Saturday, August 9, 2025

Ikut Perayaan Ulang Tahun Imamat ke 25 dan ke 40


Sebenarnya para rama Domus Pacis Santo Petrus termasuk anggota yang namanya UNIO KAS. UNIO adalah Persaudaraan Rama Praja atau Diosesan, dan KAS adalah singkatan dari Keuskupan Agung Semarang. Tigabelas rama Domus Pacis memang mendapatkan tahbisan imamat sebagai pembantu Uskup Agung Semarang. Meskipun menjadi anggota UNIO KAS, kecuali direktur yang memang masih muda, karena kelansiaan dan kondisi sakitnya para rama Domus secara praktis biasa absen dalam pertemuan-pertemuan UNIO KAS. Meskipun demikian, ketika ada acara UNIO KAS Rabu 6 Agustus 2025, ada rama Domus yang ikut. Sebenarnya Rm. Hartanta, Direktur Domus, memang biasa ikut acara-acara UNIO KAS. Tetapi pada Rabu itu beliau tidak ikut dan yang ikut adalah Rm. Djoko Setyo Prakosa dan Rm. Bambang. Pada waktu itu acaranya adalah Pesta Perak imamat dari 4 orang rama dan pesta 40 tahun imamat 2 orang rama.

Rm. Bambang yang biasa tak ikut pertemuan UNIO KAS, memang sudah mendaftar sejak pengurus UNIO KAS meminta pernyataan ikut bagi yang akan ikut. Dia minta izin ikut kepada Rm. Hartanta yang kemudian mendaftarkan secara on line ke pengurus. Keikutsertaan Rm. Bambang terjadi karena salah satu yang berpesta 40 tahun imamat adalah Rm. Nandi Winarto. Rm. Bambang memiliki pertalian hubungan darah dengan Rm. Nandi. Sebenarnya sehari sebelum hari pertemuan, Rm. Bambang mendapatkan telepon dari Rm. Amisani, Ketua UNIO KAS. Rm. Amisani memberi informasi bahwa pelaksanaan Misa Perayaan Ulang Tahun Imamat akan terjadi di lantai 2 PPSM (Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan) sehingga untuk naik harus lewat tangga trap-trap yang cukup tinggi. Hal itu akan menjadi masalah bagi Rm. Bambang yang sudah berkursi roda. Tetapi Rm. Bambang menjawab akan tetap datang dan bersedia tak ikut Misa dengan hanya ikut welcome snak dan santap bersama di lantai 1. Tetapi pada hari "H" ternyata ada tenaga-tenaga PPSM yang mengusung Rm. Bambang dan Rm. Djoko Setyo ke lantai 2 untuk ikut Misa. Tentu saja Rm. Bambang merasa gembira berjumpa sanak keluarga dari garis ayahnya. Sanak keluarga juga tampak gembira. Itulah sebabnya ketika ada foto bersama Uskup bergilir antar rama yang berbahagia bersama keluarga masing-masing, Rm. Bambang ikut menjadi keluarga Rm. Nandi.

Santo Laurensius dari Roma

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 12 Juli 2014 Diperbaharui: 19 Oktober 2020 Hits: 36334

  • Perayaan
    10 Agustus
  •  
  • Lahir
    Sekitar tahun 225
  •  
  • Kota asal
    Huesca, Spanyol
  •  
  • Wilayah karya
    Roma
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir - Dipanggang hidup-hidup pada tanggal 10 August 258 di Roma
    Dimakamkan di pemakaman Santo Cyriaca di jalan menuju ke Tivoli, Italia
    Pemanggangan yang digunakan untuk memanggangnya sekarang ada di San Lorenzo, Lucina Italia
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Santo Laurensius adalah salah satu dari tujuh diakon yang menjadi martir bersama Paus Santo Sixtus II pada masa penganiayaan kaisar Valerianus. Ia diperkirakan lahir di kota Huesca Spanyol, sebuah kota di wilayah Aragon dekat kaki Pegunungan Pyrenees. Sebagai seorang pemuda ia dikirim ke kota Zaragoza untuk menyelesaikan studi humanistik dan teologinya. Di sini ia bertemu dengan gurunya, yang di kemudian hari diangkat menjadi Paus Sixtus II.  Saat itu gurunya adalah seorang guru besar yang sangat dihormati di kota Zaragoza. Bersama gurunya itu Laurensius lalu pindah ke Kota Roma.

