Friday, November 1, 2024

Misa Difabel di Paroki Sedayu

Sebelum pandemi Covid-19 Rm. Bambang masih mengalami tampil dalam Misa Minggu di depan umat Paroki. Tetapi itu amat jarang terjadi. Bahkan Misa umat umum dalam kapel-kapelpun sebenarnya sudah cukup asing baginya. Apalagi mulai pandemi Covid-19. Dia sudah jarang melayani Misa luar Domus Pacis. Seandainya masih ada, pada umumnya Misa ujub keluarga. Apalagi realita hidupnya adalah 92% berada dalam kamar. Karena pimpinan kerap tugas luar, Rm. Bambang juga merasa harus banyak siaga di rumah untuk melayani Misa teman-teman serumah yang pada umumnya sudah tidak mendapatkan giliran memimpin Misa. Para rama Domus yang masih mendapat giliran memimpin MIsa tinggal Rm. Hartanta, pemimpin rumah, Rm. Jarot dan Rm. Bambang sendiri. 


Tetapi pada Minggu 27 Oktober 2024 terjadi hal lain yang lebih dari empat setengah tahun sudah amat jauh dari kehidupan bahkan pikiran Rm. Bambang. Rm. Bambang diminta untuk ikut konselebrasi Misa di Paroki Santa Theresia Sedayu. Di dalam hati Rm. Bambang merasa akan menjadi semacam salah satu isi etalase Gereja dalam perhatian kepada kaum difabel tuna rungu, tuna grahita, tuna netra, dan tuna daksa. Dalam rangka Peringatan Hari Paroki, Sedaya mengadakan misa yang diberi nama Misa Inklusi. Ternyata 300an lebih orang difabel menjadi peserta bersama para pengantar dan umat Paroki Medari. Dua rama difabel didatangkan, yaitu Rm. Oot dari Paroki Jombor Klaten dan Rm. Bambang. Pemimpin utama dalam Misa adalah Rm. Wondo, Vikep Jogja Barat, yang didampingi oleh Rm. Dwi Harsanto (Vikep Kategorial), Rm. Ratma dari Klepu, Rm. Anton dan Rm. Koko pastor setempat, dan Rm. Oot serta Rm. Bambang. Para difabel yang datang dari macam-macam ketunaan. Yang beragama bukan Katolik juga bisa dilihat oleh Rm. Bambang. Ternyata Rm. Wondo, ketika semua sudah siap menuju altar, berkata kepada Rm. Bambang "Mangke Rm. Oot homili lan panjenengan peneguhan. Rm. Dwi Harsanto merangkum" (Nanti yang homili Rm. Oot dan Anda memberi peneguhan. Kemudian Rm. Dwi Harsanto merangkum). Maka, Minggu itu membuat Rm. Bambang tampil di depan umat yang memenuhi gedung gereja dan bahkan tak sedikit duduk di luar. Berhadapan dengan permintaan mendadak untuk tampil mendadak, dia hanya berkata kepada Tuhan dalam hati "Gusti, berbicaralah lewat saya". Dia meneruskan homili dari Rm. Oot dengan mengajak para difabel menyadari, menerima, dan berjuang mengembangkan apapun yang ada pada dirinya sekecil apapun. Tentu saja kondisi kepincangan sejak umur 1 tahun hingga kini, menjadi sharing pengembangan hal kecil dalam mengarungi hidup. "Jangan terlalu mengharapkan penghargaan dari orang lain, hargailah yang ada pada kita. Jangan mengharapkan digunakan oleh orang lain, gunakanlah sekecil apapun yang ada untuk dikembangkan dan untuk hidup kita. Kalau ada komentar atau tanggapan tak enak dari orang lain yang tak cacad, berbahagialah kita diterima sejajar). Ketika sudah pulang di Domus, pada waktu membuka grup WA di kalangan difabel tuna daksa lintas iman, Rm. Bambang menemukan kiriman fotonya dari Mbak Subandiyah yang beragama Islam yang ikut datang dengan narasi "Romo Bambang dagel ceramahe". Memang, banyak kata-kata Rm. Bambang banyak membuat tawa ria peserta Misa.

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...