Sunday, August 31, 2025

Tentang Suspensi

"Apakah para rama sepuh masih bisa atau boleh memimpin Misa, menerimakan perminyakan, menerimakan pengakuan dosa?" Pertanyaan apakah para rama sepuh Domus masih bisa memimpin Misa termasuk yang biasa muncul dari tamu ketika ada kunjungan rombongan di Domus. Tetapi yang terumus di atas muncul dari kelompok Sekolah Evangelisasi Pribadi (SEP) OMK Jogja pada hari Minggu 24 Agustus 2025. Perumusan itu kalau dicermati ada perbedaan kalau dibandingkan dengan soal Misa yang muncul dari rombongan-rombongan tamu sebelumnya. Yang berasal dari SEP OMK ada kata "bisa" dan "boleh". Para rama dalam jawaban-jawabannya mengatakan masih boleh. Tetapi beberapa rama mengatakan bahwa saat ini karena kondisinya sudah membuat tidak memimpin lagi. Di Domus yang masih mendapatkan giliran memimpin Misa Komunitas adalah Rm. Andika, Rm. Saptaka, Rm. Djoko Setyo, Rm. Jarot, dan Rm. Bambang. Rm. Bambang menambahkan bahwa secara formal semua rama Domus tidak mendapatkan larangan untuk menerimakan sakramen-sakramen termasuk Misa. Yang dilarang adalah rama yang kena "suspensi" dari Uskup.


Mendengar kata "suspensi", ternyata ada yang agak keheranan dan berkomentar kok seperti mobil. Memang, kalau membuka https://id.wikipedia.org/wiki, "Suspensi adalah kumpulan komponen tertentu yang berfungsi meredam kejutan, getaran yang terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata yang dapat meningkatkan kenyamanan berkendara dan pengendalian kendaraan". Kalau membuka Kamus kita dapatkan salah satu pengertian suspensi sebagai "pemecatan (dari jabatan, pekerjaan) untuk sementara waktu (https://www.kbbi.web.id/suspensi). Rm. Bambang menjelaskan bahwa suspensi dijatuhkan kepada imam yang membuat tindakan yang oleh Uskup dipandang fatal sehingga amat mengganggu pelaksanaan tugas imamat. Ada yang sesudah kena suspensi untuk beberapa lama lalu jadi baik kembali dan diijinkan kembali untuk melaksanakan tugas imamat. Tetapi ada juga yang sesudah kena suspensi lalu terus terlarang sebagai imam. Di dalam Hukum Gereja Roma Katolik "
suspensi adalah hukuman kanonik yang dikenakan pada seorang klerus (imam) atau orang yang ditahbiskan, yang melarangnya melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan kuasanya sebagai klerus, seperti menyelenggarakan Misa atau menjalankan hak dan tugas jabatannya secara penuh atau sebagian" (https://www.google.com/search?q=Suspensi+dalam+Gereja+Katolik).

Santo Giles

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 16 Agustus 2013 Diperbaharui: 01 Juni 2014 Hits: 10027

  • Perayaan
    01 September
  •  
  • Kota asal
    Athena Yunani
  •  
  • Wilayah karya
    Perancis
  •  
  • Wafat
  •  
  • Antara tahun 710 sampai 724 di Perancis | Oleh sebab alamiah
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Giles dilahirkan di Athena, Yunani. Ketika orangtuanya meninggal dunia, ia mempergunakan banyak warisan yang mereka tinggalkan untuk menolong orang-orang miskin. Sebab itu, dan teristimewa karena Tuhan mengadakan banyak mukjizat dengan perantaraannya, Giles mendapati diri sebagai seorang pemuda yang amat terkenal dan dikagumi.

Giles tidak menghendaki pujian dan kemashyuran ini sama sekali. Maka, agar dapat melayani Tuhan dalam hidup yang tersembunyi, ia meninggalkan Yunani dan berlayar ke Perancis. Di sana, ia hidup seorang diri dalam kegelapan hutan. Ia membuat tempat tinggal dalam sebuah gua di balik semak belukar yang rimbun. Giles hidup tenang di sana, aman dari bahaya besar kepala mendengar dirinya dipuji.

Tetapi, suatu hari seorang raja dan para pengawalnya pergi berburu ke hutan itu. Mereka mengejar kijang yang biasa datang ke gua Giles. Kijang itu lenyap dari pandangan mereka dengan masuk ke dalam gua Giles yang tersembunyi di balik semak belukar yang rimbun. Salah seorang pengawal membidikkan anak panah ke rerimbunan semak, dengan harapan anak panah itu mengenai si kijang. Ketika mereka menyibak semak belukar, mereka mendapati Giles duduk terluka oleh anak panah.

“Siapakah engkau dan apa yang engkau lakukan di sini?” tanya raja. St. Giles menceritakan kisah hidupnya kepada mereka. Setelah mendengarnya, mereka mohon pengampunan. Raja mengutus para tabibnya untuk merawat luka santo kita. Meski Giles memohon agar ditinggalkan seorang diri, raja sungguh merasa kagum kepadanya hingga raja kerap datang menjenguknya. Giles tidak pernah menerima hadiah-hadiah raja. Tetapi, pada akhirnya, ia setuju raja mendirikan sebuah biara besar di sana. Giles menjadi pemimpin biaranya yang pertama.

Biara ini menjadi begitu terkenal hingga seluruh kota datang ke sana. Sebuah kota kecil kemudian tumbuh di sekitar biara, dan setelah kematian Giles; makamnya di biara itu menjadi tempat ziarah. Banyak mukjizat dilaporkan terjadi.  Biara ini dikemudian hari dikelola oleh para Benediktin.

Lamunan Pekan Biasa XXII

Senin, 1 September 2025

Lukas 4:16-30

1 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. 17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: 18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." 20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. 21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." 22 Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" 23 Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!" 24 Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. 25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. 26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. 27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu." 28 Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. 29 Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. 30 Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi. 

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, orang bisa menjadi pengajar karena berilmu. Kemampuan ilmunya ditandai oleh kepemilikan ijasah-ijasah dan berbagai sertifikat.
  • Tampaknya, sebagai pengajar orang tak hanya berilmu hasil menimba dalam pendidikan formal dan kursus serta seminar. Dia sendiri mampu mengembangkan sehingga memiliki pandangan sendiri.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun memiliki pandangan banyak dan luas milik sendiri, orang baru mampu sungguh menjadi pengajar kalau dalam paparannya dilandasi oleh berbagai tindakan sesuai yang diomongkan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati seorang pengajar belum sungguh meyakinkan dengan ilmunya kalau tak digenapi oleh tindakan sendiri.

