Thursday, June 19, 2025

Rm. Harto di RS Panti Rapih

Rm. Fransiscus de Sales Suharto Widodo adalah salah satu penghuni Domus Pacis Santo Petrus, Kentungan. Kalau Rm. Yadi tercatat sebagai penghuni terlama untuk Domus Pacis, karena sudah tercatat jadi penghuni Domus Pacis Puren sejak tahun 2001 yang ikut dipindahkan ke Kentungan, Rm. Harto merupakan terlama kedua. Ketika Rm. Bambang masuk Domus Pacis Puren pada tahun 2010, Rm. Harto sudah menjadi penghuni lebih lama sekitar 2 tahun. Sudah sejak di Domus Pacis Puren kondisi Rm. Harto harus dilayani dalam segalanya.

Pada Senin 16 Juni 2025 Rm. Harto masuk Rumah Sakit Panti Rapih. Ada beberapa kassh kesehatan dideritanya. Rm. Hartanta, Direktur Domus Pacis Santo Petrus, setiap hari mengunjungi Rm. Harto dan selalu menjumpai perawat dan beberapa kali berkonsultasi ke dokter. Pada Kamis 19 Juni 2025 Rm. Hartanta harus menjumpai 2 orang dokter. Salah satu di antaranya adalah dokter anestesi yang menangani urusan narkose atau proses pembiusan. Satu yang lain adalah doter Yunanda. Ternyata salah satu yang harus segera ditangani berkaitan dari beberapa penyakit Rm. Harto adalah batu empedu. Pada hari itu jam 17.21 Rm. Hartanta mengirim pesan WA di HP Rm. Bambang "Saya sudah ketemu dokter anestesi dan dr yunanda... Mereka menyarankan rm Suharto widodo harus segera dioperasi pengambilan batu empedunya. Besok akan dioperasi jam 16.00 hari Jumat 20 Juni. Mohon doanya Nuwunnn".

Santa Florentina

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 04 November 2014 Diperbaharui: 04 November 2019 Hits: 36519

  • Perayaan
    20 Juni
  •  
  • Lahir
    Hidup pada awal abad ke-7 (tanggal dan tahun lahir tidak diketahui)
  •  
  • Kota asal
    Cartagena, Spanyol
  •  
  • Wafat
  •  
  • sekitar tahun 636 di Ecija - Spanyol
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Santa Florentina adalah saudari dari tiga orang kudus dari Iberia Spanyol yaitu; Santo Leander, Santo Isidorus, dan Santo Fulgentius. Dia lebih muda dari Santo Leander dan Santo Fulgensius, tapi lebih tua dari Santo Isidorus.

Mengikuti teladan saudara-saudaranya, Florentina juga mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan. Ia menjalani pola hidup asketis dengan sangat keras dan mengumpulkan para wanita yang tertarik untuk menjalani kehidupan religius lalu membentuk sebuah komunitas biarawati di kota Ecija (Astigis), dimana kakaknya Fulgentius menjadi uskup. Biara itu dikenal dengan nama biara Santa Maria de Valle.

Santa Florentina menulis sendiri peraturan hidup (Regula) para biarawati ("Regula sive Libellus de institutione virginum et de contemptu mundi ad Florentinam sororem") dimana ia mengatur para biarawati agar menjalani hidup asketis dengan ketat, menghindari interaksi dengan para wanita yang hidup untuk dunia, dan dengan laki-laki, terutama kaum muda; merekomendasikan kesederhanaan dalam pola makan dan minum, memberikan saran mengenai pembacaan dan meditasi pada Kitab Suci, dan memerintahkan untuk saling mengasihi bagi sesama anggota biara, masyarakat dan negara.

Santa Florentina sendiri hidup dengan teladan yang tidak pernah menyimpang dari segala ketetapan yang telah ditulisnya, sehingga para biarawati sangat menghormati dan mencintainya. Ia meninggal dengan tenang di Ecija pada sekitar tahun 636.

Lamunan Pekan Biasa XI

Jumat, 20 Juni 2025

Matius 6:19-23

19 "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. 20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. 21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. 22 Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; 23 jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, orang tahu bahwa hidup di dunia ini dibutuhkan adanya harta. Orang bekerja untuk mendapatkan kekayaan.
  • Tampaknya, orang tahu bahwa hidup di dunia ini juga dibutuhkan rasa damai sejahtera. Ini semua akan ditopang dengan harta kekayaan untuk menjamin hati tak gelisah.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun segala harta kebutuhan hidup di dunia bersifat duniawi, semua akan menghadirkan cahaya hidup penuh damai sejahtera apabila dalam kepemilikan selalu ada dalam landasan dan kerangka suara relung hati. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati sebesar apapun harta seseorang kalau dilandasi nafsu egoistis hanya menghadirkan kerusakan hidup, dan kalau dipakai dengan terang nurani akan menghadirkan keceriaan ragawi dan jiwani. 

Ah, bagaimanapun juga harta untuk hidup di dunia, dan doa untuk hidup di sorga.

Wednesday, June 18, 2025

Sekedar Iseng

Sebenarnya di Domus Pacis Santo Petrus di antara para rama sering juga ada peristiwa yang dalam bahasa Jawa disebut grenengan. "Apabila diterjemahkan dari Bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia, Grenengan artinya adalah Membicarakan Sesuatu Dibelakang Karena Ketidakpuasan. Kata ini masuk ke dalam Bahasa Jawa Ngoko Kasar yang biasanya digunakan untuk percakapan sehari-hari." (https://kosakatajawa.com/artinya/grenengan) Ketidakpuasan memang diomongkan di belakang dalam arti tidak blak-blakan di hadapan banyak orang. Yang omongpun biasa terbatas antara 2 atau 3 orang. Hal ini tentu bertujuan agar yang diomongan tidak menjadi kehebohan dalam arti menjaga keselarasan hidup bersama yang amat bernilai dalam perilaku budaya Jawa.

