Thursday, November 21, 2024

Sebuah Catatan : Beriman di Era Alpha

Bagi saya beriman adalah semakin mengikuti Tuhan Yesus Kristus dalam perkembangan situasi hidup dan budaya setempat. Situasi dan kondisi duniawi menjadi pijakan penghayatan iman. Kehidupan duniawi ini bagi Tuhan Yesus menjadi penting dalam tugas para pengikutnya. Para murid Kristus mendapatkan tugas mewartakan Injil ke seluruh dunia (Mrk 16:15). Di dalam pelaksanaan penghayatan dan menjalani tugas iman ternyata Tuhan Yesus mengatakan dunia kaum anaklah yang menjadi kerangka sikap dan berpikir serta bertindak. Tuhan mengatakan "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga." (Mat 19:14) Pada zaman kini dunia anak adalah wujud generasi baru.

Macam-macam Generasi

Saya menemukan adanya macam-macam generasi dengan membaca https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7349623/7-macam-nama-generasi-dan-tahunnya-serta-perbedaan-karakteristiknya. Di situ dipaparkan adanya 7 macam generasi sebagai berikut :

1. The Builders (Lahir < 1946)
Generasi Builders (lahir sebelum 1946) adalah mereka yang membangun banyak aspek penting dalam masyarakat kita, seperti pemukiman, institusi, dan infrastruktur. Mereka dikenal dengan generasi yang tangguh karena melalui masa-masa sulit seperti depresi dan Perang Dunia II.
Generasi The Builders dikenal dengan generasi senior. Mereka sangat menjunjung nilai-nilai dan komitmen yang mendasari masyarakat.
Selain itu, The Builders juga generasi yang sangat pengertian dan adaptif, serta menghargai generasi muda yang tumbuh di dunia yang sangat berbeda dari zaman mereka.

2. Baby Boomers (Lahir 1946-1964)
Generasi Baby Boomers lahir di antara tahun 1946 dan 1964. Label generasi mereka berasal dari ledakan kelahiran yang terjadi setelah Perang Dunia II, dengan tingkat kesuburan 3,5 bayi per wanita.
Peningkatan populasi ini juga menyebabkan pertumbuhan pesat dalam ekonomi, perumahan, konstruksi, dan infrastruktur untuk mengakomodasi populasi yang hampir dua kali lipat dalam tahun-tahun awal mereka.
Baby Boomers membawa perubahan besar dalam budaya, sosial, dan ekonomi, dan terus memberikan dampak dalam masyarakat hingga hari ini.
Sebagai generasi dengan kekayaan tinggi, mereka sering digambarkan sebagai 'bank ibu dan ayah' karena membantu membangun ekonomi dan memberikan dukungan kepada generasi berikutnya.

3. Generasi X (Lahir 1965-1979)
Generasi X mencakup mereka yang lahir pada tahun 1965 sampai 1979. Label "X" berasal dari Douglas Coupland, mencerminkan slogan anti-kemapanan dan sikap menentang otoritas generasi ini.
Generasi X terkenal dididik oleh orang tua yang disiplin, generasi X pun pada umumnya memiliki karakteristik yang mandiri, disiplin, pekerja keras, logis, dan juga mengutamakan karir.
Selain itu, Gen X juga dikenal mandiri dan tangguh, mereka telah mengalami kecemasan dan krisis ekonomi pada akhir 80-an hingga 90-an. Walaupun demikian, saat ini Gen X telah mapan secara ekonomi, dengan kekayaan bersih yang meningkat sejak awal tahun sembilan puluhan.

4. Generasi Y (Lahir 1980-1994)
Generasi Y, atau yang dikenal sebagai Milenial, lahir antara tahun 1980 sampai 1994.
Mereka dikenal karena keterampilan teknologi dan adaptasi cepat terhadap inovasi digital. Banyak di antara mereka yang berpendidikan tinggi dan sering berpindah pekerjaan mencari peluang lebih baik.
Mereka peduli terhadap isu sosial, aktif dalam politik, dan mendukung perubahan progresif. Karena terkenal begitu ekspresif, percaya diri dan 'open minded', mereka sangat berbeda jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya yang dikenal tegas dan kaku.
Generasi ini juga cenderung menunda pernikahan dan memiliki anak, serta menghargai fleksibilitas dalam pekerjaan dan mobilitas geografis.

5. Generasi Z (Lahir 1995-2009)
Generasi Z, lahir antara 1995 sampai 2009. Mereka merasakan manfaat kemajuan teknologi dan internet yang pesat. Ini memberi mereka akses lebih mudah dan stabilitas finansial keluarga.
Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa generasi ini tumbuh menjadi individu yang lebih cerdas, sukses, dan sehat.
Menariknya, karena mereka merasakan krisis COVID-19, generasi ini memahami bahwa situasi ekonomi bisa bergejolak, yang juga berarti bahwa mereka lebih kuat.
Mereka mengutamakan pendidikan dan menyadari pentingnya dalam perkembangan mereka. Generasi ini menyadari bahwa dalam dunia yang kompetitif, mereka harus meningkatkan keterampilan dan terus mengembangkan diri, tidak hanya mengandalkan satu pekerjaan sepanjang hidup untuk kestabilan.