Ah, asal banyak diundang berceramah, orang sudah jadi pengajar hebat.

Saturday, August 30, 2025

Sumbangan Tambahan Honor Karyawan Agustus 2025

Para karyawan Domus Pacis memang kerap dihadapkan pada kasus tiba-tiba berkaitan dengan kondisi para rama sepuh. Para rama sepuh tak ada satupun yang bebas penyakit. Tampaknya dari 12 orang rama sepuh tak lebih dari 4 orang yang memiliki kondisi yang pelayanannya sudah cukup rutin. Bisa saja terjadi satu atau dua rama tiba-tiba drop atau membutuhkan penanganan khusus. Bisa pula ada yang harus segera diantar ke rumah sakit. Apalagi yang kondisinya diwarnai penyakit yang sungguh berat dan tampaknya belum begitu menerima kenyataan,  ada-ada saja hal yang harus disikapi secara khusus oleh karyawan. Karyawan harus siaga dengan energi raga dan jiwa, karena mereka juga berhadapan dengan sementara rama yang tampaknya mengalami post power syndrome. Dulu Rm. Hartanta, sebagai Direktur Domus, akan menata kerja para karyawan : jadual masuk, jadual libur, menentukan lemburan. Kalau ada yang opname, seperti pada Agustus ini ada 2 orang rama sepuh, tentu juga ada uang makan dan uang lemburan khusus. Semua itu kini menjadi urusan Rm. Andika Bhayangkara, yang sudah menerima penyerahan tugas pelayanan sebagai Direktur Domus sejak 10 Agustus 2025. Satu hal yang dilakukan oleh Domus Pacis Santo Petrus adalah memberikan honor di atas UMR kepada para karyawan agar memiliki ketenangan kerja. Harus diakui bahwa anggaran yang diterima dari Keuskupan tak akan mencukupi. Puji Tuhan, ternyata ada saja warga Gereja perorangan dan kelompok yang tersentuh oleh informasi keadaan kerja karyawa Domus yang pernah ditayangkan oleh Rm. Bambang pada bulan Juli 2021. Maka, setiap bulan ada saja yang mengirimkan sumbangan untuk tambahan honor karyawan Domus. Rm. Bambang menjadi pencatat nama-nama para penyumbang setiap bulan termasuk jumlah sumbangannya. Pada bulan Agustus 2025 Rm. Bambang mencatat ada 26 orang penyumbang yang menghadirkan dana uang sebesar Rp. 12.610.000. Para penyumbang itu adalah sebagai berikut :

1. Ibu Dicky, 2. PUPIP Ungaran, 3. Ibu Tantiana Windy, 4. Ibu Niken, 5. Bapak Sudjono Keman, 6. Ibu Anna Maria (Ibu-ibu Bernardus Babadan), 7. Ibu Maria Kristina Dannie, 8. Devosan Kerahiman Ilahi Mungkid (2X), 9. Ibu Bernadet Suwarni (2X), 10. Ibu Wartini (2X), 11. Ibu Lili Herawati, 12. Ibu Christine, 13. Ibu Dewi Anggraeni, 14. Ibu Lucy, 15. Ibu Tri Noor Prasetyawan, 16. Bapak Bambang Triono Cahyadi, 17. Ibu Malya, 18. Ibu Yuliana Sutarni, 19. Ibu Chatarina Gunarti, 20. Ibu Mamik, 21. Ibu Harno, 22. Ibu Istiyono, 23. Ibu drg. Yuristianti, 24. Ibu Christin, 25. Ibu dr. Wara Aris Wakiman, 26. Bapak Suryadi.

Santo Aidan

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 26 Agustus 2013 Diperbaharui: 28 November 2020 Hits: 18993

  • Perayaan
    31 Agustus
  •  
  • Lahir
    Hidup pada Abad ke-7
  •  
  • Kota asal
    Irlandia
  •  
  • Wilayah karya
    Inggris
  •  
  • Wafat
  •  
  • 31 Agustus 651 di Bamburg, Inggris | Oleh sebab alamiah
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Aidan adalah seorang biarawan Irlandia yang hidup pada abad ketujuh. Ia tinggal di biara besar di Iona yang didirikan oleh Santo Kolumbanus (Columba of Iona, pesta : 9 Juni). Ketika Santo Oswald menjadi Raja Inggris Utara pada tahun 634. Raja yang kudus ini mengundang para misionaris untuk mewartakan Injil kepada rakyatnya yang masih kafir.

Misionaris pertama yang berangkat segera pulang kembali dengan mengeluh bahwa orang-orang Inggris amat kasar, keras kepala dan liar. Para biarawan berkumpul bersama untuk merundingkan situasi ini. “Menurutku,” kata Aidan kepada biarawan yang kembali itu, “engkau terlalu keras dengan orang-orang ini.” Ia kemudian menjelaskan bahwa, sebagaimana dikatakan St. Paulus, terlebih dahulu ajaran-ajaran yang mudahlah yang diberikan. Ketika orang-orang telah bertambah kuat dalam Sabda Allah, barulah dapat dimulai ajaran-ajaran yang lebih sempurna mengenai hukum-hukum Tuhan yang kudus.

Ketika para biarawan mendengar nasehat yang bijaksana itu, mereka berpaling kepada Aidan. “Sebaiknya engkaulah yang pergi ke Inggris Utara untuk mewartakan Injil,” kata mereka. Aidan pergi dengan suka hati. Ia menerima tugas baru ini dengan kerendahan hati dan semangat doa. Ia mulai dengan berkhotbah. Raja St. Oswald sendiri yang menerjemahkan khotbah-khotbah Aidan ke dalam bahasa Inggris hingga Aidan menguasai bahasa Inggris dengan lebih baik. St. Aidan berkelana ke seluruh penjuru negeri, selalu dengan berjalan kaki. Ia bekhotbah dan menolong rakyat. Ia melakukan banyak perbuatan baik dan amat dikasihi oleh umatnya.