Sekalipun dari pengalaman ada berbagai macam grenengan, ada sebuah grenengan yang menggelitik Rm. Bambang untuk iseng. Itu adalah grenengan antara Rm. Hartanta dan Rm. Bambang pada Selasa 17 Juni 2025. Ketika itu keduanya duduk-duduk usai perayaan ulang tahun tahbisan Uskup ke 46 Mgr. Blasius. Keduanya selalu merasa bahagia karena sambutan umat yang tampak bergairah dan penuh keceriaan. Bahkan dari kor yang diminta untuk membantu mengiringi Misa tak sedikit yang mengucapkan terima kasih karena boleh dilibatkan dalam acara Domus. Dalam hal ini Rm. Bambang selalu berkata "Ingkang matur nuwun kula" (Sayalah yang berterima kasih). Tiba-tiba Rm. Hartanta berkata bahwa ada tokoh umat yang pernah berkata "Rama-rama Domus ki kopen ning ora kajen". Sehari kemudian keisengan Rm. Bambang mendorong membuat surve kecil-kecilan dengan melempar kata-kata itu di status WA dan FB yang dimiliki. Dari FB hanya ada sebuah komentar. Dari WA Rm. Bambang menerima komentar-komentar dari 20 orang yang terdiri dari 3 bapak dan 16 ibu serta 1 pemudi. Rm. Bambang mengelompokkan komentar-komentar mereka sebagai berikut : 

Tetap Punya Makna

Ada komentar-komentar yang menurut Rm. Bambang menunjukkan bahwa para rama Domus tetap dipandang memiliki makna bagi umat. Ucapan-ucapannya : 

  1. Siapa yg blg Mo... Bagi saya, Romo2 di domus banyak memberi berkat kpd saya
  2. Saya msh blm bisa mencerna maksud dari ucapan tsb. Karena yg ada dalam hati dan pikiran saya, saya sangat salut dengan para Romo di Domus yg dalam usia sepuhnya masih setia dgn Tuhan melalui segala aktivitasnya seperti misa, dan bahkan dalam keterbatasannya mereka msh berusaha untuk mengambil bagian dari misa . Semangat dan kesetiaan pada Tuhan itu yg saya kagumi dari para Romo di Domus. Dan itu membuat saya respect kepada beliau beliau.
  3. Sugeng sonten Rama Bambang, ya tetep kajen kok πŸ™πŸ™πŸ™
  4. Para Rama Domus tetap dapat hormat Kunjungan & perhatian dr umat sbg salah satu rasa hormat kepada Rama Domus
  5. Koq bisa ora kajen? Entah umat itu memang tidak bisa menghormati tiyang sepuh tapi menurut aku Romo di Domus tetap kajen nyatanya masih tetap ada perayaan ultah untuk mengenang kelahiran maupun Imamat. Artinya para Romo masih dikenang di saat istimewa dalam hidupnya.
  6. Romo Bambang. Bagaimana orang tsb bisa melontarkan kata2 seperti itu. "Kopen ning ora kajen". Itu kata2 yg tidak sopan, meremehkan keadaan keterbatasan para romo Sebaiknya orang tsb ditanya, apa maksud kata2nya. Bagi saya, keadaan para romo di Domus terhormat, kajen, disayang.  Romo Bambang mohon orang itu ditegur, apa maksudnya... saya ga suka dg kata2 orang itu. Matur nuwun Mo πŸ™πŸ™
  7. Ngga Romo.. Lahir batin kami cinta dan hormat pada Romo2 kami..bahkan ketika Romo bisa njelehi..nyleneh sekalipun. Kami sadar tugas dan pengorbanan Romo dalam menggembalakan kami tidak ringan.. Kami tetap mendoakan Romo2 kami.
  8. Romo2 Domus menurut sy koq terhormat nggih Romo... Sy kalo ada masalah selalu nyuwun bantuan ke Romo Domus, khususnya yg sy kenal dekat hanya Romo Bambang
  9. Selamat sore romo...lama tidak berkabar.Untuk saya, sejak romo ditahbiskan sampai makaryo sampai purna karya sampai seda tetap saya hormati. Walaupun romo mudo saya walaupun jauh lbh tua, sangat saya hormati. Dan kalau saya berdoa untuk para rohaniwan, biarawan/wati, saya berdoa untuk calon, untuk yang masih berkarya, untuk yang sudah purna dan untuk yg sdh seda.Mekaten Romo. Berkah Dalem πŸ™
  10. Maksudnya apa ya Mo. Selama ini ya pada hormat, bahkan Para Umat menampakan  rasa sayang kepada Para Romo yang di Domus. Bahkan kalau mengikuti catatan harian Rm. Bambang, membantu banyak Umat. πŸ™πŸ™πŸ™
  11. Terawat suatu bukti bahwa MEREKA di Hormati setelah selesai, masa bakti/sdh tidak bisa melaksanakan sebagai imam tetap di rawat dengan baik oleh Konggregasi dan umat berkunjung ke Rumah Romo Sepuh sebagai HORMAT umat pada romo-romo Sepuh.. πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»
  12. Saya tetap hormat kepada romo sepuh sebagai pinisepuh πŸ™πŸ™πŸ™
  13. πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»romo sepuh itu sungguh terawat ntethormat ber bondong2 setiap  saat sowan itu bentuk perhatian  npenghiburan  nagi beliau
  14. saya juga tetap hormat dan mengasihi para romo sepuh.....πŸ™

Memang Sudah Bukan Masanya

Rm. Bambang menangkap bahwa para rasa sepuh Domus memang sudah bebas tugas sehingga sudah tidak lagi aktif di tengah massa umat. Masa aktifnya sudah menjadi perjalanan tempo dulu. Kesimpulan itu berdasar pada ucapan-ucapan :

  1.  Kok tdk mendapat hormat? Merasa ga direwes? Spt mesin tua yg dipojokan, sementara yg muda aktifitas?πŸ˜‚ mendingan mo, mmg itu yg hrs disiapkan bg usia senja, yg rmh tga pun sama, anak2nya sibuk, sampai kdg pertanyaannya, pingin apa ? Trus yg muda sibuk lg
  2. Krn tergerus oleh jaman juga Romo yg setiap tahun baru, serba canggih, jd mgkn Romo sepuh terlupakan, orangnya maupun karyanya, hanya yg mengenal yg sesama usianya, mgkn anak² jama. Sekarang udh engga kenal lagi klo bukan dari Oma2nya yg kenalin. Bahkan orangtua di panti jompo pun juga begitu. Apalagi veteran
  3. Weeeeh isih njaluk penghormatan ta?