6. Generasi Alpha (Lahir 2010-2024)
Generasi Alpha lahir antara tahun 2010 dan 2024. Mereka juga dikenal dengan "anak-anak milenium".
Karena masih anak-anak, karakteristik umum Generasi Alpha masih belum terlalu jelas. Para peneliti, seperti Mark McCrindle, memprediksi bahwa mereka akan menjadi kelompok yang sangat besar dengan identitas dan hak mereka sendiri.
Seperti Generasi Z, mereka juga memiliki kemampuan teknologi yang luar biasa dan lebih terampil secara digital daripada generasi sebelumnya.
Namun, hal ini juga harus menjadi perhatian bagi orang tua untuk mendidik anak yang mahir teknologi tetapi juga tetap memegang nilai-nilai kekeluargaan.

7. Generasi Beta (Lahir 2025-2039)
Meskipun Generasi Beta belum lahir, McCrindle memprediksi beberapa hal tentang mereka. Mereka didefinisikan sebagai mereka yang lahir antara 2025 sampai 2039.
Generasi Beta diharapkan akan lebih suka teknologi, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, menghargai perbedaan, dan siap menerima perubahan. Harapan tersebut didasarkan dengan apa yang terjadi saat ini dan penting untuk dimiliki di masa depan.
Tapi, tentu saja, akan ada hal-hal yang muncul yang tidak bisa kita prediksi. Kita akan memperhatikan perkembangan teknologi dan peristiwa sosial yang akan membentuk mereka saat mereka tumbuh dan mempengaruhi mereka di masa depan.

Sekitar Generasi Alpha

Mengingat saat tulisan ini saya buat, yaitu Kamis 21 November 2024, dunia nyata masa kini adalah dunianya generasi Apha menuju generasi Beta. Paling tidak ini adalah masa generasi Alpha yang berjalan selama hampir penuh 11 tahun. Sebagai generasi Alpha, anak-anak zaman kini banyak mendapatkan naungan generasi Y dan Z. Kehidupan masyarakat sudah melewati masuknya era globalisasi bertahun-tahun yang dimulai dengan dibuatnya Sputnik Rusia pada tahun 1956  yang kemudian amat dikembangkan oleh Amerika Serikat. Pada mulanya itu adalah perangkat untuk persenjataan yang tekhnologinya disebarkan untuk kepentingan industri. Inilah teknologi komputer yang kemudian berkembang secara massif di tengah masyarakat dunia pada tahun 1980an dan seterusnya. Inilah yang mewarnai era milenial dengan amat pesatnya kemajuan tekhologi informasi. Orang bisa melihat dan berhubungan dengan orang-orang, keadaan lintas bangsa dan negara hanya dengan menggunakan jari-jari tangan. Kata “jari” dalam bahasa Latin adalah digitus. Inilah mengapa alat-alat media sosial disebut sebagai “tekhnologi digital”. Karena anak-anak generasi Alpha lahir pada tahun 2010-2024, mereka berada dalam hidup dan asupan raga-jiwa yang dibentuk oleh tekhnologi digital yang sudah amat canggih. Maklumlah teknologi ini sudah melewati tiga generasi, yaitu X (1965-1979) sebagai pemula dan terus menerus makin dicanggihkan oleh generasi Y (1980-1994) dan generasi Z (1985-2009).


Dari google saya amat tertarik pada uraian tentang ciri-ciri generasi Alpha. Mereka memiliki beberapa ciri khas, di antaranya: 

 

·      Dekat dengan teknologi Generasi Alpha tumbuh di era digital, sehingga mereka akrab dengan teknologi sejak dini. Mereka terbiasa menggunakan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan, seperti untuk belajar, bermain, dan berkomunikasi. 


  • Multitasking Generasi Alpha terbiasa melakukan beberapa aktivitas sekaligus, seperti membaca, menonton, berbicara, dan mendengarkan musik. 
  • Pemikiran terbuka Generasi Alpha memiliki pola pikir yang terbuka, transformatif, dan inovatif. Mereka menyukai sesuatu yang baru dan lebih banyak terpapar informasi. 
  • Kreatif dalam bermedia sosial Generasi Alpha memiliki kreativitas tinggi dalam menggunakan media sosial. 
  • Keterbukaan terhadap keberagaman Generasi Alpha tumbuh dalam era globalisasi digital yang memperluas cakupan budaya dan keberagaman. 
  • Peduli pada kesehatan mental Generasi Alpha lebih terbuka membicarakan emosi dan mencari bantuan saat menghadapi masalah.  