Ketika gurunya diangkat menjadi Paus pada tahun 257, Laurensius lalu diangkat menjadi seorang diakon. Dan meskipun masih muda, namun Laurensius ditunjuk sebagai yang utama di antara tujuh diakon yang bertugas di kota Roma.  Karena itu ia disebut "Diakon Agung dari Roma",  yang bertugas mengelola kas gereja dan membagi-bagikan derma bagi para fakir miskin dan para janda di seluruh kota Roma. Ia juga adalah pelayan utama paus dalam setiap upacara liturgi.

Saat itu masa penganiayaan kaisar Valerianus dimulai. Penganiayaan dilakukan dengan amat kejam. Banyak orang Kristiani harus bersembunyi dalam katakombe-katakombe bawah tanah dimana Mereka dapat ambil bagian dalam perayaan misa dan saling menguatkan satu sama lainnya.  Pada tanggal 6 Agustus 258, para prajurit Romawi menerjang masuk suatu ruangan dalam katakombe di mana Paus Sixtus II sedang memimpin misa. Paus dan para diakonnya serta semua umat kristiani yang hadir di situ sama sekali tidak gentar menghadapi ancaman kematian. Kepada Paus, Santo Laurensius berkata: "Aku akan menyertaimu kemana saja engkau pergi. Tidaklah pantas seorang imam agung Kristus pergi tanpa didampingi diakonnya." Paus terharu mendengar kata-kata Laurensius itu. Lalu ia berkata: "Janganlah sedih dan menangis, anakku! Aku tidak sendirian. Kristus menyertai aku. Dan engkau, tiga hari lagi, engkau akan mengikuti aku ke dalam kemuliaan surgawi". Paus Sixtus II bersama dengan dua orang diakonnya yaitu  St. Felisismus dan St. Agapitus langsung dibunuh di tempat itu, sedangkan St. Laurensius ditangkap dan dibawa ke penjara.

Prefek kota Roma tahu bahwa Laurensius adalah orang yang mengurus kas dan harta kekayaan gereja. Karena itu ia lalu membujuk Laurensius untuk menyerahkan semua kekayaan Gereja itu kepada penguasa Roma. Santo Ambrosius adalah sumber paling awal yang mengisahkan bahwa Santo Laurensius meminta waktu tiga hari untuk mengumpulkan semua harta kekayaan gereja yang disimpannya. Dia bekerja cepat mengumpulkan orang-orang miskin lalu membagi-bagikan kekayaan Gereja sebanyak mungkin kepada mereka. Pada hari ketiga, ia memimpin para orang miskin, orang cacat, orang buta dan orang sakit dan berarak menuju kediaman Prafek kota Roma. Kepada penguasa Roma itu, Laurensius berkata: "Tuanku, inilah harta kekayaan Gereja yang saya jaga. Terimalah dan periharalah mereka dengan sebaik-baiknya."

Tindakan dan kata-kata Laurensius ini dianggap sebagai suatu olokan dan penghinaan terhadap penguasa Roma. Karena itu, ia segera ditangkap dan dipanggang hidup-hidup di atas terali besi yang panas membara. Laurensius tidak gentar sedikitpun menghadapi hukuman ini. Setelah separuh badannya bagian bawah hangus terbakar, ia meminta supaya badannya dibalik sehingga seluruhnya bisa hangus terbakar. "Sebelah bawah sudah hangus, baliklah badanku agar seluruhnya hangus!" katanya dengan sinis kepada para algojo yang menyiksanya. Laurensius akhirnya menghembuskan nafasnya di atas pemanggangan itu sebagai sekorang ksatria Kristus.

Lamunan Hari Raya

Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga

Minggu, 10 Agustus 2025

Lukas 1:39-56

39 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. 40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. 41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, 42 lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. 43 Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? 44 Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. 45 Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."

46 Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, 47 dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, 48 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, 49 karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. 50 Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. 51 Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; 52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; 53 Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; 54 Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, 55 seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya." 56 Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, menjadi mulia terhormat sungguh biasa membuat hati bahagia. Itu terjadi kalau orang berkedudukan tinggi dan atau kaya.
  • Tampaknya, demi meraih kemuliaan dan kehormatan orang bisa berjuang meraih kedudukan tinggi terhormat. Korban apapun bisa dilakukan demi mencapainya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul mesra dengan kedalaman batin, sekalipun kedudukan tinggi dan kekayaan dapat dipandang sebagai kemuliaan dan kehormatan, orang akan sungguh dimuliakan justru karena kesediaannya mengambil posisi merendah demi kepedulian kepada orang lain. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa martabat tinggi seseorang ada dalam kesediaan ikhlas dalam kerendahan.