Lain-lain

Rm. Bambang menemukan beberapa ucapan yang malah ikut bertanya-tanya. Bahkan ada yang mengira itu adalah ucapan dari rama Domus. Ucapan-ucapan yang muncul adalah sebagai berikut :

  1. Sy tdk dpt memikir kata2 itu itu Romo malahan hnya terheran- heran.
  2. Hormat yg dimaksud seperti apa ya  Romo ? Saya agak bingung,secara  pribadi  kdg saya merasa agak takut untuk ngajak ngobrol, takut terganggu , jd kaku rasanya, salah tingkah sendiri, dasar saya orgnya  kurang luwes😁😁,tambah kacau jdnya
  3. Romo,ini perasaan salah satu Romo di domus Pacis ya? Hidup saat ini saja Romo Dulu dapat "Kajen" Semoga besok  " Kajen" dihadapan Tuhan Disyukuri saja Romo masih bisa terawat,makan,tidur ditempat yang layak. Masih ada umat yang peduli melalui doa doanya. Semoga makin "menep" tinggal di domus Pacis. Matur nuwun Berkah DalemπŸ™πŸ™

Santo Romualdus

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 29 Agustus 2013 Diperbaharui: 16 Maret 2017 Hits: 13633

  • Perayaan
    19 Juni
  •  
  • Lahir
    sekitar tahun 951
  •  
  • Kota asal
    Ravenna - Italia
  •  
  • Wafat
  •  
  • 19 Juni 1027 di Val-di-Castro, Italia
    Sebab alamiah
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Tahun 1582 oleh Paus Gregorius XIII

Romualdus, seorang bangsawan Italia, dilahirkan sekitar tahun 951 di Ravenna, Italia. Ketika berumur dua puluh tahun, ia terguncang melihat ayahnya membunuh orang dalam suatu duel hanya karena masalah harta. Romualdus pergi ke biara Benediktin. Ia ingin hidup benar. Ia juga ingin melakukan silih atas perbuatan ayahnya yang kejam.

Alam dan kehidupan biara merupakan hal baru bagi Romualdus. Ia terbiasa hidup mewah dan santai. Pemuda bangsawan itu terkesan dengan teladan hidup para biarawan. Karenanya, ia memutuskan untuk menjadi seorang biarawan pula. Ia mohon pada seorang pertapa yang baik bernama Marinus untuk mengajarkan kepadanya bagaimana menjadi kudus. Keduanya, Marinus dan Romualdus, melewatkan hari-hari mereka dengan memuji dan mencintai Tuhan. Sergius, ayah Romualdus, datang untuk melihat cara hidup baru yang ditempuh puteranya. Ayahnya terperanjat melihat kesederhanaan dan semangat pengangkalan diri. Ia sadar bahwa pastilah terdapat sukacita besar di sana karena puteranya dengan rela memilih untuk tinggal di sana. Itulah yang dikehendakinya. Ia meninggalkan harta kekayaannya lalu mengikuti jejak puteranya dan melewatkan sisa hidupnya sebagai seorang biarawan juga.

Di kemudian hari, Romualdus membentuk Kongregasi Benediktin Kamaldoli (OSB Cam). Ia menjelajah seluruh Italia untuk membentuk pertapaan-pertapaan dan biara-biara. Ke mana pun ia pergi, ia memberikan teladan penyangkalan diri yang mengagumkan bagi para biarawannya. Selama satu tahun penuh, yang menjadi makanannya setiap hari hanyalah sejumput kacang rebus. Kemudian selama tiga tahun, ia hanya makan dari sedikit hasil tanaman yang ia tanam sendiri. Melalui mati raga yang dilakukannya itu, Romualdus semakin dekat dengan Tuhan.

Romualdus wafat pada tanggal 19 Juni 1027 di biara Valdi-Castro. Ia berada sendirian di kamarnya dan wafat dengan tenang, tanpa diragukan lagi dengan membisikkan doa kesukaannya: “Oh, Yesus-ku yang manis! Tuhan hatiku! Sukacita bagi jiwa-jiwa murni! Tujuan dari segala yang aku dambakan!”

Lamunan Pekan Biasa XI

Kamis, 19 Juni 2025

Matius 6:7-15

7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. 8 Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. 9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, 10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. 11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya12 dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; 13 dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.) 14 Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. 15 Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, bagi kaum beragama dosa adalah realitas. Setiap orang selalu mengalami berdosa.
  • Tampaknya, sekalipun sudah menjalani tobat, orang akan selalu jatuh dalam dosa. Untuk yang ingin selalu suci dan bebas dari dosa, orang bisa frustasi karena selalu saja jatuh dalam kekeliruan hidup.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun dosa selalu mewarnai hidup, orang akan selalu mengalami pengampunan Tuhan kalau selalu mengembangkan sikap hati mengampuni yang bersalah kepadanya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa pengembangan diri sebagai pengampun adalah kunci pembuka pintu pengampunan surgawi. 

Ah, bagaimanapun juga yang namanya manusia memang adalah pendosa.

Perayaan untuk Mgr. Blasius Pujaraharja


Ketika para rama Domus sedang makan malam pada Senin 16 Juni 2025, tampaklah seorang ibu masuk di aula Domus. "Eeee, Mbak Idaaaa ....." seru Bu Rini yang saat itu belum pulang meninggalkan Domus. Setelah tampak omong-omong berdua antara Bu Rini dan Bu Ida, Bu Rini mendekati Rm. Hartanta di ruang makan. "Rama benjing masakipun wonten pundi?" (Rama, besok mana tempat untuk memasak). Rm. Hartanta memberi jawaban agar pelaksanaan masak bisa di depan kamar Rm. Yadi. Pada Selasa 17 Juni 2025 Domus Pacis memang menghadirkan tamu cukup banyak. Domus akan menyediakan konsumsi untuk 125 porsi. Rm. Hartanta minta Bu Rini untuk menghadirkan ibu-ibu Paroki Medari yang menjadi Tim Masak untuk mencari dana pembangunan gereja Medari. Maka, peristiwa Selasa 17 Juni 2025 juga dijadikan momen ikut membantu sedikit sumbangan kepada Paroki Medari.

