Monday, October 28, 2024

Sarasehan di Nologaten

Ini adalah peristiwa Kamis malam 24 Oktober 2024. Saya diundang oleh kelompok umat lansia Lingkungan Agustinus Nologaten, Paroki Pringwulung. Kelompok ini pernah membeli buku saya yang berjudul CERIA TAK MERANA (Penerbit Pohon Cahaya, 2024). Saya diminta datang untuk sarasehan berkaitan dengan buku itu. Saya menjawab pertanyaan-pertanyaan pengalaman yang berhubungan dengan pengalaman hidup di rumah rama tua sejak di Domus Pacis Puren tahun 2024 hingga kini di Domus Pacis Santo Petrus. Dalam sarasehan itu saya agak tersentak oleh dua komentar dari peserta. Pertama, seorang bapak kagum pada para rama bruder, suster karena memiliki kehidupan rohani yang canggih. Mereka mendapatkan tuntunan dengan buku-buku pegangan hidup rohani. Itu yang pertama. Sedang yang kedua mengatakan "Rama niku kados rumiyin Pak Jokarso, guru agami sing mulang kula teng Bintaran" (Rama seperti Pak Jokarso yang mengajar agama saya di Bintaran). Terhadap dua tanggapan itu saya mengatakan "Kula niku Rama Praja. Mboten pikantuk kerohanian khusus kados ingkang sami gesang ing ordo lan konggregasi. Kula rikala wulangan ajeng baptis pancen ndherek ing Paroki dipun wucal rama lan suster. Ning sing paling mewarnai sembahyangan kula saking Pak Pujo sing mucal teng Ambarrukmo. Pak Pujo ngandika yen sembahyang ki pokoke matur Gusti. Pas nyapu ya matur 'Gusti kula nyapu'" (Saya adalah Rama Praja. Saya tidak mendapatkan kerohanian khusus seperti yang menjadi anggota ordo dan kongregasi. Ketika akan baptis saya memang pelajaran agama di Paroki pada rama dan suster. Tetapi yang paling mewarnai doa saya adalah Pak Pujo yang dulu mengajar di Ambarrumo. Pak Pujo mengatakan bahwa doa itu yang paling pokok omong dengan Tuhan. Kalau pas menyapu bilang saja "Tuhan saya menyapu"). Saya bersharing bahwa dalam doa dan sikap iman saya banyak berguru pada kaum awam. Ketika studi calon imam dan selama jadi imam saya memang mendapatkan banyak pengetahuan keagamaan. Tetapi itu semua jadi semacam penjelasan mengapa ada kerohanian yang saya kembangkan justru karena keteladanan kaum awam. Buku CERIA TAK MERANA adalah penghayatan batin saya yang terungkap dan teruwjud berhadapan dengan aneka kehidupan kongkret. Yang paling pokok adalah MEMBIASAKAN OMONG DENGAN TUHAN. Itu biasa pada saat khusus ataupun saat sibuk aktif dan dalam acara duniawi. Kalau saat khusus bisa seperti curhatan dan glenikan dengan orang dekat. Kalau pas sibuk dan keperluan duniawi bisa seperti WA dalam hati dengan kata-kata singkat.

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...