Sunday, May 18, 2025

Teks Rekoleksi Bersama Legioner

Paparan ini disampaikan oleh Rm. Bambang dalam ULang Tahun ke-4 Domus Pacis Santo Petrus pada Minggu 18 Mei 2025.

Kalau membuka google kita bisa menemukan pengertian tentang Legio Maria. Secara umum dikatakan bahwa “Legio Maria adalah sebuah organisasi kerasulan awam Katolik internasional yang didirikan di Dublin, Irlandia pada tahun 1921 oleh Frank Duff. Tujuan utamanya adalah untuk menguduskan anggota-anggotanya melalui doa, karya kerasulan, dan meneladani Bunda Maria”. Di dalam Legio Maria pengudusan anggota terjadi lewat doa karya kerasulan. Bagi saya karya kerasulan berarti kegiatan bahkan pekerjaan bagi orang lain yang tidak mendapatkan imbalan finansial. Semua menjadi tindakan yang melandaskan diri pada sikap iman Bunda Maria. 

Taat Jadi Keluarga Allah

Dalam kehidupan di tengah masyarakat Bunda Maria adalah istri Santo Yusuf. Tetapi keistrisuamian mereka sejatinya adalah wujud penghayatan terhadap kehendak Allah. Secara formal kemasyarakatan keluarga Maria-Yusuf memperanakkan Yesus. Tetapi kelahiran Yesus adalah kehendak Allah dengan daya Roh Kudus. Dan ini terjadi karena : 1) Bunda Maria taat pada Allah yang terungkap dalam kata-kata “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38); dan 2) Ketaatan Yusuf ketika mendapatkan perintah ilahi lewat malaikat dalam mimpi yang berkata “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus” (Mat 1:20). Dalam hal ini Bunda Maria sungguh memiliki kasih dan kesetiaan pada keluarga baik keluarga inti maupun keluarga besar. Bunda Maria tetap menjanda sejak ditinggal wafat oleh Santo Yusuf. Bunda Maria amat peduli pada Yesus anaknya sehingga ketika tertinggal di Kenisah Yerusalem berjalan ke sana-sini mencarinya dalam tiga hari (Luk 2:41-52). Ketika Tuhan Yesus menjadi omongan banyak orang karena banyak omongan dan tindakan yang membingungkan sehingga ada yang menganggap gila, Buda Maria dan sanak saudaranya mencarinya (Mat 12:46-50). Bunda Maria juga amat peduli pada keluarga besar sehingga selama tiga bulan berada di rumah Zakaria untuk membantu kerepotan Elisabet yang hamil tua di saat sudah lansia (Luk 1:39st). Ketika Tuhan Yesus wafat di salib tradisi mengisahkan Bunda Maria tetap berada di bawahnya dan kemudian memangku jenasah-Nya. Maka layaklah kalau Simeon yang sudah amat lansia berkata kepada Bunda Maria tentang risiko punya anak Yesus “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan --dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri—“ (Luk 2:34-35).

Sebagai sosok beriman yang menghayati diri sebagai keluarga Allah, Bunda Maria menghayati hidup kekeluargaan tak hanya dengan yang memiliki ikatan darah. Ketika menyertai Yesus hingga dalam peristiwa penyaliban dikisahkan “Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya” (Yoh 19:25-27). Dalam Yesus orang memang harus terbuka pada kesejatian kekeluargaan dan persaudaraan sejati. Ketika orang memberi tahu kedatangan Bunda Maria dan sanak saudara untuk menjumpai-Nya, Tuhan Yesus berkata : “Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” (Mat 12:48-50)

Teladan Keterbukaan ke Daya Roh

Umat Katolik mengakui Bunda Maria “dalam Gereja kudus menduduki tempat paling luhur sesudah Kristus dan paling dekat dengan kita” (Konstitusi tentang Gereja 54). “Oleh karena itu ia menerima salam sebagai anggota Gereja yang serba unggul dan sangat istimewa, pun juga sebagai pola-teladannya yang mengagumkan dalam iman dan cinta kasih. Menganut bimbingan Roh Kudus Gereja katolik menghadapinya penuh rasa kasih-sayang sebagai bundanya yang tercinta” (idem 53). Pola-keteladanan Bunda Maria dalam iman Gereja bagi saya terletak dalam sikap keterbukaan total pada daya Roh Kudus sehingga mengandung dan melahirkan Kristus. Kesejatian Gereja juga lahir dari daya Roh Kudus. Konsili Vatikan II dalam ajaran tentang Gereja menyatakan bahwa Gereja dengan mewartakan iman menjadikan wajah Gereja yang memantulkan Kristus sebagai Terang Para Bangsa. “Gereja itu dalam Kristus bagaikan sakramen, yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia” (idem 1).

