dominikan ini merupakan sesuatu yang belum dikenal pada masa itu. Dominikus menggabungkan corak hidup kontemplatif dengan kehidupan aktif: mewartakan Injil di luar biara, kerja tangan untuk memenuhi kebutuhan hidup, belajar dan lain-lain. Misinya sungguh-sungguh merupakan sesuatu yang baru, karena pada masa itu hal pewartaan adalah tugas khas pada Uskup. Dengan kekhasan ini, Dominikus bermaksud memberikan Gereja suatu Ordo Religius dengan para Imam yang terdidik, berbobot dan handal.
Restu Paus untuk berdirinya Ordo Dominikan ini diperoleh ketika Dominikus bersama Uskup Fulk mengikuti Konsili Lateran IV di Roma pada tahun 1215. Sri Paus Innocentius III (1198-1216) berjanji meneguhkan ordo itu apabila Dominikus sudah bisa merumuskan regula (aturan hidup membiara) bagi ordonya dan memiliki sebuah gereja sebagai tempat Misa Kudus dan upacara lainnya. Kedua tuntutan paus ini akhirnya dapat terpenuhi. Dominikus bersama rekan-rekannya sepakat memilih regula Santo Agustinus dan menyusun konstitusi ordo mereka. Uskup Fulk mempercayakan gereja Santo Romanus di Tolouse kepada Dominikus. Di samping gereja itu, Dominikus mendirikan rumah biaranya yang pertama.
Kekhasan Ordo Dominikan ini diperkuat oleh suatu pengalaman mistik. Ketika berdoa di Basilika Santo Petrus di Roma, Dominikus mengalami penglihatan berikut: Santo Petrus dan Paulus mendatangi Dominikus. Petrus menyerahkan kepadanya sebuah kunci, dan Paulus memberinya sebuah buku. Kepadanya Petrus dan Paulus berkata: “Pergilah dan wartakanlah Injil, karena engkau telah ditentukan Allah untuk misi pelayanan itu. Kecuali itu, dalam penglihatan itu pun Dominikus menyaksikan para imamnya mewartakan Injil ke seluruh dunia”.
Di Perancis Selatan sendiri, karya pewartaan itu sulit dilaksanakan karena kerusuhan politik dan militer. Karena itu, Dominikus memutuskan untuk mewartakan Injil di wilayah Eropa lainnya seperti Spanyol dan Paris sembil tetap menggalakkan pewartaan di Tolouse dan Prouille. Dari wilayah-wilayah itu, Dominikus mulai melancarkan misi universal ordonya ke berbagai daerah.
Untuk mempertegas ciri khas ordonya, Dominikus mengundang imam-imamnya untuk membicarakan berbagai hal penting seperti pendidikan para imam Dominikan, kegiatan pewartaan, kepemimpinan ordo dan penghayatan kaul kemiskinan. Oleh imam-imamnya, Dominikus sendiri diangkat sebagai pemimpin ordo pertama. Ia pun diangkat sebagai pemimpin misi kepausan di Lombardia tatkala umat di wilayah itu diresahkan oleh ajaran sesat. Bersama Kardinal Egolino, Dominikus melancarkan perlawanan gencar terhadap berbagai ajaran sesat. Pekerjaan di Lombardia sangat menguras tenaganya.
Dengan Ordo yang didirikannya Dominikus berjuang sekuat tenaga membendung pengaruh bidaah sesat. Pernah suatu saat ia menjadi sangat pesimis dengan perjuangannya. Ia telah bekerja dengan sangat keras namun ajaran sesat tetap saja merebak di antara umat. Saat itu Dominikus menerima penglihatan dari Bunda Maria yang menunjukkan padanya sebuah karangan bunga mawar (mewakili rosario). Bunda Maria menyuruhnya untuk berdoa rosario setiap hari, dan mengajarkan doa rosario kepada semua orang yang mau mendengarkan. Dengan bersenjatakan rosario, Para imam Dominikan pada akhirnya berhasil mengalahkan bidaah yang amat berbahaya tersebut. Dominikus sering disebut sebagai penemu rosario. Walau hal ini tidak bisa dipastikan, namun suatu hal yang pasti ialah bahwa Dominikus dan para dominikan lah yang telah menyebarluaskan doa rosario, dan menggunakannya untuk memperkuat kehidupan rohani mereka.