Ah, dengan kedudukan tinggi orang bisa memperoleh dengan mudah apapun yang diinginkan.

Friday, August 8, 2025

Misdinar Paroki Kumetiran

Dalam peristiwa kunjungan rombongan umat ke Domus Pacis biasa terjadi wawan hati antara para pengunjung dengan para rama Domus. Para tamu bertanya dan para rama menjawab. Pada Sabtu 2 Agustus 2025 yang berkunjung adalah kelompok yang bagi Domus Pacis dapat disebut khusus. Biasanya yang berjunjung adalah rombongan yang beranggotakan kaum sepuh. Paling tidak kebanyakan terdiri dari orang-orang yang sudah berkeluarga. Maka kalau ada kunjungan anak dan atau remaja, bagi Domus hal itu menjadi peristiwa khusus. Pada Sabtu itu yang datang adalah kelompok anggota Misdinar Paroki Kumetiran.  


Di dalam bagian omong-omong Rm. Bambang meminta para misdinar itu duduk berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3 hingga 5 orang anak remaja. Memang ada pendamping yang sudah masuk golongan muda. Di dalam kelompok-kelompok mereka diminta untuk membuat pertanyaan terhadap para rama yang kini sudah sepuh dan bebas tugas serta tinggal di rumah tua. Bila dalam kelompok muncul lebih dari satu pertanyaan, Rm. Bambang minta untuk menentukan satu pertanyaan untuk disampaikan kepada para rama. Dari catatan Rm. Bambang ada pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan cakrawala mereka seperti "Apakah para rama pernah menjadi misdinar", "Mengapa dulu ingin jadi rama?", dan "Apa nasehat rama untuk kami?" Tetapi dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul ternyata ada yang baru sekali itu dihadapi oleh para rama Domus. Pertanyaan itu adalah "Kalau waktu bisa diputar sehingga rama menjadi muda kembali, apakah masih ingin jadi rama?" Dari jawaban para rama, barangkali kalau dirangkum bisa dikatakan begini :

Pada umumnya para rama belum pernah berpikir bagaimana kalau jadi muda kembali. Mgr. Blasius dan Rm. Ria bahkan belum pernah mengalami menjadi aktivis paroki sebagai kaum muda. Kecuali Rm. Bambang, para rama memang mengalami menjadi misdinar. Mgr. Blasius dan Rm. Ria jadi misdinar paroki ketika masih Sekolah Rakyat atau SR (Kini Sekolah Dasar atau SD). Keduanya masuk seminari selepas SR. Yang lain masuk setelah lulus SMP dan SMA. Bahkan Rm. Yadi masuk setelah usia 36 tahun dan sudah jadi guru bahkan kepala sekolah SMP. Yang jelas semua rama mengatakan bahwa yang pokok hidup harus sesuai realita. Nyatanya kini semua adalah imam. Pada umumnya bilang bahwa ketaatan adalah jalan kebahagiaan.

Santa Theresia Benedikta dari Salib

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 14 Desember 2016 Diperbaharui: 14 November 2017 Hits: 22596

  • Perayaan
    9 Agustus
  •  
  • Lahir
    12 Oktober 1891
  •  
  • Kota asal
    Breslau Kekaisaran Prusia - Jerman (Sekarang : Wrocław, Dolnoslaskie - Polandia)
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir
    Tewas dalam kamar Gas di Kamp Konsentrasi Auschwitz Polandia pada 9 Agustus 1942
  •  
  • Venerasi
    26 Januari 1987 oleh Paus Yohanes Paulus II
  •  
  • Beatifikasi
    1 Mei 1987 oleh Paus Yohanes Paulus II di Kathedral Cologne, Jerman
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 11 Oktober 1998 oleh Paus Yohanes Paulus II

Santa Teresa Benedikta dari Salib lahir pada tanggal 12 Oktober 1891 di kota Breslau Kekaisaran Prusia -Jerman (kota ini kini bernama Wrocław,  ibukota Provinsi Dolnoslaskie - Polandia).  Hari kelahirannya ini bertepatan dengan hari raya Yahudi, Yom Kippur atau Hari Perdamaian Agung. Ia adalah anak bungsu dari sebelas bersaudara putera-puteri pasangan Yahudi Jerman, Siegfried Stein dan Auguste Courant Stein. Ayahnya adalah seorang pengusaha kayu yang meninggal dunia ketika ia baru berusia dua tahun. Kepergian ayahnya membuat sang ibu harus bekerja keras menghidupi sebelas orang anaknya.

