“Isih jago voli?” (Apakah masih jago main voli?) tanya Rm. Bambang kepada Mas Rusdiono yang malah dijawab oleh orang lain “Pun mboten saget nyemes” (Sekarang sudah tidak kuat melakukan smas). Tentu saja jawaban itu membuat tawa ngakak. “Kula Agus saking Cungkup, rama” (Saya Agus dari Cungkup, rama) yang kena urutan mengenalkan diri berkata dan langsung disergap Rm. Bambang “Anaké Pak Trimo, ta?” (Anak dari Bapak Trimo, kan?). Semua tamu tertawa dan bahkan ada yang berkata “Badane mirip, nggih?” (Bentuk tubuhnya mirip, kan?). “E, jare Pak Dulmanan wis seda, ya?” (Katanya Bapak Dulmanan sudah menghadap Tuhan, ya?) tanya Rm. Bambang yang dijawab oleh seorang ibu “Inggih, rama. Mentas kawandasa dintenipun. Kula Tri putranipun nomer tiga” (Benar, rama. Baru saja diperingati 40 harinya. Saya Tri putri ketiganya). .....
Itulah bagian kecil dari suasana perkenalan satu per satu dari 34 orang tamu pada Minggu 10 November 2024. Mereka datang dari Paroki Santa Theresia Salam yang terdiri dari 26 Ketua Lingkungan, 6 Ketua Wilayah, 2 Dewan Pastoral Paroki. Kedatangannya di Domus Pacis Santo Petrus adalah untuk minta rekoleksi yang disampaikan oleh Rm. Bambang. Rm. Bambang memang pernah terhitung ikut berkarya di Paroki Salam dari Januari tahun 1983 hingga akhir Agustus 1990. Ada beberapa hal yang sungguh menyentuh hati Rm. Bambang. Pertama, dia masih mengingat pada umumnya yang hadir karena hanya sebagian kecil sekali yang belum pernah jumpa. Kedua, tak ada satupun tokoh sepuh atau sebaya dengan Rm. Bambang ikut rombongan. Ternyata tak sedikit yang sudah wafat. Ketiga, mereka yang datang adalah kaum muda dan remaja pada zaman Rm. Bambang di Salam. Bahkan, ketika melihat Mas Antok, Rm. Bambang teringat ketika dia masih bayi dan ketika berusia sekitar 4 tahun sering ikut pergi ke umat.
Pada waktu Rm. Bambang berbicara pengalaman masa lalu keadaan umat Lingkungan (dulu Kring), karena Rm. Bambang dulu biasa berkunjung bahkan dengan menginap di rumah umat, pada umumnya masih teringat. Kehidupan lampau umat di Lingkungan masing-masing seperti hidup kembali. Dari sini Rm. Bambang mengulas dengan berpegang pada dokumen Kebijakan-kebijakan Dasar Keuskupan Agung Semarang tentang Pastoral Lingkungan (KDPL). Di dalam pendalaman Rm. Bambang menghubungkan dengan kerohanian Santa Theresia, pelindung Paroki Salam. Sejarah lahirnya sistem Lingkungan pada tahun 1934 juga masuk dalam pemahaman tentang Lingkungan. Tekanan kehidupan umat Lingkungan sebagai paguyuban persaudaraan Injili sungguh menghadirkan pencerahan penghayatan. Maklumlah, kisah pastoral Rm. Bambang di Salam memang amat terdukung oleh hubungan akrab antar keluarga Katolik di Lingkungan-lingkungan. Semua ini diomongkan karena mereka datang untuk rekoleksi tentang Lingkungan dan minta Rm. Bambang sebagai pembicara. Landasan pengalaman Rm. Bambang masa lalu di Salam ternyata menghidupkan dinamika hubungan masa lalu antar warga di Lingkungan. Dan hal ini dilihat kembali dalam perkembangan hidup masa kini.
No comments:
Post a Comment