Wednesday, April 9, 2025

Omongan Ngawurologis (5)

Hari itu ada pembinaan guru-guru agama. Ternyata ada sementara peserta datang terlalu awal. “Wah, mulainya masih sejam lagi, ya. Sebetulnya enak kalau jajan dulu di warung” salah satu nyeletuk. “Guru agama kok terlalu duniawi” seorang teman mengomentari yang langsung dilibas komentar “Apakah harus masuk ruang doa lalu berdoa Litani Para Kudus?” Teman lain yang datang awal ada yang tertawa dan menimpali “Ya, paling tidak tampil rohanian. Bukankah agama mengajak untuk perhatian ke hidup batin?” Maka ramailah beberapa orang yang datang awal. Mereka ramai adu pandangan tentang fokus kerohanian dalam penghayatan agama dalam tugas sebagai guru agama. Bahkan ada yang mengutip kata-kata Santo Paulus “Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.” (2 Korintus 4:18)

Orang-orang tokoh agama itu kemudian memperlebar omongan berkaitan dengan realita hidup di dunia. “Bagaimanapun juga kita masih hidup di dunia. Kita butuh makan. Kita butuh minum. Kita punya urusan kehidupan keluarga” salah satu menyampaikan pidato singkat. Dukungan terungkap lewat ucapan lain “Maka kita juga cari uang. Yang guru agama sekolah jelas dapat gaji. Yang mengajar agama sebagai relawan punya pekerjaan sendiri untuk mendapatkan uang”. Ternyata salah satu dari mereka mengatakan “Seduniawi apapun hidup kita, bagaimanapun juga dengan beragama kita harus fokus pada hal rohani”. Kemudian dia membacakan Injil Matius yang memuat kata-kata Tuhan Yesus :

"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (6:19-24)

Keributan omongan itu berlangsung hampir satu jam. Ketika ada yang memanggil untuk masuk ruang pertemuan, tiba-tiba ada yang ngomong “Sebentar. Sebetulnya aku baru saja mau membuka Lukas 16:1-9. Di situ ada perumpamaan bendahara yang menilep uang juragan. Ketika diketahui dan akan dipecat, dia bingung nanti harus kerja apa. Dia kemudian mengubah hitungan uang transaksi dengan klien-kliennya. Maka dia yakin akan ada orang-orang yang merasa dibaikin. Eeee .... ternyata ada kesimpulan ‘anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.’ Tuhan Yesus malah bilang ‘Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.’ Apakah dalam agama kita lupa punya otak? Bagaimana itu pelaksanaan baik-baikan dengan uang sebagai jaminan sesudah mati?”

No comments:

Post a Comment

Dukungan Umat Pajeksan

Seperti biasa, sesudah Minggu Palem, Keuskupan Agung Semarang menyelanggarakan rekoleksi untuk semua imam baik praja, SY, MSF, dan semua tar...