Hari itu ada pembinaan guru-guru agama. Ternyata ada sementara peserta datang terlalu awal. “Wah, mulainya masih sejam lagi, ya. Sebetulnya enak kalau jajan dulu di warung” salah satu nyeletuk. “Guru agama kok terlalu duniawi” seorang teman mengomentari yang langsung dilibas komentar “Apakah harus masuk ruang doa lalu berdoa Litani Para Kudus?” Teman lain yang datang awal ada yang tertawa dan menimpali “Ya, paling tidak tampil rohanian. Bukankah agama mengajak untuk perhatian ke hidup batin?” Maka ramailah beberapa orang yang datang awal. Mereka ramai adu pandangan tentang fokus kerohanian dalam penghayatan agama dalam tugas sebagai guru agama. Bahkan ada yang mengutip kata-kata Santo Paulus “Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.” (2 Korintus 4:18)
Orang-orang tokoh agama itu kemudian memperlebar
omongan berkaitan dengan realita hidup di dunia. “Bagaimanapun juga kita masih
hidup di dunia. Kita butuh makan. Kita butuh minum. Kita punya urusan kehidupan
keluarga” salah satu menyampaikan pidato singkat. Dukungan terungkap lewat
ucapan lain “Maka kita juga cari uang. Yang guru agama sekolah jelas dapat
gaji. Yang mengajar agama sebagai relawan punya pekerjaan sendiri untuk
mendapatkan uang”. Ternyata salah satu dari mereka mengatakan “Seduniawi apapun
hidup kita, bagaimanapun juga dengan beragama kita harus fokus pada hal
rohani”. Kemudian dia membacakan Injil Matius yang memuat kata-kata Tuhan Yesus
:
"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (6:19-24)
No comments:
Post a Comment