Sehari berikutnya, Selasa 17 Juni 2025 di sore hari, banyak tamu datang di Domus Pacis. Pada jam 17.30 dimulailah Misa yang diselenggarakan secara khusus. Kalau dikatakan khusus karena ada Kor yang mengiringi. Rm. Bambang minta bantuan ke umat Lingkungan Sengkan, Paroki Banteng, sebagai kelompok kor. Mereka menyanyi dengan sungguh apik. Rm. Hartanta memimpin Misa dan meminta Rm. Bambang untuk memberikan prakata dan minta Rm. Jarot untuk menyampaikan homili. Hari itu Domus Pacis merayakan ulang tahun tahbisan ke 46 Mgr. Blasius sebagai uskup. "Mgr. Blasius sungguh hebat. Sebagai uskup sudah 46 tahun. Menerima tahbisan imamat sudah 64 tahun. Kini beliau sudah berusia 90 tahun lebih 5 hari". Pada saat Rm. Jarot menyampaikan homili, beliau berusaha mengadakan interaksi dengan Mgr. Blasius. Tetapi Mgr. Blasius diam saja. Keluarga yang ada di dekatnya menggoyangkan tubuh beliau. Diam saja. Bu Rini, salah satu karyawan Domus, menarik beliau dengan kursi roda di bawa meninggalkan Misa. Sementara itu Rm. Jarot meneruskan homili. Ketika Misa kembali ke Rm. Hartanta, Mgr. Blasius dibawa kembali di Kapel diposisikan dekat Rm. Bambang. Beliau bisa ikut terlibat membacakan bagian Doa Syukur Agung dan tampak segar hingga Misa selesai dan makan malam bersama sesudah Misa. "Le dhahar pun kados biasane" (Beliau makan seperti biasa) kata Rm. Hartanta. Ternyata kata Bu Rini "Tadi mengalami drop gula darah. Sesudah minum 2 gelas teh manis, Mgr. Blasius segar kembali".

Tuesday, June 17, 2025

Santa Marina

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 13 April 2017 Diperbaharui: 26 Oktober 2019 Hits: 15694

  • Perayaan
    18 Juni
    17 Juli (di Venice Italia)
  •  
  • Lahir
    Hidup pada abad ke-8
  •  
  • Kota asal
    Byzantine Syria (sekarang Libanon).
  •  
  • Wafat
  •  
  • Sekitar tahun 750 di Biara Qannubin Libanon
    Sebab alamiah
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Santa Marina dikenal juga sebagai Santa MarinusSanta Marina dari BithyniaSanta Marina rahib, dan Santa Marina dari Pelagia. Ia hidup pada abad ke-8 di Byzantine Syria, di daerah yang saat ini menjadi wilayah negara Libanon. Ia adalah putri tunggal seorang pedagang Kristen yang makmur bernama Eugenius. Ibunya meninggal dunia ketika ia masih kanak-kanak dan ia dibesarkan ayahnya dalam tradisi Kristen yang ketat. Setelah Mariana beranjak dewasa, Eugenius berencana menikahkannya, lalu pensiun dan menjalani hidup religius sebagai seorang biarawan.

Marina menolak rencana ayahnya. Ia tidak ingin hidup berumah-tangga dan telah berkaul untuk tetap suci serta mempersembahkan dirinya kepada Tuhan. Ketika Eugenius berkeras, Marina meluluhkan hati ayahnya dengan berkata : “Bagaimana bisa seorang ayah berupaya menyelamatkan jiwanya sendiri dan melupakan keselamatan jiwa putrinya.?”

Marina menyakinkan Eugenius bahwa ia dapat menyamar sebagai seorang biarawan dan tinggal dalam biara bersama ayahnya. Dia segera mencukur rambutnya lalu mengganti pakaiannya dengan jubah biarawan. Kesungguhan Marina membuat Eugenius mengalah. Ia lalu memberikan semua harta miliknya kepada orang miskin lalu bersama Marina yang kini berganti nama menjadi “Marinus”, masuk Biara Qannoubine di Lembah Kadisha Libanon. Biara ini masih berdiri hingga saat ini dan merupakan salah satu biara tertua dalam Gereja Maronite.

Setelah sepuluh tahun hidup bersama dalam keheningan biara, menyatu dalam lantunan doa, puasa, dan bersama-sama bermadah memuji kemuliaan Tuhan di surga, Eugenius meninggal dunia. Marina terus bertahan dalam biara dan menjalani matiraga dan hidup asketis yang sangat ketat dalam sel pertapaaan. Ia tetap mampu menyembunyikan jati dirinya sebagai seorang wanita walaupun para saudaranya dalam biara telah menjadi curiga ketika mendengar suaranya yang lembut kala ia melantunkan madah pujian.

Suatu hari, biarawan “Marinus” difitnah telah menghamili putri pemilik penginapan. Ia menerima fitnah keji itu dengan diam tanpa membela diri. Abbas (kepala biara) menjadi sangat marah dan mengusirnya keluar. Marina keluar dari biara, namun ia tetap tinggal di depan pintu gerbang dan hidup sebagai seorang peminta-minta. Saat wanita yang memfitnahnya melahirkan, bayinya ia serahkan kepada Marina. Bayi yang tidak berdosa tersebut dibesarkan Marina dengan susu domba yang diberikan oleh sahabatnya para gembala. Selama bertahun-tahun Marina berjuang memelihara anak tersebut dengan mengemis di pintu gerbang biara. Sepuluh tahun kemudian, para biarawan yang iba padanya, berhasil meyakinkan Abbas untuk menerimanya kembali dalam biara.

Marina diijinkan tinggal dalam biara dengan syarat harus menjalani penitensi yang berat. Setiap hari ia harus mengerjakan banyak pekerjaan kasar seperti memasak, menimba air dan membersihkan biara; di samping menjalankan tugas rutinnya sebagai seorang rahib dalam masa penitensi. Marina berterimakasih kepada Abbas dan menjalani semua penitensinya dalam ketenangan batin yang luar biasa. Ia tidak pernah mengeluh, meski semua pekerjaan beratnya telah meremukkan tubuhnya.

Pada usia empat puluh tahun, Marina jatuh sakit dan meninggal dunia tiga hari kemudian. Abbas memerintahkan agar tubuhnya dimandikan dan dikenakan jubah baru untuk upacara pemakaman.  Saat itulah para rahib menyadari jati diri saudara mereka rahib “Marinus” yang sebenarnya. Hal ini membuat mereka sangat tertekan. Abbas dipanggil dan datang sambil menangis tersedu-sedu disisi pembaringan Marina. Dengan berlinang airmata Abbas memukuli dadanya menyesali segala kekeliruan yang telah dilakukannya.  Putri pemilik penginapan juga dipanggil dan diberitahukan bahwa rahib “Marinus” adalah seorang wanita.  Biang fitnah itu jatuh berlutut disisi Marina, menangis dan memohon pengampunan atas semua rasa sakit dan penderitaan yang harus ditanggung Marina karena fitnahannya yang keji.

Dalam misa pemakamannya, seorang biarawan tua yang buta sebelah matanya tiba-tiba dapat melihat secara penuh sesaat setelah ia menyentuh kaki Marina. Dengan penuh rasa syukur, para rahib lalu memadahkan lagu pujian atas Keagungan Tuhan yang telah mengukuhkan kesucian Marina melalui mujizat penyembuhan ini. Setelah ia dimakamkan, banyak mujizat dilaporkan terjadi pada umat yang berziarah dan berdoa di makam Marina.