Setelah tigapuluh tahun masa pelayanan St. Aidan, setiap biarawan atau imam yang datang ke daerah itu akan disambut dengan penuh sukacita oleh segenap penduduk desa. Di Pulau Lindisfarne, St. Aidan mendirikan sebuah biara besar. Betapa banyak orang kudus dihasilkan dari sana hingga Lindisfarne dikenal sebagai Pulau Kudus. Sedikit demi sedikit, pengaruh pewartaan yang giat ini mengubah Inggis Utara menjadi sebuah pulau Kristen yang beradab. St. Aidan wafat pada tahun 651.

Lamunan Pekan Biasa XXII

Minggu, 31 Agustus 2025

Lukas 14:1.7-14

1 Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. 

7 Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: 8 "Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, 9 supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. 10 Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. 11 Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

12 Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: "Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. 13 Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. 14 Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, wajar saja kalau orang senang mendapatkan penghargaan. Setiap orang memiliki hak asasi yang harus dihormati.
  • Tampaknya, wajar saja kalau orang senang mendapatkan kedudukan sosial. Orang bisa mendapatkan hormat dari banyak orang.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun wajar kalau orang merasa senang dan bahagia karena mendapatkan penghargaan dan penghormatan, orang justru akan mendapatkan kehampaan hidup kalau dikuasai oleh nafsu kejar hormat dan status sosial. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang justru akan berjuang untuk siaga mampu hidup bersama siapapun termasuk pada yang papa dan terlantar.

Ah, asal punya kedudukan terhormat orang mudah meraih segalanya.

Sumbangan Konsumsi Agustus 2025

BulanAgustus 2025 bagi Domus Pacis diwarnai oleh peristiwa-peristiwa yang praktis menjadi hajatan. Domus Pacis harus menghadirkan beberapa kali catering. Tanggal 4 ada penyelenggarakan peringatan arwah setahun wafat Rm. Tri Hartono. Enam hari kemudian, pada tanggal 10, ada serah terima pelayanan tugas dari Rm. Hartanta sebagai Direktur Domus lama ke Rm. Andika Bhayangkara yang kini melaksanakan tugas Direktur Domus Pacis Santo Petrus. Juga 6 hari kemudian, pada tanggal 16, Domus merayakan ulang tahun imamat 5 rama, yaitu Rm. Djoko Setyo, Rm. Saptoko, Rm. Jarot, Rm. Tri Wahyono, dan Rm. Andika. Memang, Rm. Andika tidak mengundang tamu khusus karena hari tahbisan beliau pada 25 Juli sehingga di Domus masuk diujubkan. Semua itu tentu membutuhkan beaya yang tak bisa ditanggung kesemuanya oleh Domus. Sumber dana Domus hanya berasal dari penjualan batik. Puji Tuhan, selalu saja ada warga Katolik yang memberikan kepedulian untuk membantu hajatan Domus. Bagi Domus hajatan menjadi sarana untuk membuat para rama Domus masih merasakan tidak tercerabut dari umat Katolik. Tentu saja, kepedulian sumbangan snak baik pagi maupun sore untuk hari-hari tertentu dari para pemeduli juga menambah keyakinan para rama tidak terpisah dari umat. Bukankah seseorang menjadi imam adalah sosok yang hidup hanya untuk Gereja? Para warga Katolik yang menyumbang baik snak maupun beaya hajatan untuk Agustus 2025 adalah sebagai berikut :

  • Penyumbang Snak : 1. Ibu Emma, 2. Ibu Rachel, 3. Ibu Jatmiko, 4. Ibu Tutuk, 5. Ibu Ayiek, 6. Ibu Rini, 7. Kelompok Chatarina, 8. Ibu Kanti, 9. Ibu Tita, 10. Ibu Joni, 11. Ibu Endang Prayitno, 12. Sdri. Lusi, 13. Ibu Jondit, 14. Ibu Shinta, 15. Ibu Novi, 16. Ibu Arum, 17. Ibu Sintari, 18. Ibu Septi, 19. Ibu Wahyu, 20. Ibu Wahyuni, 21. Ibu Daniek, 22. Ibu Elly, 23. Ibu Atik, 24. Ibu Lucida, 25. Ibu Dewi, 26. Ibu Satya.
  • Penyumbang Hajatan : 1. Ibu Yinni Tjia, 2. Ibu MG Astuti (Ibu Marcus), 3. Ibu Sri Daruningsih, 4. NN, 5. Ibu Gandung, 6. Keluarga Rm. Jarot, 7. Kor Timotius Banteng, 8. Ibu Coleta Tanti Sanvero, 9. Ibu Ambar, 10. Ibu Nadya, 11. Keluarga Patuk (5 org), 12. Ibu Happy Rianawati, 13. Ibu Umi, 14. Ibu Ratmi, 15. Ibu Mardanu, 16. Bapak Blasius Chasto, 17. Ibu Sri Purwaningsih, 18. Ibu Agnes Trijoko, 19. Ibu Yucha, 20. Ibu Primitiva, 21. Ibu Nike, 22. Bapak Agustinus Sudiyono, 23. Apotek Jaya Sehat, 24. Ibu M Retha.

Friday, August 29, 2025

Santo Pammakius

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 26 Agustus 2013 Diperbaharui: 26 Agustus 2016 Hits: 10698

  • Perayaan
    30 Agustus
  •  
  • Lahir
    Hidup pada Abad ke-4
  •  
  • Kota asal
    Roma - Italia
  •  
  • Wafat
  •  
  • tahun 410
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Pammakius adalah seorang awam Kristiani terpandang yang hidup pada abad keempat. Sewaktu ia masih seorang pelajar, ia bersahabat dengan St. Hieronimus. Mereka tetap menjalin persahabatan sepanjang hidup mereka dan terus saling membina hubungan baik. Isteri Pammakius adalah Paulina, puteri kedua dari St. Paula, seorang sahabat dan juga murid dari St. Hieronimus.

Ketika Paulina wafat pada tahun 397, St. Hieronimus dan St. Paulinus dari Nola menulis surat yang amat menyentuh hati penuh simpati, dukungan dan janji doa. Pammakius patah semangat karena kematian isterinya. Ia melewatkan sepanjang sisa hidupnya dengan melayani di rumah singgah yang didirikannya bersama St. Fabiola. Di sana, para peziarah yang datang ke Roma disambut baik dan dibantu. Pammakius dan Fabiola dengan senang hati menerima dan bahkan mengutamakan mereka yang miskin, sakit dan cacat. Pammakius yakin bahwa isterinya yang telah meninggal dunia menyertainya sementara ia melakukan karya-karya belas kasih. Paulina dikenal karena kasihnya kepada mereka yang miskin papa dan menderita. Suaminya percaya bahwa melayani mereka merupakan cara terbaik untuk menyampaikan penghormatan dan kasih kepada isterinya.