Seperti kebanyakan wanita Yahudi di masa itu, ibunya adalah seorang yang taat beribadah, berkemauan dan seorang pekerja keras.  Ia adalah seorang wanita mengagumkan yang sukses mengelola perusahaan kayu suaminya sambil mengurus keluarga. Ia sangat peduli akan pendidikan anak-anaknya dan sukses menyekolahkan mereka semua sampai ke jenjang Perguruan Tinggi.  Namun demikian, ibu Auguste Stein kurang berhasil menanamkan iman akan Tuhan yang hidup dalam diri anak-anaknya. Pada tahun 1904, si bungsu Edith yang baru berusia 13 tahun telah kehilangan iman Yahudinya dan secara terbuka menyatakan diri sebagai seorang Atheis.  

Pada tahun 1911, Edith Stein yang cerdas lulus Cum Laude pada ujian akhir sekolah. Ia lalu melanjutkan kuliah di Universitas Breslau untuk belajar bahasa Jerman dan sejarah. Pada tahun 1913, Edith pindah ke Universitas Göttingen dan belajar filsafat di bawah bimbingan seorang filsuf ternama; Professor Edmund Husserl.  Edith sangat menonjol dalam semua pelajaran sehingga sang professor pun mengangkatnya sebagai asisten. Professor Husserl juga membimbingnya sampai meraih gelar doktor Filosofi dengan predikat Summa Cum Laude  pada tahun 1916.  Setelah lulus, Edith bekerja sebagai asisten tetap professor Edmund Husserl.

Suatu hari, Edith datang ke Frankfurt dan mengunjungi Katedral Frankfurt yang terkenal itu. Ia melihat seorang perempuan dengan keranjang belanja masuk ke dalam katedral untuk berlutut memanjatkan doa. Dikemudian hari Edith menulis :

Pengalaman ini membuat Edith mulai membaca kitab suci Perjanjian Baru, buku-buku Kierkegaard  (Søren Kierkegaard, seorang Filsuf dan Teolog Kristen pada abad-19. Kierkegaard saat ini dianggap sebagai tokoh filsafat eksistensialisme), dan buku latihan rohani dari St. Ignatius dari Loyola

Pada tahun 1921 Edith Stein berlibur di Bad Bergzabern, di rumah seorang sahabatnya Hedwig Conrad-Martius seorang anggota gereja Protestan. Suatu sore, dari perpustakaan ruang Hedwig, Edith mengambil secara acak sebuah buku yang ternyata adalah buku otobiografi St. Theresia dari Avilla, dan terus ia membaca buku tersebut sepanjang malam sampai pagi hari. “Ketika aku selesai membaca, aku berkata kepada diriku sendiri : Inilah kebenaran!” kenangnya.

Keesokan harinya, Edith membeli buku Misa dan Katekismus yang di hari-hari selanjutnya menjadi tumpuan perhatiannya. Ketika dirasa ia sudah cukup paham, Edith untuk pertama kalinya masuk ke sebuah Gereja Katolik dan dengan mudah mengikuti jalannya Misa. Ia ingin dibaptis segera; dan ketika Pastor Breitling mengatakan bahwa agar dapat dibaptis orang perlu persiapan untuk mengenal ajaran iman dan tradisi-tradisi Gereja, dengan yakin Edith menjawab, “Ujilah saya!”. Ini dilakukan pastor dan Edith pun lulus dengan gemilang.

Pada tanggal 1 Januari 1922,  Edith Stein menerima Sakramen Baptis dan Sakramen Komuni Pertama di Gereja Santo Martinus, Bergzabern. Hari itu adalah hari Peringatan Penyunatan Yesus, ketika Yesus masuk ke dalam perjanjian Abraham. Teresa Edith Stein berdiri dekat bejana baptis dengan mengenakan gaun pengantin putih. Dengan dispensasi khusus dari Bapa Uskup, sahabatnya Hedwig menjadi wali baptisnya.  Sejak saat itu ia terus-menerus sadar sepenuhnya bahwa ia adalah milik Yesus Kristus, bukan hanya secara rohani, melainkan juga karena darah Yahudinya. Pada tanggal 2 Februari, hari Peringatan Pentahiran Maria - suatu hari yang ada rujukannya dalam kitab Perjanjian Lama - Edith menerima Sakramen Penguatan oleh Uskup Speyer di kapel pribadi bapa uskup.