Putri pemilik penginapan juga berziarah ke makam Santa Marina bersama seorang prajurit Romawi, lelaki yang dulu telah menghamilinya. Mereka berdua berdoa memohon pengampunan atas dosa yang telah mereka lakukan. Bersama-sama mereka lalu menjalani pengakuan dosa di depan umum, yang disaksikan oleh Abbas, para biarawan dan umat di Lembah Kadisha. Mereka berdua bertobat setelah tidak tahan disiksa rasa bersalah karena telah memfitnah dan menyakiti seorang wanita suci. Tradisi Gereja Maronite bahkan mengatakan : Tuhan mengijinkan setan untuk menyiksa mereka berdua setiap malam. Penyiksaan baru berhenti setelah mereka menjalani pengakuan dosa didepan umum.

Santa Marina dihormati sebagai seorang kudus oleh Gereja Katolik Roma, Gereja Maronite, Gereja-gereja Orthodox Timur dan Gereja Koptik Mesir. Dalam Gereja Katolik Roma, pestanya dirayakan pada setiap tanggal 18 juni. Pada tanggal 17 Juli 1230, Relikwi Santa Marina dibawa dari Libanon ke Venice Italia. Karena itu umat di kota Venice juga merayakan tanggal 17 Juli sebagai peringatan Hari Translasi Relikwi Santa Marina. Relikwi pahlawan iman ini kini disemayamkan disebuah gereja yang di dedikasikan bagi dirinya;  Gereja Santa Marina - Venice Italia.(qq)

Lamunan Pekan Biasa XI

Rabu, 18 Juni 2025

Matius 6:1-6.16-18

1 "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. 2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. 4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

5 "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembuny . Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.16 "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 17 Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, 18 supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, yang namanya puasa juga menjadi bagian penghayatan keagamaan. Dalam berpuasa orang melakukan mati raga karena menjadi kegiatan yang mentidaknyamankan badan.
  • Tampaknya, dengan kegiatan mati raga orang mengembangkan hidup rohani. Ini adalah tindakan untuk mendekatkan diri pada Tuhan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun dalam puasa memang ada kegiatan matiraga untuk mendekatkan diri pada Tuhan, kalau ketidakenakan badan ditunjukkan kepada orang lain itu jatuh menjadi kemunafikan untuk tebar citra. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang dalam berpuasa akan tampil segar sehingga ketidakenakan badan menjadi kesibukan batin mengikuti Tuhan. 

Ah, bagaimanapun juga puasa itu tidak enak.

Monday, June 16, 2025

Kondisi Melemah

Pagi itu, ketika makan bersama hari Senin 16 Juni 2025, Rm. Harto tampak diam saja. Sekalipun cukup pelan dan agak susah beliau selalu diminta untuk makan sendiri. Tujuannya untuk membuat Rm. Harto selalu menggerakkan tangan sekalipun waktu makan jadi cukup lama. Tetapi pagi itu beliau tidak menggerakkan tangannya. Ketika karyawan menghampiri, ternyata kondisi Rm. Harto lemas. Beliau kemudian diajak masuk kamar dan dilayani tersendiri di kamarnya. Ketika makan siang Rm. Harto tidak tampak di ruang makan. Ketika doa pembuka makan siang selesai, Rm. Hartanta memutuskan untuk membawa Rm. Harto ke Rumah Sakit Panti Rapih dengan ambulans Domus. 

Pada jam 12.32 ada informasi tentang Rm. Harto dari Rm. Hartanta yang dikirim ke WA Rm. Bambang "Rm Suharto diantar ke IGD krn 3 hari tidak bisa BAB dan badannya demam. Ini sudah diberi obat penurun panas dan akan difoto. Setelah difoto akan diberi alat bantu sonde untuk membantu makan dan mengeluarkan gas di dalam perutnya." Pada jam 14.48 ada lagi informasi dari Rm. Hartanta "Rm Suharto Widodo dirawat di Lukas 311. Nuwunnn". Sebenarnya Rm. Harto pada minggu-minggu ini memang sedang berurusan dengan dokter di Panti Rapih. Ada beberapa terapi yang menjadi tahapan proses penangan. Pada Kamis tanggal 12 Juni 2025 beliau direncanakan berjumpa dengan dokter. Akan tetapi pada waktu itu dokter yang bersangkutan sedang tidak praktek.

Santa Emilia de Vialar

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 29 Agustus 2013 Diperbaharui: 15 Juni 2016 Hits: 19377

  • Perayaan
    17 Juni
  •  
  • Lahir
    Tahun 1797
  •  
  • Kota asal
    Gaillac - Perancis
  •  
  • Wafat
  •  
  • 24 Agustus 1856 | Oleh sebab alamiah
  •  
  • Venerasi
    19 Maret 1935 oleh Paus Pius XI
  •  
  • Beatifikasi
    18 Juni 1939 oleh Paus Pius XII
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Tahun 1951 oleh Paus Pius XII

Emilia de Vialar lahir dari sebuah keluarga bangsawan. Ia adalah anak tertua dari tiga bersaudara, dan putri satu-satunya dari  Baron James Agustine dan Antoinette de Vialar. Karena sentimen anti Gereja Katholik pada tahun-tahun awal setelah Revolusi Perancis, Emilia dibaptis secara sembunyi-sembunyi, dan belajar agama secara diam-diam di rumah oleh ibunya. Pada usia 7 tahun ia dikirim ke Paris, Perancis untuk pendidikannya. Ibunya meninggal ketika Emilia berusia 15 tahun, dan gadis itu kembali ke rumah untuk menemai ayahnya.

Baron de Vialar berusaha mencarikan seorang suami yang pantas bagi puterinya. Tetapi, ia menjadi marah ketika Emilia menolak mentah-mentah untuk menikah. Ayahnya kerap kali memulai perdebatan dan membentak-bentak Emilia dalam amarah. Emilia tahu bahwa ia rindu menjadi seorang biarawati religius dan mempersembahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan.