St. Pammakius jauh terlebih lemah lembut dalam perkataan dan perbuatan dibandingkan St. Hieronimus yang pemarah. Kerap kali ia menasehati St. Hieronimus agar memperhalus atau memilih kata-kata yang lebih lembut, tetapi St. Hieronimus biasa mengabaikannya. Sebagai contoh, seorang bernama Jovinian mengajarkan suatu kesalahan yang serius. Hieronimus menulis sebuah tulisan yang dengan keras membeberkan kesalahan-kesalahan Jovinian.

Pammakius membaca tulisan itu dan menyampaikan saran-saran baik untuk mengganti kata-kata yang terlalu keras. St. Hieronimus berterima kasih kepada sahabatnya atas perhatiannya, tetapi ia tidak melakukan koreksi. Pammakius juga berusaha menengahi suatu perselisihan antara sahabatnya St. Hieronimus dengan seorang uskup bernama Rufinus. Tetapi tampaknya Pammakius tak dapat menggerakkan Hieronimus untuk bersikap lebih lembut dalam menangani orang atau masalah ini.

St. Pammakius wafat pada tahun 410 ketika Raja kaum Visigoth, Alaric, menyerbu dan menguasai Kota Roma. Saat ini rumah santo  Pammakius di Roma telah menjadi Gereja biara Passionis Santo Yohanes dan Paulus.

Lamunan Pekan Biasa XXI

Sabtu, 30 Agustus 2025

Matius 25:14-30

14 "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. 15 Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. 16 Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. 17 Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. 18 Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. 19 Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. 20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. 21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. 22 Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. 23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. 24 Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. 25 Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! 26 Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? 27 Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. 28 Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. 29 Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. 30 Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, kaum agamawan yakin bahwa apapun yang ada dalam dirinya adalah milik Tuhan. Orang Jawa mengatakan bahwa apapun yang ada dalam diri adalah titipan Tuhan.
  • Tampaknya, kaum agamawan yakin bahwa dari segala titipan ada yang disebut bakat atau kemampuan atau talenta. Orang bisa berpikir bahwa makin banyak bakat makin berdayalah orang, dan makin sedikit makin lemahlah dia.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun ada gambaran kuat dan lemahnya orang tergantung pada sedikit banyaknya kemampuan, tetapi sejatinya sedikit apapun kemampuan kalau dikembangkan akan membuat orang punya kekayaan batin yang mengalirkan kelimpahan kemampun dan anugrah melebihi sebanyak apapun bakat orang tetapi tak terkembangkan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa seberapapun titipan Tuhan sebagai kemampuan, karena selalu berupaya untuk dikembangkan, orang justru akan mengalaminya sebagai anugrah diri yang bertambah dan bertambah.

Ah, bagaimanapun juga yang berbakat banyak akan bisa menggilas yang berbakat sedikit.

Puasa Makan Pagi?

"Kula benjing mboten nedha enjing. Kula kedah pasa" (Besok pagi saya tidak ikut makan. Saya harus berpuasa) kata Rm. Suntara kepada para rama dengan dengan suara khas yang biasa bervolume keras pada waktu selesai makan malam hari Kamis 28 Agustus 2025. Rm. Suntara pada Jumat 29 Agustus 2025 memang harus periksa khusus untuk penyakitnya. Ternyata Rm. Bambang juga berkata "Kula nggih mboten ndherek nedha enjing" (Saya besok juga tidak makan pagi). Ketika ada yang bertanya "Badhe kontrol dokter?" (Apakah juga akan kontrol dokter?), Rm. Bambang menjawab "Ajeng pepanggihan trah" (Akan pertemuan keluarga besar). Para rama tertawa karena tahu bahwa pada Jumat pagi dia diminta untuk Misa pemberkatan jenasah salah satu kerabat yang wafat dari jalur ibu. "Jam pinten le Misa?" (Misanya jam berapa?) tanya Rm. Suhartana yang dijawab oleh Rm. Bambang "Jam sanga" (Jam 09.00 pagi). Rm. Bambang memang tak ikut makan pagi kalau ada acara yang terjadi pagi paling tidak jam 10.00. Kalau ada acara pagi Rm. Bambang sebenarnya tetap makan pagi. Tetapi itu dilakukan pada sekitar jam 04.00. Dia memiliki kelemahan sesudah makan pagi akan banyak kencing dan bahkan bisa harus buang air besar. Tetapi kalau sudah melewati 3 jam setelah makan pagi, dia bisa merasa aman. Itulah sebabnya pada sekitar jam 04.00 Jumat 29 Agustus 2025 dia sudah makan dari simpanan yang ada di almari es. Tentu saja obat untuk pagi hari juga menjadi santapan.

Thursday, August 28, 2025

Santa Sabina

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 17 Juli 2014 Diperbaharui: 21 Februari 2017 Hits: 19778

  • Perayaan
    29 Agustus
  •  
  • Lahir
    Hidup pada abad ke-2
  •  
  • Kota asal
    Roma Italia
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir - Dipenggal pada tahun 125 di kota Roma
  •  
  • Venerasi
    -
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Santa Sabina adalah seorang martir dari kota Roma yang hidup diawal abad kedua. Ia adalah putri dari Herodes Metallarius, seorang bangsawan Romawi yang kaya raya; dan istri dari seorang Senator kota Roma bernama Valentinus. Setelah suaminya meninggal, Sabina menerima Yesus dan dibabtis menjadi seorang Kristen atas bimbingan dari seorang pelayannya yang bernama Santa Serapia.

Pada masa itu orang-orang Kristen mengalami penindasan serta penganiayaan yang kejam dari pemerintahan Romawi. Orang Kristen dikejar-kejar, ditangkap dan dipenjarakan. Banyak dari mereka yang dibunuh dan menjadi martir.  Pada tahun 125 Santa Serapia tertangkap dan dihukum mati.  Santa Sabina dengan berani berusaha memperoleh jenazahnya agar dapat dimakamkan dengan layak di pemakaman keluarganya. Namun tindakannya itu membuat ia dikecam sebagai penjahat dan dituduh sebagai seorang Kristen oleh Prefect kota yang bernama Elpidio. Karena itu Santa Sabina juga ditangkap dan dihukum mati.