Selain itu, generasi Alpha juga memiliki ciri khas lain, seperti: Ambisi tinggi dan percaya diri, Keberanian melanggar aturan, Penguasaan bahasa Inggris, Ketergantungan pada teknologi, Interaksi sosial yang berbeda.

Dunia generasi Alpha adalah tantangan bagi saya untuk menghayati iman secara kongkret. Dalam penghayatan sekaligus menjalani kesaksian iman, saya merasa harus mempertimbangan dua hal. Pertama, hal-hal kongkret yang amat penting demi generasi Alpha. Kedua, landasan rohani sebagai terang iman.

Dalam artikel Kenalan dengan Generasi Alpha, Yuk (https://www.ybkb.or.id) saya menemukan uraian berikut :


Anak-anak Generasi Alpha menggunakan teknologi dalam segala aspek kehidupan, baik di rumah maupun di sekolah. Orang tua milenial sebagai generasi pendahulunya sering kali memperkenalkan anak-anak Generasi Alpha pada media sosial dan smartphone sejak usia dini, bahkan sebelum mereka bisa berbicara. 

 

Guna menghadapi fenomena tersebut, berikut beberapa cara mendidik Generasi Alpha yang bisa dipertimbangkan:

 

1. Ikuti Perkembangan Teknologi Digital

Anak-anak Generasi Alpha terbiasa dengan teknologi digital dan menggunakannya dalam proses belajar di sekolah. Orang tua perlu terus mengikuti perkembangan teknologi terbaru dan beradaptasi dengan dunia maya agar bisa memberikan pengawasan dan bimbingan yang tepat kepada anak-anak.

 

2. Atur Screen Time

Penting bagi orang tua untuk mengatur waktu yang dihabiskan anak-anak Generasi Alpha di depan layar gadget. Dengan mengatur jadwal screen time, anak-anak akan memiliki waktu yang cukup untuk berinteraksi secara langsung dengan lingkungan sekitar dan menjaga keseimbangan antara kehidupan online dan offline.

 

3. Cek Keamanan Media Sosial

Mengingat banyak anak Generasi Alpha sudah memiliki akun media sosial sendiri, orang tua perlu memastikan keamanan dan pemahaman anak terkait risiko cyber crime. Edukasi tentang keamanan digital dan pengaturan privasi menjadi penting untuk menjaga anak-anak dari ancaman kejahatan di dunia maya.

 

4. Jadi Orang Tua Sekaligus Teman

Anak-anak Generasi Alpha cenderung memilih pendekatan yang lebih baik dan lebih terbuka dari orang tua. Orang tua perlu menjalankan peran sebagai pendengar yang baik, memberikan dukungan emosional, serta memberikan ruang bagi anak untuk mengekspresikan minat dan ide mereka.

 

5. Sediakan Waktu Keluarga

Menyediakan waktu keluarga yang berkualitas dapat mempererat hubungan antara orang tua dan anak. Dengan mendengarkan ide-ide dan minat anak-anak Generasi Alpha, orang tua dapat membangun kedekatan yang lebih erat dan mendukung perkembangan anak-anak dalam lingkungan yang aman dan lebih positif.

 

Generasi Alpha adalah landasan bagi masa depan yang semakin terkoneksi secara digital. Dengan kemahiran teknologi yang tak tertandingi sejak usia dini, mereka menandai perubahan dalam dinamika sosial dan pendidikan. Dengan pemahaman yang tepat tentang ciri Generasi Alpha dan cara mendidiknya, kita dapat membantu mempersiapkan mereka menghadapi tantangan dan peluang di dunia yang semakin dinamis secara global.

Sebuah Refleksi

Berdasarkan fenomena kehidupan generasi Alpha, saya merasa harus siaga terhadap hal-hal berikut :

  • Bersahabat dengan yang on line. Terbuka terhadap perkembangan dunia tekhnologi digital. Hal ini tidak berarti bahwa saya harus mahir dengan penggunaan segala aplikasi digital. Tetapi saya harus ikut menyantap penggunaan alat tekhnologi digital walau hanya sedikit dan barangkali masih tidak bisa lancar. Saya juga harus terbuka adanya macam-macam penggunaannya yang di luar kemampuan saya sebagai media sosial. Tentu saja dalam bermedia sosial saya juga harus berusaha mengetahui nilai-nilai baik tetapi juga bahaya-bahayanya.
  • Perjumpaan langsung model teman. Pertemuan tatap muka harus juga mendapatkan tempat sekalipun media sosial amat mewarnai kehidupan sosial.  Ini tidak berarti bahwa tak ada perbedaan tingkat-tingkat sosial dalam berhubungan satu sama lain. Perbedaan antara orangtua-anak dan kakak-adik serta pemimpin-anggota tetap ada. Tetapi dalam relasi satu sama harus dikembangkan sikap bersahabat yang menyisihkan mentalitas feodalisme. Kalau ada perbedaan, itu terjadi karena ada perbedaan peran fungsional.
  • Perjumpaan orang serumah. Bagaimanapun juga hubungan personal antar orang serumah adalah sangat penting. Perhatian personal untuk kebutuhan dan bahkan kepentingan seseorang pertama-tama terjadi antar orang serumah.

