Rombongan yang terdiri dari 26 orang dari alumni Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) V Paroki Kalasan pada Sabtu 23 November 2024 berkunjung di Domus Pacis Santo Petrus. Para rama yang menyambut adalah Rm. Hartanta sebagai Direktur Domus bersama para rama sepuh, yaitu Rm. Yadi, Rm. Ria, Rm. Harto, Rm. Jarot, dan Rm. Bambang. Sesudah sambutan dan doa, tanya jawab terjadi seperti kalau ada rombongan kunjungan. Dari para tamu muncul pertanyaan-pertanyaan dan para rama menjawab. Rm. Bambang yang menjadi pemandu memang sudah akrab dengan para tamu. Suasana ceria penuh gelak tawa amat mewarnai. Ternyata dalam tanya jawab muncul sebuah pertanyaan yang baru sekali ini terjadi diarahkan ke rama-rama sepuh. "Para rama pasti mengarungi imamat lama hingga usia sepuh seperti sekarang. Mengapa dulu ingin masuk seminari?" demikian pertanyaan yang disampaikan oleh seorang anggota tamu. Rm. Ria dan Rm. Harto memiliki kesamaan alasan, yaitu terkesan dengan rama paroki yang dulu berkarya di parokinya. Rm. Jarot mengalami kerap dikunjungi rama di rumahnya. Sedang Rm. Yadi bercerita bahwa dulu pernah jadi bruder tetapi keluar. Cukup lama jadi guru dan kemudian setelah hati tenang muncullah keinginan menjadi seorang pastor.
"Rama Bambang gimana?" suara muncul ketika Rm. Bambang hanya tertawa dan tertawa. Akhirnya Rm. Bambang mengatakan bahwa dia masuk seminari karena menang taruhan. Ketika masih SMA dia pernah terlibat pembicaraan dengan salah satu sepupu. Pada waktu Rm. Bambang bilang "Aku berani jadi pastor", sepupunya tertawa dan berkata "Kalau kamu masuk seminari, dua bulan gajiku untuk kamu". Maklumlah sepupunya sudah bekerja. Ternyata Rm. Bambang berhasil masuk seminari. Sepupunya amat heran. Dia punya keyakinan ayah Rm. Bambang tak akan menyetujui. Padahal untuk masuk seminari harus ada persetujuan. Bukankah Rm. Bambang adalah anak tunggal almarhum Bapak Subadi dari Ambarrukmo. Kepada sepupunya Rm. Bambang tak mengatakan bagaimana dia menteror sang ayah. Kalau ayahnya tak mau bertandatangan, Rm. Bambang akan menandatangani sendiri. Pada waktu SMPpun dia sudah kerap melakukannya. "Ora percayaaaa ..." (Tidak percayaaaa) beberapa orang tamu berseru tak percaya. Ternyata bagi mereka alasannya tak religius dan tak bagus. Itu dianggap hanya banyolan belaka. Padahal itu benar terjadi. "Tuhan yang mengolah aku lhoooo. Bukankah tak sedikit santo santa dulunya juga busuk?" kata Rm. Bambang yang disambut tawa.
No comments:
Post a Comment