Dikemudian hari Santa Sabina dan Santa Serapia dihormati sebagai orang kudus oleh umat Kristen di Roma. Pada tahun 430 makam Santa Sabina dipindahkan ke Aventine Hill, didalam sebuah Basilika yang dibangun khusus untuk dirinya yang berada tepat di situs bekas rumahnya. Saat ini, Basilika yang indah tersebut telah menjadi tempat tujuan wisata rohani yang cukup populer di Italia.

Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja

Lamunan Peringatan Wajib

Kemartiran Santo Yohanes Pembaptis, Martir

Jumat, 29 Agustus 2025

Markus 6:17-29

17 Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. 18 Karena Yohanes pernah menegor Herodes: "Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!" 19 Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, 20 sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia. 21 Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea. 22 Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu: "Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!", 23 lalu bersumpah kepadanya: "Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!" 24 Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: "Apa yang harus kuminta?" Jawabnya: "Kepala Yohanes Pembaptis!" 25 Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: "Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!" 26 Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. 27 Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara. 28 Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya. 29 Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, tak ada orang yang tak menginkan kebahagiaan. Kerinduan mendalam orang adalah sukacita bahagia.
  • Tampaknya, orang bisa berharap agar apapun dan siapapun yang dihadapi menghadirkan kegembiraan. Layaklah kalau orang akan amat bersyukur dan memberi penghargaan kepada orang yang menghadirkan kesukacitaan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, sekalipun layak orang akan bergembira kalau ada orang yang mampu membuat hiburan menarik baginya, kalau hidupnya tak biasa akrab dengan kesadaran relung hati, segala yang menggembirakan biasa berubah menjadi sumber perbuatan jahat. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar harus selalu menjaga kesadaran bersama relung hati agar tak dikuasai perasaan apapun baik yang menyenangkan maupun yang menyusahkan.

Ah, kalau dihibur layaklah orang berterima kasih bahkan memberikan hadiah khusus.

Wednesday, August 27, 2025

Olah Penyangkalan Diri

Tak sedikit orang yang pernah ikut program retret akan merasa senang. Ikut rekoleksi juga bisa membuat orang bisa berkisah dengan hati bersemangat. Bahkan gerakan-gerakan kerohanian juga bisa membuat orang memiliki kebanggaan hidup. Dalam hal ini saya sungguh ikut bergembira karena menyaksikan gerakan-gerakan umat yang di dalam Katekismus Gereja Katolik masuk dalam gerakan doa renung atau meditasi. Meskipun demikian saya ingin berbagi pengalaman ketika dalam gerakan-gerakan meditasi orang belum sampai pada tujuan utama, yaitu mengalami keterbukaan gerak bimbingan Roh Kudus yang selalu mencari dan mendampingi murid Kristus menuju Kerajaan Bapa. Sadar atau tidak sadar orang bisa terhalang untuk berada dalam keterbukaan atau untuk menyadari dan menerima gerak Roh. Halangan itu berkaitan dengan hal-hal lahiriah. Itu bisa berkaitan dengan fasilitas dan atau pendamping/pembicara. Kaitan lahiriah bisa menyenangkan atau menyusahkan. Kalau menyenangkan orang bisa bergembira karena fokus pada yang lahiriah. Kalau tidak menyenangkan orang bisa mengomel dan bosan serta kemudian tak suka kegiatan yang bercorak meditatif. 

Bagaimanapun juga manusia itu merupakan tubuh dan roh. Dalam doa kita menyertakan keseluruhan diri sehingga kita harus mengikutsertakan pancaindera lahiriah. Segala hal lahiriah harus terakomodasi dalam diri kita agar menjadi sarana kongkret untuk perjumpaan dengan Tuhan. Katekismus Gereja Katolik mengatakan ini terjadi dalam doa lisan yang merupakan doa rakyat. Dengan istilah doa rakyat bagi saya ini berkaitan dengan religiositas masyarakat sesuai dengan budaya setempat. Katekismus mengatakan bahwa doa lisan merupakan cara pertama doa batin, yaitu kontemplasi. Dalam tulisan ini saya mengetengahkan sharing saya dalam penghayatan doa lisan.

Intinya Penyangkalan Diri

Bagi saya semua itu adalah dalam rangka mengikuti Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus berkata “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Luk 9:23). Dari kata-kata ini syarat pertama untuk ikut Tuhan Yesus adalah orang harus menyangkal diri. Sejauh saya alami hal praktis dalam penyangkalan diri adalah sikap untuk mengobyekkan apapun realita yang saya hadapi. Senang atau tidak senang saya harus bersikap sebagai subyek dan realita yang saya hadapi sebagai obyek. Kalau saya senang, saya berusaha tidak dikuasai oleh yang menyenangkan sehingga mudah jadi takabur. Kalau saya tidak senang, saya tidak akan frustrasi karena terlalu dicekam oleh yang tak menyenangkan.

Upaya penyangkalan diri adalah derap hati untuk menyadari dan menghayati kesejatian diri. Bagaimanapun sebagai manusia saya diciptakan terutama hidup dalam roh. Sebagai makhluk jasmani-rohani, roh saya adalah bagian hembusan Roh Ilahi. Bukankah “Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kej 2:7)? Sebagai makhuk badaniah sekaligus rohaniah, kesejatian manusia sungguh amat berbeda dengan ciptaan lain yang tanpa roh hembusan nafas ilahi. Tetapi karena ada unsur jasmaniah atau badaniah dalam diri manusia, orang harus menjaga diri agar tak seperti binatang yang hanya bisa hidup dengan ciri jasmaniah atau hidup dalam dorongan jati kelahiriahannya, misalnya: ikan hanya hidup dalam air, hewan berkaki empat makan dan minum sesuai dorongan naluriahnya. Sebagai manusia orang yang sadar punya jati daya ilahi dituntut tidak hanya hidup dari dorongan lahiriah badaniah. Ketika berhadapan dengan apapun yang nyata ada, orang dalam sikap dan tindakannya harus dilandasi oleh kebijakan yaitu ketentuan atau pilihan hasil kepaduan olah cipta, rasa, karsa dalam dialog batin dalam relung hati. Dengan demikian orang dengan tetap berada dalam kehidupan duniawi riil tetapi punya rambu-rambu yang membuat jarak dirinya dengan realita. Bagi saya inilah yang terjadi dalam penyangkalan diri. Dalam Yesus manusia memang berada di tengah dunia, tetapi manusia seperti Tuhan Yesus bukan dari dunia (bandingkan Yoh 17:14-16).