Dalam hal penghayatan dan kesaksian iman, sebagai orang Katolik saya harus memperhatikan tiga hal : 1) Kitab Suci sebagai landasan rohani, 2) Tradisi Gereja sebagai pegangan iman, 3) Tanda-tanda zaman untuk ungkapan dan pewujudan iman. Perkembangan zaman yang menghasilkan generasi Alpha adalah tanda zaman sebagai perkembangan situasi hidup kongkret. Kitab Suci dan Tradisi Gereja menjadi terang iman dalam penghayatan ikut Tuhan Yesus Kristus secara kongkret. Beberapa terang iman yang masuk dalam permenungan saya adalah sebagai berikut :

  • Menilai zaman. Tuhan Yesus pernah berkata “Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?” (Luk 12:54-55) Yang kita lihat dan ketemuan pada zaman ini adalah bermacam ragam perangkat digital sebagai hasil produksi tekhnologi informasi. Kalau kita hanya sibuk dengan alat-alatnya dengan berbagai kekayaan perangkat aplikasinya, bahkan mengejar dan membanggakan, kita bisa jatuh ke dalam kemunafikan. Itu hanya menjadi tampilan lahiriah kepemilikan perangkat digital untuk topeng seakan sudah menjadi sosok milenial. Sementara itu sebagai alat komunikasi pemakaiannya bisa seperti model perjumpaan langsung omong-omong berlarut-larut. Bisa jadi berbagai berita yang diketemuan lewat alat-alat digital hanya yang menyenangkan tanpa pertimbangan selektif benar-salah. Yang paling parah kalau apapun yang diketemukan lewat medsos dianggap benar sehingga berbobot bagaikan sabda Allah. Maka, menilai era digital untuk menemukan jatinya menjadi tantangan. Bagi saya alat digital sungguh bisa mendekatkan hubungan antar orang lintas ruang dan lintas waktu. Alat digital juga menjadi semacam jendela melihat dunia lokal, nasional, global. Tetapi sehebat apapun perangkat digital, itu menampilkan apapun secara maya. Oleh karena itu kewaspadaan berdasarkan media mainstream seperti televisi dan majalah serta koran juga harus menjadi perbandingan. Bahkan informasi dari omongan dengan orang lain secara langsung (offline) juga amat penting.
  • Penghayatan kasih. Kasih adalah hukum dasar untuk beriman kepada Kristus. Segala tatanan keagamaan harus menjadi penjabaran kasih mesra dengan Tuhan dan keterbukaan dengan siapapun. Kasih sejati sebagai pengikut Kristus terungkap dan terwujud dalam model persahabatan. Tuhan berkata “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13). Di hadapan Tuhan para murid tidak dipandang sebagai hamba tetapi sebagai sahabat. Hubungan persahabatan membuat orang rela berkorban. Untuk zaman kini bagi saya di dalam hidup bersama yang harus diperjuangkan adalah jiwa mengejar kepentingan. Dalam kebersamaan baik perjumpaan komuniter maupun personal, saya seperti dituntut berpartisipasi memperjuangkan kebaikan apapun yang bisa kulakukan.
  • Keluarga. Sekalipun dengan maraknya era digital orang bisa tersibukkan dengan berbagai macam hubungan dengan macam-macam jaringan, waktu keluarga tetap menjadi amat penting. Sekalipun berada di rumah Tuhan amat penting bagi Yesus remaja ketika terpisah dengan orangtua, Tuhan Yesus tetap taat untuk pulang bersama Bapa Yusuf dan Bunda Maria. Tuhan Yesuspun disebut sebagai Orang Nazaret karena keluarganya ada di Nazaret. Katekismus Gereja Katolik mengatakan Keluarga Kristen adalah tempat anak-anak menerima pewartaan pertama mengenai iman. Karena itu tepat sekali ia dinamakan "Gereja-rumah tangga" - satu persekutuan rahmat dan doa, satu sekolah untuk membina kebajikan-kebajikan manusia dan cinta kasih Kristen.” (1666) Sebagai Gereja rumah, keluarga adalah basis iman dan basis kehidupan. Di era yang amat diwarnai oleh tekhnologi digital, kebersamaan berkualitas dengan orang serumah harus sungguh mendapatkan waktu khusus.

Domus Pacis, 21 November 2024

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...