Setelah menerima sakramen penguatan, Edith pulang ke Breslau. Dihadapan ibunya ia bersaksi :  “Mama, aku kini seorang Katolik.”  Ibunya yang merupakan seorang Yahudi yang saleh merasa bagai disambar petir. Hatinya bergetar hebat dan ia pun menangis. Seumur hidupnya, Edith belum pernah melihat ibunya yang tegar itu menangis. Dalam kalangan Yahudi Orthodox, Katolik dianggap sebagai sekte yang hina.  Edith sudah siap menerima teguran ataupun diusir dari rumah. Tetapi sang ibu malah memeluknya dan kedua wanita Yahudi itu pun menangis.  Dikemudian hari Hedwig Conrad Martius, sahabat dan  wali babtisnya menulis tentang kejadian ini : “Lihat, inilah dua orang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” (bdk Yohanes 1:47).

“Segalanya untuk semua orang,” itulah semboyan Edith sejak ia menjadi seorang Katolik. Ia meninggalkan pekerjaannya di Universitas lalu menjadi pengajar di sekolah Susteran Dominikan dan juga menjadi guru pembimbing bagi para biarawati di Biara St. Magdalena yang akan masuk universitas di Speyer. Di kota ini Edith dikenal dengan sebutan “Fraulin Doctor” (Nona Doctor) dan  menjadi teladan bagi semua orang.  Salah seorang mantan muridnya kelak menulis :

Pada tahun 1931, Edith Stein meninggalkan sekolah biara di Speyer dan berupaya untuk meraih gelar professor di Breslau dan Freiburg.  Usahanya ini sia-sia akibat perubahan politik yang terjadi di tanah Jerman. Pada tahun 1932 Edith sempat menjadi pengajar di Institut Pedagogi di Münster, tetapi undang-undang Antisemitisme yang diberlakukan oleh pemerintahan baru Jerman,  Adolf Hitler dan partai NAZI, memaksanya untuk mundur dari jabatan tersebut pada tahun 1933. Para NAZI tidak memperkenankan orang Yahudi untuk menjadi tenaga pendidik.

Pada tanggal 14 Oktober 1933 Edith Stein memutuskan untuk masuk Biara Karmel tak berkasut di Cologne. Ia diterima dan setahun kemudian ia menerima busana biarawati Karmel dan mengambil nama biara : Teresa Benedicta a Cruce (Teresa yang terberkati dari Salib). Pada tanggal 21 April 1935, Sr. Teresa Benedikta mengucapkan kaul sementara dan mengucapkan Kaul Kekal tiga tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 21 April 1938.  Sebagai seorang biarawati katolik berdarah Yahudi,  Sr. Teresa Benedikta merasa memiliki kesempatan dan tanggung jawab unik, untuk menjembatani jurang pemisah antara iman Kristiani dan Yahudi. Ia menulis buku “Kehidupan sebuah Keluarga Yahudi” (yaitu keluarganya sendiri) dan berusaha menunjukkan kesamaan pengalaman manusiawi antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristiani dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Pada akhir tahun 1938, gerakan anti-Semit pemerintah NAZI dan penganiayaan kepada orang Yahudi semakin meningkat di seluruh wilayah Jerman. Sinagoga-sinagoga dihancurkan, harta milik orang-orang Yahudi dirampas. Orang-orang Yahudi dicekam ketakutan atas keselamatan mereka. Untuk melindungi Sr. Teresa Benedikta, Priorin Biara Karmel di Cologne memindahkannya ke luar negeri.  Pada malam Tahun Baru 31 Desember 1938, Sr. Teresa bersama saudarinya Rosa yang juga sudah menjadi Katolik diselundupkan ke negeri Belanda, dan tinggal di Biara Karmel di Echt di Provinsi Limburg. Disini Sr. Teresa Benedikta sempat menulis sebuah karya yang berjudul : Studie über Joannes a Cruce: Kreuzeswissenschaft (Penelitian tentang Yohanes dari Salib : Ilmu Salib).

Pada tanggal 15 Mei 1940 Belanda jatuh ketangan NAZI Jerman. Edith sekali lagi harus merasakan getirnya hidup dibawah undang-undang anti-Semit NAZI. Pada tanggal 20 juli 1942 para Uskup Katolik Roma Belanda mengumumkan pernyataan yang dibacakan di seluruh gereja di negara tersebut yang menentang pembuangan dan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi. Sebagai balasannya Para NAZI menangkap semua orang Katolik keturunan Yahudi, termasuk para imam dan para biarawan-biarawati.