Dalam Budaya Setempat

Puji Tuhan, sebagai umat Keuskupan Agung Semarang saya pernah mendapatkan pegangan untuk penghayatan iman. “Beriman berarti semakin mengikuti Tuhan Yesus Kristus dalam perkembangan situasi hidup dan kebudayaan setempat” (Arah Dasar Umat Allah Keuskupan Agung Semarang 1996-2000). Bagi saya penghayatan rohani sadar atau tidak sadar diwarnai oleh religiositas berdasarkan budaya setempat. Sebagai orang Jawa saya boleh mendapatkan sarana proses perkembangan hidup rohani dengan konsep-konsep yang ada dalam budaya Jawa. Berdasarkan pengalaman hidup yang diwarnai oleh konteks keluarga yang menghayati spiritualitas Kejawen, dan studi-studi dalam perkembangan hidup, saya menemukan titik tolak untuk pengembangan kehidupan batin. Konsep-konsep itu adalah kemampuan menghayati yang disebut rila (membiarkan apapun sesuai adanya), nrima (menerima dengan ikhlas), dan sabar (bisa toleran berdampingan). Uraian di bawah ini menjadi sharing saya dalam menghayati upaya penyangkalan diri dengan olah batin rila, nrima, dan sabar.

Rasa diharuskan (rila)

Sebenarnya ketika masih berada di Seminari Menengah Mertoyudan, saya termasuk yang sering dimarahi oleh Rama Pamong. Jujur saja, keharusan belajar dari jam 17.00-21.00 dan bacaan rohani jam 20.00-21.00 membuat saya capek. Untuk melepas ketegangan saya mengajak teman main kartu dengan duduk di lantai belakang deretan kursi-kursi paling belakang. Eeee, omongan lucu-lucu bisa muncul menggairahkan. Ketika Rama Pamong lewat dan mendengar, entah bagaimana yang dipanggil dan dimarahi saya. Saya amat terkesan kata beliau “Seminari aja didebritokké ya” (Jangan membuat Seminari seperti SMA de Britto). Maklumlah, selama 3 tahun menjadi siswa de Britto tahun 1967-1969, saya mendapatkan iklim pendididkan bebas. Ketika SMA saya sering membolos dengan alasan ini itu. Pada tahun 1971 saya menipu bilang ada acara bersama sesama teman Seminaris eks de Britto. Kami diijinkan dan di hari berikut harus sudah berada di Seminari pada jam 15.00. Saya memang tidak terlambat, tetapi teman saya masuk Seminari sudah jam 18.00. Nah, ketika para siswa sudah mulai pulang libur Paskah, kami berdua baru boleh pulang setelah pergantian hari pada jam 00.00. Di Seminari Tinggi Kentungan saya juga termasuk seorang calon imam yang sering kena perkara menerima teguran beberapa rama anggota staf.

Meskipun demikian saya termasuk yang mendapatkan izin untuk ditahbiskan. Padahal, katanya, kalau satu orang saja dari rama staf tak setuju seorang calon imam Seminari Tinggi Kentungan tak akan bisa ditahbiskan. Katanya, ada salah satu rama staf yang memberi kesaksian bahwa saya selalu taat pada aturan. Ada yang bilang bahwa di antara rama-rama staf mencap aku banyak kegiatan luar Seminari. Ini memang benar. Kecuali acara rekoleksi bulanan dari Sabtu malam Minggu II sore hingga Minggu siang, setiap Rabu, Sabtu, dan Minggu saya memiliki kegiatan luar. Ada pendampingan Kor Kanak-kanak Kalasan, ada gerakan angkatan muda cacad tubuh, kegiatan-kegiatan di Paroki Jetis, dan tak jarang sudah kerap diminta datang di Lingkungan-lingkungan. Ada salah satu rama staf yang bilang “Sekarang yang pokok belajar dulu. Kegiatan-kegiatan Gereja kalau sudah jadi imam”. Entah bagaimana pada waktu itu saya menanggapi “Belajar itu tak hanya intelektual akademis. Belajar melayani umat juga penting”. Pada suatu saat muncul aturan Seminari Tinggi bahwa setiap frater yang punya kegiatan luar harus berpamitan. Saya kemudian membuat surat pamit pada setiap Rabu, Sabtu, Minggu kecuali ada rekoleksi bulanan. Dalam surat pamitan saya sertakan narasi kegiatan-kegiatan saya. Beberapa bulan kemudian aturan baru muncul bahwa surat pamit harus disampaikan setiap akan pergi. Saya membuat tiga macam surat pamit : untuk Rabu, untuk Sabtu, dan untuk Minggu. Saya perbanyak dengan cetak stensil (dulu belum ada fotocopy). Setiap akan pergi saya menyerahkan kepada almarhum Rm. V Kartasiswaya yang menjadi Pamong Seminari Tinggi pada waktu itu. Kabarnya, ketika ada rapat staf ada usulan melepas saya dari calon imam, Rm. Karta membawa segepok kertas-kertas pamitan yang saya serahkan ke beliau.

Sebenarnya saya mengalami banyak hal yang harus saya hadapi. Itu tak hanya aturan-aturan Seminari. Dengan teman-teman calon imam saya berhadapan dengan yang berbeda pandangan bahkan berseberangan. Dari dalam keluarga saya juga mengalami beberapa sikap yang tak saya cocoki. Di tengah umat saya juga menjumpai orang-orang amat tak membuat nyaman. Tentu saja sesudah berkarya menjadi imam selama 30 tahun saya juga kerap berhadapan dengan berbagai orang dan hal yang di luar selera pikiran atau perasaan atau kehendak saya. Bahkan hingga kini di rumah tua Domus hal-hal seperti itu tetap menyertai. Dari semua itu saya berhadapan dengan yang mau tidak mau harus saya alami. Untunglah ada kebiasaan diam dalam diri saya. Itu semua menjadi kesibukan dialog batin. Entah sejak kapan, saya memegang teguh kebiasaan seperti yang terjadi pada Bunda Maria “menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya” (Luk 2:19). Pergulatan merasa “harus” membiarkan hal atau orang atau kegiatan itu tak selesai dalam waktu pendek. Bisa berhari-hari, bisa berminggu-minggu, bahkan bisa berbulan-bulan dan bertahun-tahun hingga kini. Setidakmenerima apapun, dalam pengalaman saya, karena biasa saya omongkan dalam hati, semuanya tidak mengganggu ketenangan hati saya. Sayapun bisa terjaga dalam keceriaan.

