diambil dari https://www.mirifica.net/santo-ignasius-dari-anthiokia-17-oktober
IGNATIUS adalah salah satu dari para Bapa Apostolik (kelompok otoritatif terawal dari para Bapa Gereja). Dia mendasarkan otoritasnya pada statusnya sebagai seorang uskup Gereja, menjalani hidupnya dengan meneladani Kristus. St. Ignatius adalah Uskup Antiokhia ketiga sesudah Santo Petrus dan St. Evodius (yang wafat sekitar tahun 67 Masehi).
Sejarahwan Eusebius mencatat bahwa St. Ignatius menggantikan St. Evodius setelah Pertus sendiri yang menunjuk Ignatius untuk menjabat sebagai uskup Antiokhia. Sebutan lain untuk dirinya adalah Teoforus yang berarti “Pemanggul Tuhan” dan menurut tradisi St. Ignatius seperti juga Santo Polikarpus adalah murid-murid dari Rasul Yohanes.
Pada masa penganiayaan uskup Ignatius ditangkap dan dijatuhi hukuman mati dalam masa pemerintahan Kaisar Trajan. Ia digiring dari Antiokhia ke gelanggang pertunjukan di pusat kota Roma. Dalam perjalanan menyongsong kemartirannya di Roma, Ignatius menulis serangkaian surat yang terlestarikan sebagai sebuah contoh teologi Kristen paling awal. Topik-topik penting yang diuraikan dalam surat-surat tersebut mencakup eklesiologi, sakramen-sakramen, dan peranan para uskup. Dengan demikian, ia menggunakan cara yang sama dengan St. Paulus dalam mewartakan Kabar Sukacita. Sepanjang perjalanan itu dia menulis enam pucuk surat kepada Gereja-Gereja di kawasan itu dan sepucuk surat untuk St. Polikarpus, yang kelak juga menjadi seorang martir.
Surat-surat St. Ignatius memberikan keterangan mengenai penangkapannya oleh penguasa dan perjalanannya ke Roma :
…. dari Suriah bahkan sampai Roma aku berhadapan dengan binatang-binatang buas, di darat dan laut, di malam dan siang hari, terbelenggu di tengah-tengah sepuluh ekor macan tutul, dan bersama sekelompok serdadu, yang akan berkelakuan semakin buruk bilamana diperlakukan dengan sopan..”. — Ignatius kepada jemaat di Roma.
Ketika Ignatius yang terkasih tiba di Roma, ia dijebloskan kedalam penjara bersama para umat Kristiani yang sudah ditahan sebelumnya. Akhirnya, tibalah hari dimana sang uskup dilemparkan ke arena pertunjukan. Dua ekor singa ganas menerkamnya. St. Ignatius wafat sekitar tahun 107. Ia mewariskan kepada kita kesaksian hidup Kristiani serta surat-suratnya yang indah.
Jenazahnya kini terbaring dalam makam di bawah Basilika Santo Petrus di Roma.
Sumber: katakombe.org
No comments:
Post a Comment