Trihari Suci di Domus Pacis Santo Petrus ternyata membuat banyak umat ikut. Memang, yang paling banyak adalah Perayaan Misa Malam Paskah pada Sabtu sore 19 April 2025. Pada Malam Paskah umat peserta memang diminta mendaftarkan diri. Bersama mereka yang datang tak terdaftar ternyata jumah umat luar Domus yang ikut menyentuh angka 200. Di antara Misa-misa Trihari Suci, Malam Paskah memang disemarakkan oleh kor bapa-bapak dari Sleman Barat, Paroki Medari. Sementara itu Kamis Putih dan Jumlat Agung tidak ada kor pengiring. Bunyi musik keyboard juga tak ada. Meskipun demikian jumlah peserta Misa yang memenuhi Kapel Domus, bahkan di Malam Paskah ada yang duduk di luar Kapel, hal itu juga telah membuat Misa Kamis Putih dan Jumat Agung menjadi sungguh istimewa. Maklumlah, biasanya Misa Harian Domus diikuti oleh sekitar 12 orang yang terdiri dari para rama dan tenaga Domus.Walaupun Malam Paskah jauh lebih meriah dibandingan dengan Kamis Putih dan Jumat Agung, tampaknya ada hal khusus untuk semua Perayaan Trihari Suci Domus yang menghadirkan kesan khusus. Pada umumnya umat yang ikut tampaknya amat tersentuh oleh tampilnya para petugas liturgi. Kecuali kor Malam Paskah, semua petugas berasal dari intern Domus Pacis Santo Petrus. Semua yang bertugas adalah orang-orang yang dalam Hari Besar di paroki tak akan terpakai. Dengan segala "kekurangmutuan"-nya, semua tampil dengan penuh semangat. Dalam Hari Besar Gereja termasuk Trihari Suci, pada umumnya di paroki para petugas biasa dipilih dari orang-orang dan kelompok yang dipandang bagus syukur semi profesional. Itupun masih di-"permutu" dengan latihan-latihan untuk persiapan. Itu tak terjadi di Domus Pacis. Namun demikian Kamis Putih, Jumat Suci, dan Malam Paskah menghadirkan keceriaan umat yang hadir sekalipun kekhidmatan tetap terasa. Kecuali kelompok kor, petugas intern Domus Pacis menjalani apa adanya tanpa persiapan khusus apalagi latihan dan persiapan bersama. Kor, yang beranggota bapak-bapak dan beberapa anak lelaki memang mengadakan latihan setiap Selasa dan Sabtu di Lingkungannya. Tetapi tak ada latihan khusus not lebih satu suara. Katanya, mereka amat senang bertugas kor di Domus. Katanya. Katanya, di Paroki Medari pada umumnya mereka biasa ada dalam tugas parkir dan atau keamanan. Sedang untuk petugas-petugas intern Domus Pacis adalah demikian :
- Para rama sepuh. Yang masih diikutkan bertugas adalah para rama yang masih bisa mengucapkan suara sekalipun lemah volumenya. Ada juga yang pengucapan artikulasinya sudah kerap tidak jelas. Beberapa sering harus berhenti karena mungkin tiba-tiba kabur huruf dalam penglihatan. Ada juga yang keliru pengucapan. Ada yang kalau lebih satu kata yang harus disambung seperti "tiba-tiba", "karya Tuhan", "Bambang Sutrisno", setelah satu kata lalu terhenti. Kemudian karyawan yang membantu memegang mike membisikkan, barulah bisa terulangi dengan benar. Ada juga yang harus dibantu dengan terang lampu dari HP. Yang biasa bersuara cukup terdengar jelas mungkin hanya Rm. Jarot dan Rm. Bambang. Tetapi, sekalipun masih bisa bersuara lantang dan kreatif dalam pembacaan dan menata tampilan, Rm. Bambangpun sudah tidak layak untuk memimpin Misa Paroki. Bukankah Misa Paroki bagaimanapun juga menuntut seorang rama bisa berdiri di belakang altar? Para rama sepuh Domus yang bertugas untuk Trihari Suci, bahkan Misa Palma, adalah Rm. Yadi, Rm. Ria, Rm. Suhartana, Rm. Jarot, Mgr. Blasius, dan Rm. Bambang. Yang bertugas memimpin Misa hanya Rm. Jarot untuk Kamis Putih dan Rm. Bambang untuk Malam Paskah. Yang lain dalam bertugas menyangkut pembacaan Kitab Suci, Doa Umat, dan giliran mengucapkan Doa Syukur Agung.
- Para awam Katolik. Kalau disebut para awam Katolik, ini adalah karyawan yang beragama Katolik dan seorang relawan Domus. Sebenarnya ada 7 orang tenaga Domus yang beragama Katolik : Pak Tukiran, Mas Andre, Mas Hari, Mas Abas, Mas Ardi, Mas Enggar, dan Mbak Sari. Karena Pak Tukiran, Mas Andre, dan Mbak Sari hanya bertugas pagi hingga sore, yang ikut bertugas Misa adalah yang menginap Domus atau juga bisa bergiliran ikut tugas malam. Itulah sebabnya mengapa yang ikut tugas Trihari Suci hanya Mas Hari, Mas Abas, Mas Enggar, dan Mas Ardi. Mereka tidak hanya ikut ditugasi untuk baca Kitab Suci. Mereka juga ikut membacakan Kisah Sengsara Tuhan Yesus Kristus. Sebenarnya semua karyawan selalu sibuk dan siaga melayani para rama untuk keperluan pribadi. Malumlah pada umumnya rama sepuh Domus, karena kondisinya sudah, sudah harus dilayani dalam segalanya. Untuk bertugas menjadi lektor mereka hanya akan persiapan sendiri dengan membaca teks. Selain karyawan ada Bu Rini yang menjadi relawan Domus. Dia juga biasa ikut ditugasi menjadi lektor. Dia akan mempersiapkan diri kalau sudah berada di Domus dan juga mengerjakan hal-hal untuk membantu. Dia akan juga membuka kutipan Kitab Suci lalu membaca. Itupun sering terhenti karena tiba-tiba ada hal lain yang harus diurus.
Tampaknya, semua tugas bahagia sekalipun hanya bermodalkan semangat dedikasi. Hal ini amat kentara pada keceriaan petugas awam. Sedang untuk para rama, tampaknya mereka menjalani tugas dengan rasa bangga bisa mendapatkan giliran.
No comments:
Post a Comment