Iklhas Menerima (nrima)

Berhadapan dengan “yang harus” dan terutama jadi omongan dalam hati, ternyata dalam proses membuat saya bisa membiarkannya menjadi kenyataan yang memang harus saya hadapi. Tetapi keharusan menghadapi itu lama-lama terjadi dalam suasana hati tenang. Sebagai salah satu pengalaman adalah teman sesama imam serumah yang biasa mengecam pendapat-pendapat saya. Kecamannya biasa muncul dalam kata-kata keras, pedas, dan kerap menyakitkan hati. Apa yang diomongkan dengan segala mimik wajahnya kerap mewarnai dan membayang dalam benak saya. Perasaan saya kerap melonjak-lonjak menuntut mulut untuk membalas. Tetapi segala lonjakan perasaan, pikiran yang menata kata-kata, dan kehendak untuk menemukan saat strategis untuk membalas, itu semua menjadi diskusi ramai dalam hati. Entah bagaimana, segala kesibukan hati meredam segala maksud bertindak membalas dan muncul kata-kata dalam hati “Ya wis piyé menèh, dhèké pancèn kaya ngono” (Bagaimana lagi, dia memang seperti itu). Dalam saat seperti itu hati sungguh tenang.

Ketika hati tenang berhadapan dengan realita yang membuat tidak nyaman, ada rasa mengikhlaskannya. Di sini saya menerima realitas itu. Barangkali latarbelakang seperti ini yang membuat saya memiliki prinsip dalam berhadapan dengan keadaan yang saya nilai negatif, saya tidak boleh punya pandangan bahwa orang harus positive thingking. Sejauh saya alami, tampaknya yang sering bilang “Kita harus positive thingking” adalah sosok yang meminta itu terjadi pada orang lain. Maka pandangan saya, dan ini kerap mendapatkan tentangan, kalau berhadapan dengan keadaan negatif “Saya harus negative thingking”. Pikiran dan perasaan saya harus saya isi dengan dengan realita yang paling tidak dalam anggapan saya negatif. Dalam hal ini saya kerap berbicara dengan hitungan matematika bahwa kalau yang negatif saya ketemukan dengan negatif, positiflah hasilnya (- X - = +). Kepositifannya adalah hati tenang rasa menerima dengan ikhlas realita. Tentu saja dialog batin itu tak hanya ketika berhadapan dengan kondisi negarif. Seperti Bunda Maria yang memasukkan segalanya dalam hati dan merenungkan, apapun yang saya sadari masuk dalam pikiran, perasaan, dan kehendak baik positif maupun negatif saya upayakan menjadi kesibukan dialog dalam hati.

Mudah toleran (sabar)

Ketenangan hati yang mengubah rasa tidak nyaman dan tidak enak serta sebenarnya memberontak, membuat yang saya hadapi sebagai “keharusan di luar” berubah menjadi “keharusan dari dalam”. Saya tidak merasa terpaksa lagi tetapi saya merelakan yang ada dan terjadi ada dan terjadi sesuai keadaan dan kejadiannya. Ketenangan hati mengembangkan sikap batin dari kerelaan akan adanya yang ada dan yang terjadi sesuai ada dan kejadiannya menjadi sikap batin menerima. Saya ikhlas menerima yang tak nyaman dan tak mengenakkan menjadi kondisi dan situasi yang tak mengganggu.

Ketenangan hati dalam pengalaman hidup saya sungguh membuat yang tadinya terasa menganggu rasa nyaman dan rasa tak enak kehilangan daya gangguannya. Saya bisa berada dalam rasa enak saja berhadapan dengan yang tadinya merupakan keharusan. Penerimaan membuat saya memiliki rasa toleransi atau terbuka bersama berada dengan hal yang sebenarnya tak saya sukai atau bersama dengan orang yang sebenarnya berbeda pandangan bahkan berseberangan dengan saya.

Santo Agustinus

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 26 Agustus 2013 Diperbaharui: 14 Juni 2020 Hits: 85711

  • Perayaan
    28 Agustus
  •  
  • Lahir
    13 November 354
  •  
  • Kota asal
    Tagaste, Numidia, Afrika Utara (Sekarang Aljazair)
  •  
  • Wafat
  •  
  • tanggal 28 Agustus 430 di Hippo Afrika utara |
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Pujangga Besar Gereja ini  lahir pada tanggal 13 November 354 di Tagaste, Algeria, Afrika Utara dan diberi nama  Aurelius Augustinus.  Ia dibesarkan dan dididik di Karthago, dan dibaptis di Italia. Ibunya, St. Monika, adalah seorang Katolik yang saleh, sementara ayahnya, Patrisius seorang kafir. (Kelak ibunda St. Agustinus juga dinyatakan  sebagai orang kudus dan menjadi pelindung bagi para ibu rumah tangga). Agustinus sendiri memilih menganut aliran Manikeanisme, yaitu aliran yang menolak Allah dan sangat mengagungkan rasionalisme.

Agustinus adalah seorang yang sangat cerdas. Pendidikan dan karier awalnya ditempuhnya dalam bidang filsafat dan retorika, seni persuasi dan bicara di depan publik. Awalnya Ia mengajar di Tagaste dan Karthago, namun ia ingin pergi ke Roma karena ia yakin bahwa di sanalah para ahli retorika yang terbaik dan paling cerdas berlatih.  Karena itu pada usia 29 tahun Agustinus dan Alypius, sahabatnya, pergi ke Roma Italia.  Setelah Beberapa saat tinggal di ibukota kerajaan itu; Agustinus kembali merasa kecewa dengan sekolah-sekolah di Roma, yang dikatakan sangat menyedihkan dan kurang bermutu.  Sahabat-sahabatnya yang mengetahui kecerdasannya segera memperkenalkannya kepada kepala kota Roma, Simakhus, yang saat itu sedang mencari  seorang dosen retorika untuk istana kerajaan di Milano.

Agustinuslah yang kemudian mendapatkan pekerjaan itu dan pindah ke Milan untuk menerima jabatan itu pada akhir tahun 384.  Pada usia 30 tahun karier Agustinus semakin bersinar. Ia dikenal sebagai seorang Professor yang sangat disegani di Milano. Namun demikian, Agustinus merasakan ketegangan dalam kehidupan di istana kerajaan.