Sebuah Legenda mengatakan bahwa suatu hari Dominikus menerima penglihatan akan seorang pengemis yang sangat suci, yang telah melakukan banyak hal luar biasa karena imannya. Keesokan harinya Dominikus bertemu dengan pengemis tersebut. Terkesima akan kesucian dan kerendahan hatinya, dengan penuh keharuan Donimikus segera memeluknya dan berkata, "Engkau adalah temanku dan harus berjalan dengan saya. Jika kita terus bersama-sama, tidak akan ada kekuatan duniawi yang dapat menguasai kita." Pengemis tersebut adalah Santo Fransiskus dari Assisi.
Dominikus seorang pengkhotbah ulung, sementara Santo Fransiskus dari Assisi seorang mistikus suci yang sangat rendah hati. Mereka berdua adalah permata Gereja yang tiada duanya. Kedua ordo mereka yaitu Dominikan dan Fransiskan hidup sampai saat ini, dan telah membantu umat Kristiani agar hidup lebih kudus.
Dominikus tutup usia di kota Bologna pada tanggal 6 Agustus 1221 setelah menderita sakit keras. Kesucian Dominikus sungguh luar biasa. Ia seorang pendoa yang merasakan benar makna kehadiran Allah. Tentang dirinya, rekan-rekannya berkata: Ia terus berbicara dengan Tuhan dan tentang Tuhan; siang hari ia bekerja bagi sesamanya, dan malam hari ia berkontak dengan Tuhan. Sebelum meninggal ia berpesan: “Tetaplah teguh dalam cinta kasih dan kerendahan hati, dan jangan tinggalkan kemiskinan!”
Santo Dominikus dinyatakan kudus oleh Paus Gregorius IX pada tahun 1234.
Lamunan Peringatan Wajib
Santo Dominikus, Pendiri Ordo Pengkhotbah
Jumat, 8 Agustus 2025
Matius 16:24-28
24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. 25 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. 26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? 27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. 28 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya."
Butir-butir
Permenungan
- Tampaknya, pada umumnya orang sadar dan tahu bahwa harta yang paling berharga adalah hidup. Setiap orang akan mengupayakan apapun untuk melindungi dan mengamankan hudupnya.
- Tampaknya, orang bisa bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup. Dia bisa berjuang menumpuk harta kekayaan agar hidupnya tenang dan aman.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun makin banyak harta kekayaan dimiliki dipandang bisa amat menjamin dan mengamankan hidup, orang baru bisa sungguh mampu menyelamatkan hidup kalau tidak serakah dan tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar hanya keikhlasan berkorban menjalani beban tugas harianlah yang sungguh bisa mengalami anugrah hidup sejati.
Ah, makin kaya makin tenanglah orang menjalani hidup.
Wednesday, August 6, 2025
Rm. Saptaka
Kini tentang Rm. Robertus Saptaka. Dari segi usia beliau belum mendapatkan tali asih sebulan sekali dari Keuskupan. Yang dapat tali asih adalah yang sudah masuk usia 65 tahun. Rm. Saptoko terhitung berusia 62 tahun, karena lahir pada 11 Maret 1963. Tetapi karena kondisi sakit yang sudah cukup lama, sejak 13 Mei 2025 menjadi penghuni Domus Pacis Santo Petrus. Dalam hal ikut Misa Komunitas, kecuali dalam keadaan drop. sejak hari Domus masuk beliau biasa ikut. Meskipun demikian selama 2 bulan lebih beliau tidak pernah ikut makan bersama para rama di ruang makan. Setiap hari karyawan melayani beliau di kamar.