Ketika Emilia berusia duapuluh satu tahun, seorang imam baru tiba di Gaillac. Imam itu adalah Romo Mercier. Ia membimbing Emilia dalam panggilannya. Emilia berniat membantu orang-orang yang miskin dan sakit. Romo Mercier membantunya membuka sebuah pelayanan umum di serambi rumah de Vialar. Ayah Emilia tidak senang dengan segala gangguan ini. Saling bersitegang antara Emilia dan ayahnya berlangsung hingga limabelas tahun lamanya. Kemudian, kakek Emilia, Baron de Portal, meninggal dunia. Kakeknya meninggalkan warisan untuk Emilia dan pada akhirnya Emilia dapat memiliki kebebasan yang dibutuhkannya untuk memulai karya besar bagi Tuhan. Dengan bantuan Romo Mercier, Emilia membeli sebuah rumah besar di kota kediamannya. Ia dan tiga perempuan lain memulai suatu ordo religius. Mereka mendesain jubah dan memilih nama. Mereka menyebut diri sebagai Suster-suster St. Yosef dari Penampakan. (Dalam Injil Matius, seorang malaikat menampakkan diri kepada Yosef untuk memberitahukan kepadanya bahwa anak dalam rahim Maria adalah dari Tuhan.)

Uskup Agung memberkati kongregasi dan pelayanan mereka. Para biarawati ini membaktikan diri dalam pelayanan fakir miskin dan orang-orang sakit, pula dalam pendidikan anak-anak. Dalam waktu tiga bulan, duabelas perempuan muda menggabungkan diri. Sr Emilia mengucapkan kaul pada tahun 1835 bersama dengan tujuhbelas biarawati lainnya. Uskup Agung memberikan persetujuan atas regula para biarawati ini.    

Suster-suster St Yosef mulai membuka cabang-cabang biara. Pada tahun 1847, para biarawati pergi ke Birma dan pada tahun 1854 ke Australia. Dalam jangka waktu empatpuluh tahun, Moeder Emilia melihat kongregasinya berkembang dari serambi rumahnya di Gaillac, Perancis menjadi empatpuluh biara di segenap penjuru dunia.

Moeder Emilia menulis banyak surat yang mengungkapkan kasihnya yang luar biasa kepada Tuhan, kepada Gereja dan kepada sesama. Ia memberikan perhatian kepada semua orang. Ia melihat dalam hatinya orang-orang di mana saja yang membutuhkan kebenaran Injil dan kasih yang didatangkan oleh Kekristenan. Ia memohon kepada Yesus kekuatan yang ia butuhkan untuk terus maju. Kesehatan Moeder Emilia mulai memburuk sekitar tahun 1850. Ia wafat pada tanggal 24 Agustus 1856.

Lamunan Pekan Biasa XI

Selasa, 17 Juni 2025

Matius 5:43-48

43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. 44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. 45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. 46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? 47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? 48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, permusuhan di antara manusia adalah hal wajar selalu ada. Ada saja orang yang memang berperangai buruk dan selalu berseberangan bahkan mengusik kenyamanan hidup orang lain.
  • Tampaknya, sebaik apapun seseorang pastilah ada orang yang tidak suka bahkan memusuhi. Bagaimanapun juga permusuhan dipandang sebagai kondisi tidak baik.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun permusuhan dipandang sebagai buruk, bagi orang yang sungguh beriman kondisi permusuhan justru menjadi kesempatan istimewa untuk memperdalam penghayatan diri sebagai keluarga ilahi yang membuka bertindak baik untuk dinikmati oleh siapapun termasuk musuh. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang dalam berbuat baik tak akan tertutup hanya dengan kelompok sendiri atau yang hanya dicocoki.

Ah, bagaimanapun juga musuh harus dijauhi dan disingkiri.

Sunday, June 15, 2025

Kidung untuk Ultah Kelahiran Rama Domus

Entah bagaimana tiba-tiba Rm. Bambang membuat kidung macapat untuk ulang tahun ke 88 Rm. Yadi pada 29 Mei 2025. Macapat adalah "bentuk seni tradisional Jawa yang berupa puisi atau tembang yang dinyanyikan dengan aturan tertentu" (https://www.google.com/search?q=macapat&oq=Macapat&gs_lcrp). Katanya ada 11 macam macapat. Rm. Bambang ambil jenis gambuh "Samengko sewlas windu; Rama Yadi wolungpuluh wolu; Wus kapareng ngenyam nugrahaning Gusti; Saka miyos garba ibu; Nganti Domus ing samengko" (Kini sebelas windu; Delapanpuluh delapan sudah Rama Yadi; Sudah boleh menikmati anugrah Tuhan; Dari lahir rahim bunda; Hingga kini tinggal di Domus). Di dalam Tik Tok bambangsutrisno9154 dibuka sebanyak 2.301 kali; 442 like; 79 komentar. Dengan 2.301 kali dibuka, Rm. Bambang merasa senang sekali karena Tik Tok tayangannya biasa dibuka sekitar 300 kali dan paling banyak menembus angka 600 kali.

Membuat kidung macapat diulangi lagi oleh Rm. Bambang pada tanggal 12 Juni 2025 ketika Mgr. Blasius Pujaraharja berulang tahun kelahiran ke 90. Dia ambil jenis mijil "Nawa dasa warsa puniki; Sepuluh ping sanga; Monsinyur Blasius wus yuswane; Rolas Juni ing taun puniki; Ayo padha muji; Gambira rahayu" (Sembilan sepuluh tahun kini; Sepuluh kali sembilan; Usia Monsinyur Blasius sudah; Pada tanggal 12 tahun tahun kini; Marilah meluhurkan Tuhan; Semoga bahagia dan tenteram).  Ternyata pada waktu masuk dini hari ke 4 ada 32.700 kali dibuka; 1.927 like, dan komentar 105 kali. Sebenarnya pada tanggal 12 Juni 2025 pada hari ulang tahun Mgr. Blasius, Rm. Hartanta mengatakan "Jan-jane isa dialbumke lho" (Sebenarnya bisa dibuat album lho). Di saat itulah Rm. Bambang berpikir membuat lagi untuk tanggal 29 Juni 2025 di hari ulang tahun kelahiran ke 76 Rm. Petrus Supriyanta. "Apakah setiap ada ulang tahun kelahiran rama Domus aku harus buat kidung macapat?" katanya dalam hati. Tampaknya orang serumah (para rama, karyawan, dan keluarga yang ikut makan siang karena kidung selalu dilantunkan pada makan siang bersama) merasa senang. Hanya Bu Rini, salah satu relawan, yang merasakan sebagai keanehan dengan komentar "Seperti Misa arwah". Tiba-tiba Bu ini pada Minggu 15 Juni 2025 jam jam 16.55 mengirim copy Tik Tok kidungan macapat tanggal 12 Juni 2025 dalam WA Rm. Bambang. Bu Rini memberi narasi "jebul viral ..... jebul apik yo" (Ternyata viral ..... ternyata baik, ya). Rm. Bambang menanggapi "Rumangsamu mung nggo pengetan arwah ta?" (Anggapanmu hanya untuk peringatan arwah, kan?) dan Bu Rini menjawab "la iyoo kirain cuma klo peringatan arwah arwah. soale klo nyewu itu biasanya ada gitu". Rm. Bambang kalau diundang keluar Domus memang biasa untuk Misa arwah. Dalam homili dia biasa mengidungkan macapat untuk ayat yang dijadikan fokus.