Suatu hari ketika ia sedang duduk di keretanya untuk menyampaikan sebuah pidato penting di hadapan kaisar, ia melihat seorang pengemis mabuk yang dilewatinya di jalan ternyata hidupnya begitu bebas dan tidak diliputi kecemasan dibandingkan dirinya. Hal ini membuat ia semakin hari  merasa semakin gelisah. Sama seperti kebanyakan dari kita di jaman sekarang, ia mencari-cari sesuatu dalam berbagai aliran kepercayaan untuk mengisi kekosongan jiwanya. Tanpa kehadiran Tuhan dalam hidupnya, jiwanya itu tetap kosong. Semua buku-buku ilmu pengetahuan yang dibacanya, tapi ia tidak menemukan kebenaran dan ketentraman jiwa.

Sejak awal tak bosan-bosannya ibunya menyarankan kepada Agustinus untuk membaca Kitab Suci di mana dapat ditemukan lebih banyak kebijaksanaan dan kebenaran daripada dalam ilmu pengetahuan. Tetapi, Agustinus meremehkan nasehat ibunya. Kitab Suci dianggapnya terlalu sederhana dan tidak akan menambah pengetahuannya sedikit pun.

Pada usia 31 tahun Agustinus mulai tergerak hatinya untuk kembali kepada Tuhan berkat doa-doa ibunya serta berkat ajaran St. AmbrosiusUskup kota Milan.  Namun demikian ia belum bersedia dibaptis karena belum siap untuk mengubah sikap hidupnya yang bergelimang kemewahan. Suatu hari, ia mendengar tentang dua orang yang serta-merta bertobat setelah membaca riwayat hidup St. Antonius Pertapa.  Agustinus merasa malu.

“Apa ini yang kita lakukan?” teriaknya kepada Alypius. “Orang-orang yang tak terpelajar memilih surga dengan berani. Tetapi kita, dengan segala ilmu pengetahuan kita, demikian pengecut sehingga terus hidup bergelimang dosa!”  Dengan hati yang sedih, Agustinus pergi ke taman dan berdoa, “Berapa lama lagi, ya Tuhan? Mengapa aku tidak mengakhiri perbuatan dosaku sekarang?”  Sekonyong-konyong ia mendengar seorang anak menyanyi berulang-ulang, “Ambillah dan bacalah!” Agustinus mengambil Kitab Suci dan membukanya tepat pada ayat, “Marilah kita hidup dengan sopan seperti pada siang hari… kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.” (Roma 13:13-14). Ini dia! teriak Professor Agustinus  dalam hatinya. Inilah yang kucari.  Sejak saat itu, Agustinus memulai hidup baru.

Pada tanggal 24 April 387 Agustinus dipermandikan oleh Uskup St. Ambrosius. Ia memutuskan untuk mengabdikan diri pada Tuhan dan dengan beberapa teman dan saudara hidup bersama dalam doa dan meditasi. Pada tahun 388, setelah ibunya wafat, Agustinus tiba kembali di Afrika. Ia menjual segala harta miliknya dan membagi-bagikannya kepada mereka yang miskin papa. Ia sendiri mendirikan sebuah komunitas religius. Atas desakan Uskup Valerius dan umat, maka Agustinus bersedia menjadi imam. Empat tahun kemudian Agutinus diangkat menjadi Uskup kota Hippo.

Semasa hidupnya Agustinus adalah seorang pengkhotbah yang ulung (lebih dari 350 khotbahnya yang terlestarikan diyakini otentik), dan dikenang akan perjuangannya melawan ajaran sesat Manikeanisme yang pernah dianutnya. Ia juga merupakan pahlawan iman Gereja melawan bidaah Donatis yang telah banyak meyesatkan umat beriman. Agustinus berusaha sekuat tenaga untuk membendung aliran sesat itu. Dalam sebuah debat terbuka dengan para Donatis, Agustinus mematahkan semua argumen mereka sehingga membuat banyak orang telah disesatkan berbalik  kembali ke pangkuan Gereja Katolik.

Agustinus menulis surat-surat, khotbah-khotbah serta buku-buku dan mendirikan biara di Hippo untuk mendidik biarawan-biarawan agar dapat mewartakan injil ke daerah-daerah lain, bahkan ke luar negeri. Gereja Katolik di Afrika mulai tumbuh dan berkembang pesat.

Di dinding kamarnya, terdapat kalimat berikut yang ditulis dengan huruf-huruf yang besar : “Di sini kami tidak membicarakan yang buruk tentang siapa pun.”  dan “Terlambat aku mencintai-Mu, Tuhan”. Agustinus menghabiskan sisa hidupnya untuk mencintai Tuhan dan membawa orang-orang lain untuk juga mencintai-Nya.

Agustinus wafat pada tanggal 28 Agustus 430 di Hippo dalam usia 76 tahun. Makamnya kini terletak di Basilika Santo Petrus di Roma. Kumpulan surat, khotbah serta tulisan-tulisannya adalah warisan Gereja yang amat berharga. Di antara ratusan buku karangannya, yang paling terkenal ialah   “Pengakuan-Pengakuan” dan “Kota Tuhan”.

Lamunan Peringatan Wajib

Santo Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja

Kamis, 28 Agustus 2025

Matius 24:42-51

42 Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. 43 Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. 44 Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga."

45 "Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? 46 Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. 47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. 48 Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: 49 Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, 50 maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, 51 dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, semua orang tahu bahwa salah satu realita yang harus dihadapi adalah kematian. Ada saat orang harus berhenti berada di dunia fana.
  • Tampaknya, kaum agamawan tahu bahwa ada alam hidup abadi sesudah kematian. Karena tak jelas kapan saat kematian, agar mendapatkan kebahagiaan abadi, agamawan akan hidup sesuai petunjuk agama.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun ketaatan menjalani tatanan dalam agama dipandang sebagai jaminan selamat sesudah kematian, kesiagaan sejati adalah kesadaran menjalani tugas hidup harian dengan komitmen dan tanggungjawab. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati, kalau selalu sadar akan tugas harian dan menjalani dengan baik, sadar atau sadar orang sudah selalu siaga menghadapi kematian yang tak jelas saatnya.

Ah, kematian tak usah dipikir, itu urusan Tuhan.

Santa Katarina dari Alexandria

diambil dari katakombe.org/para-kudus  Diterbitkan:  10 Agustus 2013  Diperbaharui:  18 November 2019  Hits:  25029 Perayaan 25 November   L...