Saturday, August 16, 2025

Memang Sudah Banyak Salah

Sebenarnya ini adalah realita. Karena realita atau kenyataan, maka selalu didukung oleh adanya fakta atau data yang menunjukkan kejadian. Tetapi ini adalah realita yang dalam pandangan umum apalagi dengan pegangan tata aturan bisa dianggap salah. Lebih dari itu kalau dikaitkan dengan konseptual kultural, itu adalah fakta yang amat bertentangan. Meskipun demikian, kalau itu menjadi narasi dalam omong-omong, terutama dalam perjumpaan face to face yang off line dari media sosial, itu adalah kejadian yang bisa menimbulkan gelak tawa mengungkapkan rasa gembira penuh keceriaan. Semua ini berkaitan dengan realita para rama sepuh Domus Pacis Santo Petrus. Para rama sepuh sering mendapatkan rombongan tamu. Dalam perjumpaan seperti itu, sering ada yang menyampaikan kata-kata “Para rama sungguh menjadi teladan kami di dalam menghayati agama”. 


Untuk kata-kata seperti ini Rm. Bambang, yang biasa menjadi pemandu biasa menanggapi dengan kata-kata “Ya tidak, dong. Kami jangan dijadikan contoh atau teladan untuk menghayati agama”. “Rama-rama jelas jadi teladan” selonong kata-kata dari seorang tamu yang langsung disahut oleh Rm. Bambang “Eeeee, kami ini sudah banyak salah lhoooo”. Beberapa tamu lain akan tidak paham kesalahan apa yang dibuat oleh para rama. Kemudian Rm. Bambang akan mengambil contoh para rama ketika ikut Misa “Ada rama yang dalam Misa tidak ikut menerima Komuni. Ketika rama pembagi Komuni berkata ‘Tubuh dan Darah Kristus’, rama itu diam saja. Diulang tetap diam saja. Maka dilewatilah beliau”. Para tamu mulai ada yang tertawa. Lalu ada yang nyeletuk “Saré, nggih?” (Apakah tertidur?). Rm. Bambang meneruskan “Saya beberapa kali terkejut ketika sehabis Tuhan Kasihanilah Kami ada yang nyodok saya dan berkata ‘Komuni!!’. Bukankah itu mengherankan? Makasakan Misa tidak pakai Doa Syukur Agung”. Beberapa memang ada yang berkata “Kok bisa, ya? Misa tanpa Syukur Agung?”. Tetapi ada yang menjelaskan “Soalé bar Tuhan Kasihanilah Kami Rm. Bambang saré” (Karena sesudah Tuhan Kasihanilah Kami Rm. Bambang tertidur”. Maka tertawapun jadi berderai. Bahkan ketika Rm. Bambang berkata “Dalam Tata Perayaan Ekaristi, ketika masuk Pembuka ada tulisan ‘Berdiri’. Eeeeee, tak ada satupun yang berdiri”. Para tamupun tertawa terbahak-bahak. Di sini semua paham karena pada umumnya para rama Domus berkursi roda.

No comments:

Post a Comment

Kaum Tua Lansia Perlu Tahu Penurunan Daya Otot?

Pada suatu ketika, ketika saya masih bertugas purna waktu di Komisi Karya Misioner dan Karya Keapusan Indonesia  Keuskupan Agung Semarang se...