Santo Yohanes Fransiskus Regis

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 29 Agustus 2013 Diperbaharui: 15 Juni 2016 Hits: 10870

  • Perayaan
    16 Juni
  •  
  • Lahir
    31 January 1597
  •  
  • Kota asal
    Fontcouverte, Languedoc - Perancis Selatan
  •  
  • Wafat
  •  
  • 31 Desember 1640 | Sebab alamiah
  •  
  • Beatifikasi
    18 Mei 1716, oleh Paus Klemens XI
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 5 April 1737 oleh Paus Klemens XII

Orang kudus Perancis ini dilahirkan pada tahun 1597. Ketika usianya delapanbelas tahun, ia bergabung dengan Serikat Jesus. Di seminari, kasih Yohanes kepada Tuhan dan panggilannya ditunjukkannya dengan cara ia berdoa. Ia juga bersemangat mengajar katekese di paroki-paroki apabila ia dapat.

Setelah ditahbiskan sebagai imam, St.Yohanes Fransiskus memulai karyanya sebagai seorang misionaris pengkhotbah. Ia menyampaikan khotbah-khotbah sederhana yang berasal dari hatinya. Teristimewa ia berbicara kepada kaum miskin dan rakyat jelata. Mereka berduyun-duyun datang untuk mendengarkannya. Yohanes melewatkan pagi hari dalam doa, melayani Sakramen Tobat dan menyampaikan khotbah. Siang hari ia mengunjungi penjara-penjara dan rumah-rumah sakit. Kepada seorang yang mengatakan kepadanya bahwa para narapidana dan para perempuan tidak baik yang ia pertobatkan tidak akan bertahan lama menjadi orang baik, orang kudus ini menjawab, “Apabila usahaku dapat menghentikan hanya sekedar satu dosa saja, maka aku akan menganggapnya berguna.”

St. Yohanes Fransiskus menjelajah hingga ke paroki-paroki di pegunungan liar bahkan di hari-hari yang dingin menggigit di musim dingin demi menyampaikan misinya, “Aku melihatnya berdiri sepanjang hari di atas tumpukan salju di puncak bukit sedang menyampaikan khotbah,” kata seorang imam, “dan kemudian ia melewatkan sepanjang malam dengan mendengarkan pengakuan dosa.” Terkadang ia bersiap berangkat ke suatu kota yang jauh pada pukul tiga dini hari dengan beberapa buah apel di kantongnya sebagai santapannya sepanjang hari itu.

Suatu ketika, dalam perjalanan ke suatu dusun, St. Yohanes Fransiskus terjatuh dan kakinya patah. Tetapi ia tetap meneruskan perjalanannya dengan bertopang pada sebatang tongkat dan pada bahu seorang teman. Ketika tiba di dusun, ia langsung mendengarkan pengakuan dosa. Ia tidak memeriksakan kakinya. Di akhir hari itu, ketika dokter memeriksanya, kakinya telah sembuh sama sekali secara ajaib.

St. Yohanes Fransiskus Regis wafat di salah satu misi khotbahnya. Ia jatuh sakit parah kala tersesat pada malam hari di hutan. Sesaat sebelum wafat ia berseru, “Aku melihat Tuhan kita dan BundaNya membukakan pintu gerbang surga bagiku.” Ia wafat pada tanggal 31 Desember 1640.

Pada tahun 1806, seorang peziarah menggabungkan diri dalam khalayak ramai yang berdoa di tempat ziarah St. Yohanes Fransiskus Regis. Peziarah ini yakin sepanjang hidupnya bahwa dengan perantaraan santo inilah ia mendapatkan panggilannya menuju imamat. Pemuda ini kelak dikenal sebagai St. Yohanes Maria Vianney, Imam dari Ars.

Lamunan Pekan Biasa XI

Senin, 16 Juni 2025

Matius 5:38-42

38 Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. 39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. 40 Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. 41 Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. 42 Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, terhadap orang yang mencelakakan seseorang akan sulit untuk melupakannya. Bahkan bisa jadi akan menuntut balas.
  • Tampaknya, orang memang bisa tahu bahwa pengampunan adalah keutamaan yang amat agung. Tetapi untuk mengampuni orang yang menjahati, bagaimanapun juga itu susah sekali untuk dilakukan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun melalaikan orang yang menjahati amat sulit dilakukan apalagi untuk mengampuni, untuk yang mengikuti tuntunan relung hati orang akan mengembangkan tindakan baik yang berlawanan dengan tindakan jahat yang diterima. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan merasa mendapatkan amanat untuk mengembangkan kebaikan yang berlawanan dengan tindakan buruk ketika menerimanya.

Ah, pembalasan kejahatan itu adalah pendidikan agar orang jahat bisa bertobat.

Saturday, June 14, 2025

PUPIP Pugeran

Pada Sabtu pagi 14 Juni 2025 sekitar jam 09.00 salah satu karyawan berkata kepada Rm. Bambang yang baru asyik melihat sinetron "Rama, tamune pun sami dhateng" (Rama, tamu sudah pada datang). Ketika makan pagi Rm. Hartanta sudah mengumumkan bahwa pagi itu akan datang PUPIP Paroki Pugeran pada jam 09.30. PUPIP adalah Paguyuban Umat Pamitran Imam Praja. Kebetulan ketika keluar dari kamar, Rm. Bambang dihampiri oleh dokter Gaga dari RS Panti yang setiap Sabtu memang memeriksa para rama Domus. Terjadilah omong-omong dengan dokter Gaga yang bilang ayah dan ibu serta anak cucu ingin ikut Misa di Domus. Ketika menjumpai para tamu PUPIP, salah satu berkata "Rama Hartanta paring wekdal jam setengah sedasa ngantos sewelas. Menika mruput amargi bagi rapat rumiyin" (Kami diberi waktu oleh Rm. Hartanta dari jam 09.30 hingga 11.00. Kami datang awal karen akan rapat lebih dahulu). 