Sebagai tanda kemesraan dengan Allah dan kesatuan dengan siapapun, hal ini menuntut semua yang ikut Kristus hidup dalam komunio atau persekutuan. Di dalam Misa kita menerima komuni. Itu berarti kita bersedia menghayati hidup sehari-hari menjadi ungkapan dan wujud persekutuan dengan Allah dan sesama, yang kita terima disebut Tubuh Kristus. Bagi saya keyakinan inilah yang membuat gambaran Gereja sebagai tubuh Kristus. Santo Paulus menguraikan gambaran ini sebagai berikut :

12 Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. 13 Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. 14 Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota. 15 Andaikata kaki berkata: "Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? 16 Dan andaikata telinga berkata: "Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? 17 Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman? 18 Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya. 19 Andaikata semuanya adalah satu anggota, di manakah tubuh? 20 Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh. 21 Jadi mata tidak dapat berkata kepada tangan: "Aku tidak membutuhkan engkau." Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: "Aku tidak membutuhkan engkau." 22 Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan. 23 Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus. 24 Hal itu tidak dibutuhkan oleh anggota-anggota kita yang elok. Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan penghormatan khusus, 25 supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. 26 Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita. 27 Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya. (1Kor 12:12-27)

Persekutuan Iman itu Persekutuan Berbagi

Dengan menyadari Gereja sebagai tubuh Kristus yang dalam kehidupan beriman berpusat dan bersumber pada Ekaristi, saya disadarkan akan semangat lima roti dan dua ikan dalam kisah Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang (Yoh 6:1-13). Semangat berbagi hal kecil yang hanya lima roti dan dua ikan, dalam penghayatan iman ikut Tuhan Yesus, bisa bermakna bagi lima ribu orang lelaki dan bahkan sisa duabelas bakul penuh. Setiap persekutuan iman tak akan kekurangan kebutuhan dasar kalau setiap anggotanya memiliki semangat berbagi seberapapun pontensinya. Bukankah “kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama”? (1Kor 12:7) Tuhan memberikan talenta kepada semua orang “masing-masing menurut kesanggupannya” (Mat 25:15).

Saya sering merasa kesalahpahaman berkaitan dengan gerakan berbagi. Bagaimanapun juga ini adalah gerakan menyumbang. Yang menjadi soal adalah pada zaman kini segalanya banyak dinilai dengan uang. Barangkali ini membuat gambaran bahwa sumbangan selalu berupa uang. Memang, bisa saja sumbangan berupa barang. Tetapi dalam catatan kelembagaan ini bisa dilaporkan dengan perhitungan uang. Akan tetapi dalam Yesus setiap orang diminta untuk berbagi atau menyumbang “masing-masing menurut kesanggupannya” (Mat 25:15). Uang dan barang memang bisa menjadi bentuk sumbangan. Tetapi ada bentuk sumbangan lain, yaitu doa dan jasa. Ternyata untuk Legio Maria doa dan karya kerasulan amat mewarnai. Saya yakin para anggota Legio Komisium Yogyakarta pasti juga paling tidak pernah mendoakan kami para rama Domus Pacis Santo Petrus. Kami para penghuni Domus juga berusaha untuk bisa saling berbagi antar kami. Kami juga berusaha untuk berbagi pada umat paling tidak sumbangan doa, yang menjadi satu-satunya tugas yang diberikan oleh Uskup. Tetapi kami juga banyak mengalami tindakan berbagi dari umat beberapa macam bentuk sumbangan. Itulah yang membuat kami para rama sepuh mengalami rasa bahagia sekalipun ada berbagai perkembangan situasi hidup sejak di Domus Pacis Puren hingga kini di Domus Pacis Santo Petrus.

Domus Pacis, 10 Mei 2025

No comments:

Post a Comment

Lamunan Hari Raya

Hati Yesus Yang Mahakudus Jumat, 27 Juni 2025 Lukas 15:3-7 3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan   ini kepada mereka: 4 "Siapakah di a...