Keadaan Rm. Saptoko berubah dengan masuknya Rm. Djoko Setyo di Domus Pacis Santo Petrus. Rm. Djoko masuk Domus Pacis pada 15 Juli 2025. Pada tanggal 17 Juli 2025 pagi Rm. Djoko mulai ikut makan pagi bersama. Dalam Blog Domus kolom HISTORIA DOMUS yang berjudul "Berkat Rm. Djoko dan Rm. Saptaka?", ada berita "Ketika Rm. Djoko bertanya tentang Rm. Saptaka yang tak ikut makan bersama, Rm. Hartanta sebagai direktur Domus berkata bahwa belum pernah ikut makan bersama. Padahal Rm. Saptaka sudah beberapa bulan menjadi penghuni Domus Pacis. "Mangke kula jake nedha sareng" (Nanti sayak ajak dia makan bareng) kata Rm. Djoko menanggapi kata-kata Rm. Hartanta". Itu memang terjadi. Sejak siang 17 Juli 2025 Rm. Saptaka ikut makan bersama para rama. Tempat duduk Rm. Saptaka berhadapan dengan Rm. Djoko. Sejak itu Rm. Saptaka juga menjadi biasa masuk dalam omong-omong dengan para rama lain di kamar makan. Sekalipun kondisi penyakit tetap ada dalam dirinya, tetapi Rm. Saptaka tampak makin ceria. Maka, mulai Senin 4 Juli 2025 Rm. Saptaka ikut dimasukkan dalam tugas Misa dan Doa makan. Dari Senin hingga Minggu 4-10 Agustus 2025 beliau mendapatkan tugas Doa Pembuka makan bersama. Pada Kamis 7 Agustus 2025 Rm. Saptaka bergilir untuk memimpin Misa termasuk Bacaan Injil serta homili.Santo Kayetanus
diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 25 Agustus 2013 Diperbaharui: 01 Agustus 2016 Hits: 14417
- Perayaan07 Agustus
- LahirOktober 1480
- Kota asalVicenza - Italy
- Wafat
- 7 Agustus 1547 | Oleh Sebab alamiah
- Beatifikasi8 Oktober 1629 oleh Paus Urbanus VIII
- Kanonisasi
- tahun 1671 oleh Paus Klemens X
Ia kembali ke Vicenza, kota asalnya. Walau sanak-saudaranya yang kaya menentang, Kayetanus menggabungkan diri dengan sekelompok lelaki yang sederhana dan bersahaja, yang membaktikan hidup mereka untuk menolong orang-orang yang sakit dan yang miskin papa. St. Kayetanus biasa menjelajahi seluruh penjuru kota guna mencari mereka yang malang dan melayani mereka dengan tangan-tangannya sendiri. Ia membantu pula di rumah sakit merawat pasien-pasien dengan penyakit-penyakit yang paling menjijikkan. Di kota-kota lain juga ia melakukan karya belas kasih yang sama.
St. Kayetanus senantiasa mendorong semua orang untuk menyambut Komuni Kudus sesering mungkin. “Aku tak akan bahagia,” katanya, “hingga aku melihat umat Kristiani berduyun-duyun menyambut Roti Hidup dengan antusias dan penuh sukacita, bukan dengan takut-takut ataupun malu.” Bersama tiga orang kudus lainnya, St. Kayetanus mendirikan suatu Konggregasi religius bagi para imam yang disebut “Theatines”. Konggregassi ini membaktikan diri dengan menyampaikan khotbah kepada sebanyak mungkin orang. Mereka mendorong umat untuk sesering mungkin menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus; mereka merawat orang-orang sakit dan melakukan karya-karya belas kasih lainnya.
Kayetanus wafat dalam usia enampuluh tujuh tahun. Dalam sakitnya yang terakhir, ia membaringkan diri di atas papan-papan yang keras, meskipun dokter berulangkali menasehatinya untuk tidur di atas kasur yang lebih empuk. “Jururselamat-ku wafat di kayu salib,” katanya. “Biarkan aku, setidak-tidaknya mati di atas papan kayu.” Kayetanus wafat pada tanggal 7 Agustus 1547 di Naples. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Klemens X pada tahun 1671.
Lamunan Pekan Biasa XVIII
Kamis, 7 Agustus 2025
Matius 16:13-23
13 Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" 14 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." 15 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" 16 Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" 17 Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. 18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat -Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. 19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." 20 Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa Ia Mesias.