Mendengar paparan itu Rm. Bambang langsung berkata "Nek ngono rapata dhisik. Aku tak nyingkir" (Kalau begitu silahkan rapat dan saya akan menyingkir). Tetapi para tamu tidak membiarkan Rm. Bambang pergi. Ternyata kemudian Rm. Suhartana dan Mgr. Blasius menyusul ikut menyambut. Entah bagaimana yang terjadi adalah omong-omong santai penuh kelakar. "Monsinyur Blasius rumiyin lema lho" (Dulu Mgr. Blasius itu gemuk lho). Rm. Bambang mengulang dengan suara keras agar beliau mendengar "Monsinyuuuuuur. Wonten ingkang taken. Biyen Mosinyur ki lemu. Kok saiki rada nggembos" (Monsinyur, ada yang bertanya. Dulu Anda gemuk. Mengapa sekarang agak gembos). Kata-kata Rm. Bambang membuat para tamu tertawa. Ternyata Mgr. Blasius menjawab "Sekarang harus diet". Ketika sampai Rm. Suhartana, ada salah satu ibu yang ternyata berusia 91 tahun berkata "Dulu di Pugeran ada Rm. Suhartana. Tapi orang diam terus". Kepada Rm. Suhartana, yang pada tahun 1980an memang berkarya di Paroki Pugeran, Rm. Bambang berkata "Jarene njenengan riyin mboten nate omong" (Katanya dulu Anda tak pernah bicara). Ibu lansia itu masih bilang "Mbiyen ora ngono kok" (Dulu tidak begitu) yang disahut oleh Rm. Bambang "Mbiyen kowe kabeh ki rupane ya ayu-ayu" (Dulu Anda semua juga berparas cantik) yang membuat gelak tawa. Ternyata omong-omong santai penuh kelakar bisa berjalan lebih dari 1 jam. Ketika Rm. Jarot bergabung, beliau hanya ikut sekitar 15 menit. Rm. Suhartana menutup dengan doa dan berkat. Kemudian dilanjutkan dengan foto bersama.

Santa Germana dari Pibrac

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 28 Agustus 2013 Diperbaharui: 11 Juni 2016 Hits: 12363

  • Perayaan
    15 Juni
  •  
  • Lahir
    Tahun 1579
  •  
  • Kota asal
    Pibrac, Perancis
  •  
  • Wafat
  •  
  • Tahun 1601 dalam kandang di belakang rumah orang tuanya di Pibrac Perancis. | Sebab alamiah
  •  
  • Beatifikasi
    7 Mei 1864 oleh Beato Paus Pius IX
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 29 Juni 1867 oleh Beato Paus Pius IX

Pibrac adalah sebuah dusun kecil di Perancis di mana Germana dilahirkan sekitar tahun 1579. Ia menghabiskan seluruh hidupnya di sana. Germana seorang gadis yang selalu sakit-sakitan. Ia tidak cantik. Tangan kanannya cacat dan ia juga terkena penyakit Scrofula.

Ayahnya kurang memperhatikannya. Ibu tirinya tidak suka ia berada dekat anak-anaknya yang sehat. Jadi, Germana tidur di kandang bersama domba-dombanya, bahkan pada musim dingin. Bajunya compang-camping dan ia menjadi bahan olok-olok anak-anak lain. Sepanjang hari Germana menjaga kawanan dombanya di padang. Apabila ia pulang ke rumah pada malam hari, ibu tirinya acap kali berteriak padanya dan memukulinya.

Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah ~ Mat 5:8

Namun demikian, gadis malang ini hidup dengan takut akan Tuhan. Dalam penderitaannya Ia memiliki karunia untuk merasakan kehadiran Yesus. Ia dapat berbicara kepada Tuhan Yesus dan ia ingat bahwa Yesus senantiasa bersamanya sepanjang waktu. Setiap hari ia selalu ambil bagian dalam Perayaan Misa. Konon beberapa kali ketika Germana hendak pergi mengikuti misa di gereja desa, ia harus menyebrang sungai, dan sungai itu membelah memberi jalan baginya. Air sungai tidak membasahi pakaiannya sedikitpun. Saat ia berada di Gereja Ia meninggalkan kawanan dombanya dalam penjagaan malaikat pelindungnya. Tak pernah sekali pun domba-domba itu keluar melewati batas tongkat gembalanya yang ia tancapkan ke tanah.

Germana seringkali mengumpulkan anak-anak kecil dan mengajarkan iman kepada mereka. Ia ingin agar hati anak-anak itu dipenuhi cinta Tuhan. Semampunya, ia juga berusaha membantu mereka yang miskin. Ia membagi sedikit makanan yang diberikan kepadanya dengan para pengemis. Pada suatu hari di musim dingin, ibu tirinya menuduh Germana mencuri roti. Wanita itu mengejarnya dengan tongkat dan menarik celemeknya untuk memeriksa. Tetapi, yang jatuh dari celemek baju Germana bukanlah roti, melainkan bunga-bunga musim semi.

Sekarang, orang-orang tidak lagi memperoloknya. Malahan, mereka mengasihi dan mengaguminya. Ia boleh tinggal dalam rumah ayahnya, tetapi Germana memilih untuk tetap tidur di kandang.

Suatu hari pada tahun 1601, ketika usianya dua puluh dua tahun, ia ditemukan wafat di atas tempat tidur jeraminya. Hidupnya yang sarat dengan penderitaan sudah berakhir. Namun kisah Germana belum berakhir. Tuhan mengadakan mukjizat-mukjizat untuk menunjukkan bahwa ia seorang kudus.

Pada tahun 1644, kuburnya dibongkar karena salah seorang keluarganya akan dikubur bersama dengannya. Tubuh Germaine ditemukan masih utuh. Kabar tentang tubuhnya yang masih utuh segera menyebar dan banyak orang datang untuk menyaksikan keajaiban ini. Seorang pengunjung yang sedang sakit menyentuh jenazah Germana dan seketika itu ia menjadi sembuh.

Tercatat lebih dari 400 mukjizat atau rahmat yang luar biasa diterima melalui perantaraan Santa Germana. Antara lain penyembuhan berbagai macam penyakit seperti kebutaan kongenital dan kebutaan akibat penyakit, Sakit pinggul dan sakit tulang belakang. Juga sebuah mujizat penggandaan makanan untuk Komunitas religius Gembala baik di Bourges Perancis pada tahun 1845.

Santa Germana dinyatakan kudus dua abad kemudian, tepatnya pada tanggal 29 Juni 1867 oleh Beato Paus Pius IX.

Rm. Harto di RS Panti Rapih

Rm. Fransiscus de Sales Suharto Widodo adalah salah satu penghuni Domus Pacis Santo Petrus, Kentungan. Kalau Rm. Yadi tercatat sebagai pengh...