Monday, February 22, 2021

Cara agar Tak Kesepian di Usia Tua

diambil dari https://gaya.tempo.co/read/1294812

Reporter: 
Editor: 

Yayuk Widiyarti


ilustrasi lansia (pixabay.com)

TEMPO.COJakarta - Seiring bertambahnya usia, dinamika pribadi dan gaya hidup berubah, yang dapat mengakibatkan orang kesepian dan isolasi. Sejalan dengan semakin banyaknya orang dewasa menjadi anggota komunitas lansia atau pensiun, para peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas San Diego di Amerika Serikat berusaha mengidentifikasi karakteristik umum penghuni yang merasa kesepian di lingkungan ini.

"Risiko kesendirian menyaingi bahaya merokok dan obesitas dalam pengaruhnya memperpendek umur," kata penulis senior Dilip V. Jeste, profesor psikiatri dan neurosains, dilansir Science Daily.

Kesepian adalah masalah kesehatan masyarakat yang berkembang sehingga penting untuk mengidentifikasi penyebabnya dari sudut pandang lansia agar orang lain dapat membantu mengatasinya.

Studi baru yang dipublikasikan secara online dalam Aging and Mental Health edisi 10 Januari 2020 ini menemukan bahwa pengalaman orang yang hidup dengan kesepian dibentuk oleh sejumlah faktor pribadi dan lingkungan. Para peneliti melakukan wawancara individu selama 1,5 jam dari 30 orang dewasa berusia 67-92 tahun, bagian dari keseluruhan studi yang mengevaluasi fungsi fisik, mental, dan kognitif dari 100 orang dewasa yang tinggal di sektor kehidupan mandiri dari sebuah komunitas perumahan senior di San Diego.

Dalam suasana komunal ini, 85 persen penduduk melaporkan tingkat kesepian yang sedang hingga parah.

"Kesendirian itu subjektif," kata Jeste. "Orang yang berbeda merasa kesepian karena alasan yang berbeda meskipun memiliki peluang dan sumber daya untuk sosialisasi. Ini bukan satu ukuran yang cocok untuk semua topik."

Tiga tema utama muncul dari penelitian ini yakni, pertama, kehilangan terkait usia dan keterampilan sosial yang tidak memadai dianggap sebagai faktor risiko utama untuk kesepian.

"Beberapa orang berbicara tentang kehilangan pasangan, saudara kandung, dan teman-teman sebagai penyebab kesepian mereka. Yang lain menyebutkan bagaimana menjalin pertemanan di komunitas senior tidak dapat menggantikan teman-teman yang sudah meninggal bersama mereka," jelas Alejandra Paredes, salah satu penulis penelitian ini.

Kedua, perasaan kesepian sering dikaitkan dengan kurangnya tujuan hidup. “Kami mendengar komentar kuat seperti, ‘Agak abu-abu dan memenjarakan’,” kata Jeste.

“Yang lain mengungkapkan perasaan ‘tidak terikat, tidak memiliki banyak makna dan tidak merasa sangat berharap’ atau ‘hilang dan tidak memiliki kendali’,” lanjutnya.

Ketiga, tim peneliti juga menemukan bahwa kebijaksanaan, termasuk welas asih, tampaknya menjadi faktor yang mencegah kesepian.

“Seorang peserta berbicara tentang teknik yang telah ia gunakan selama bertahun-tahun, mengatakan 'jika Anda merasa kesepian, maka keluarlah dan lakukan sesuatu untuk orang lain.' Itu proaktif,” kata Jeste.

Faktor pelindung lain adalah penerimaan penuaan dan kenyamanan dengan menyendiri.

"Seorang penduduk mengatakan kepada kami, 'Saya telah menerima proses penuaan. Saya tidak takut akan hal itu. Saya biasa mendaki gunung. Saya ingin terus bergerak, bahkan jika saya harus merangkak. Saya harus realistis tentang bertambahnya usia, tapi saya menganggap dan menerima hidup sebagai transisi',"kata Jeste.

"Seorang warga lain menjawab, 'Saya mungkin merasa sendirian, tetapi itu tidak berarti saya kesepian. Saya bangga bisa hidup sendiri'," tambahnya.

Menurut Pusat Statistik Kesehatan Nasional, pada 2029 mendatang, lebih dari 20 persen populasi Amerika Serikat akan berusia di atas 65 tahun.

"Sangat penting bagi kita untuk memperhatikan kesejahteraan lansia, mereka adalah teman, orang tua, dan kakek-nenek dari generasi muda," katanya.

No comments:

Post a Comment

Santo Bruno, Pengaku Iman

diambil dari https://www.imankatolik.or.id/kalender/6Okt.html Bruno lahir di kota Koln, Jerman pada tahun 1030. Semenjak kecil ia bercita-ci...