21 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. 22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." 23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Butir-butir
Permenungan
- Tampaknya, agamawan yakin ada roh baik dan roh jahat. Roh baik menuntun orang percaya dan menjadi pembela Tuhan.
- Tampaknya, agamawan yakin bahwa roh jahat adalah anti Tuhan. Setan selalu bertentangan dengan Tuhan.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun agamawan sudah merasa beriman karena hidupnya menjadi pembela Tuhan dari berbagai hujatan, dia sejatinya justru bisa jadi bagaikan iblis penentang Tuhan kalau yang dijalani bertentangan dengan kata-kata ilahi dalam relung hati. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati, orang akan selalu memeriksa diri sebagai agamawan agar hidupnya berpadanan dengan kehendak Tuhan yang terpancar dalam nuraninya.
Ah, asal bisa membela kebenaran Tuhan dalam berdebat, orang sungguh beriman.
Jumpa Famili di Sumber Berbah
Kamis itu tanggal 31 Juli 2025. Misa Komunitas Rama Domus Pacis Santo Petrus dilaksanakan pada pagi hari jam 06.30. Bagi orang yang sudah tahu dekat Domus Pacis, itu adalah pertanda ada hari yang lain dari biasanya. Biasanya Misa Komunitas terlaksana pada sore jam 17.30. Memang benar, dalam kepemimpinan Rm. Hartanta, kalau Rm. Hartanta dan Rm. Bambang punya acara luar, Misa akan dipindahkan pada hari itu. Pada Kamis sore itu Rm. Hartanta harus pergi untuk urusan serah terima dalam rangka perpindahan rama paroki. Maklumlah, Rm. Hartanta masih menjadi tenaga Kevikepan Jogja Barat. Sementara itu Rm. Bambang melayani permintaan Lingkungan St. Ignatius Sumber, Wilayah Berbah Paroki Kalasan. Umat Lingkungan ini merayakan Pesta Pelindung, yaitu Santo Ignatius dari Loyola. Rm. Bambang diantar dengan mobil Bu Rini yang dikendarai oleh Bapak Prono. Baik Rm. Bambang maupun umat Sumber mengalami kegembiraan khusus dalam acara itu. Hal itu bisa dipahami karena banyak umat di Sumber masih memiliki pertalian darah dengan Rm. Bambang dari jalur ibu. Selain dari itu banyak umat Sumber dulu juga kerap mendapatkan pelayanan dalam Misa-misa ujub keluarga. Bahkan ada juga yang di masa kanak-kanak ikut Kor Kanak-kanak Kalasan yang didampingi oleh Rm. Bambang ketika belum tahbisan. Pada pagi hari, Jumat 1 Agustus 2025 ketika sedang makan bersama, Rm. Bambang berkata kepada Rm. Hartanta "Rama, kalau wingi wonten sedherek kula ingkang berharap semoga pengganti Rama Hartanta nresnani kula" (Kemarin salah satu famili saya berharap semoga pengganti Rm. Hartanta mencintai saya). Ketika Rm. Hartanta berkata "Kok ngaten" (Mengapa begitu?), Rm. Bambang menjawab "Karena Rm. Hartanta kerap membelikan kue moho". Mendengar itu Rm. Hartanta tertawa.
Ikut Perayaan Ulang Tahun Imamat ke 25 dan ke 40
Sebenarnya para rama Domus Pacis Santo Petrus termasuk anggota yang namanya UNIO KAS. UNIO adalah Persaudaraan Rama Praja atau Diosesan, dan...

-
"Apakah diperkenankan kalau ada di antara kami ada yang datang lalu mengajak Rama Hartana keluar jajan?" tanya seorang di antara r...
-
Pada saat ini imam penghuni Domus Pacis St. Petrus di Kentungan, rumah tua para rama praja Keuskupan Agung Semarang, ada 12 orang rama. Sebe...
-
Sekarang tentang Rm. Fransiscus Assisi Suntara. Beliau memang sosok imam yang amat sederhana. Kalau pindahan tak pernah ada mobil khusus unt...