Sr. Teresa Benedikta ditangkap oleh Gestapo pada tanggal 2 Agustus 1942 saat ia sedang berdoa di kapel bersama para biarawati lainnya. Ia dan saudarinya Rosa diwajibkan keluar dari biara dalam waktu lima menit. Rosa kini telah menjadi seorang Karmelit Ordo Ketiga yang bekerja di Biara Echt. Dengan menggandeng tangan Rosa, Sr. Teresa mengatakan, “Mari, kita pergi untuk bangsa kita.”

Bersama dengan banyak orang Yahudi lainnya, kedua wanita ini diangkut ke suatu kamp perhentian di Amersfoort dan kemudian dari Amersfoort ke Westerbork. Kepada Priorin Karmel di Cologne, diceritakan orang sebagai berikut,

Ny. Bromberg, salah seorang yang selamat dari kamp Konsentrasi dimana Sr. Benedikta ditawan memberikan kesaksian,

Pada tanggal 7 Agustus 1942 Sr. Teresa Benedikta bersama Rosa dan 985 orang Yahudi dibawa  dengan kereta api ke kamp Konsentrasi di Auschwitz, Polandia.  Pada tanggal 9 Agustus Suster Teresia Benedicta a Cruce bersama Rosa dan banyak kaum sebangsanya dibantai dengan gas beracun didalam kamar gas. Jenazah mereka lalu dibakar secara massal di krematorium.

Sr. Teresa Benedikta dibeatifikasi di Cologne pada tanggal 1 Mei 1987 oleh Paus Yohanes Paulus II.  Saat itu Bapa Suci menyatakan bahwa Gereja menghormati  “seorang puteri Israel” yang sebagai seorang Katolik pada masa penganiayaan Nazi, tetap setia kepada Tuhan Yesus Kristus yang tersalib, dan sebagai seorang Yahudi, kepada bangsanya dalam kasih setia.”

Pada tanggal 11 Oktober 1998, Beata Teresa Benedikta dari Salib dikanonisasi oleh Paus Yohanes Paulus II di Roma. Setahun kemudian, pada tanggal 1 Oktober 1999, paus yang sama memaklumkan santa Teresa Benedikta, bersama dengan St. Katarina dari Sienna dan St. Brigitta dari Swedia, sebagai Santa pelindung Eropa. Sebelumnya, Eropa memiliki tiga santo pelindung: St. Benediktus, St. Sirilus dan St. Methodius. Bapa Suci mengatakan bahwa ia memaklumkan ini “demi menekankan peran penting yang telah dimainkan dan yang dimiliki kaum perempuan dalam gereja dan dalam sejarah sipil Eropa.” (qq)

Lamunan Pekan Biasa XVIII

Sabtu, 9 Agustus 2025

Matius 17:14-20

14 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah, 15 katanya: "Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. 16 Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya." 17 Maka kata Yesus: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!" 18 Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itupun sembuh seketika itu juga. 19 Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?" 20 Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, ada keyakinan bahwa setiap orang memiliki kemampuan atau bakat. Dengan kemampuannya orang bisa melakukan hal-hal yang bermanfaat baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.
  • Tampaknya, orang dapat mengembangkan bakat menjadi kemampuan yang amat hebat. Dia bisa melakukan yang dimampuinya yang membuatnya menjadi kekaguman amat banyak orang.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun memiliki kemampuan yang mampu membuat amat banyak orang kagum, kalau tidak melandaskan diri pada kesadaran bahwa itu adalah anugrah ilahi, orang bisa terbentur pada kemandulan dan kemacetan atas kemampuannya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan sadar bahwa dengan bakat sekecil apapun, kalau dilandasi keyakinan sebagai anugrah Tuhan, orang bisa berbuat melebihi perkiraan banyak orang.

Ah, asal berbakat besar dan banyak orang akan selalu sukses.

Thursday, August 7, 2025

Peringatan Santo Pelindung

Di Domus Pacis Santo Petrus memang ada hari-hari penting rama penghuni yang dirayakan. Itu menyangkut ulang tahun tahbisan imamat. Memang, mulai dengan tahun 2025 ada perayaan kecil untuk ulang tahun kelahiran masing-masing rama. Ualng tahun imamat memang selalu mengundang kehadiran keluarga dan banyak umat. Sedang ulang tahun kelahiran hanya mengundang keluarga maksimum 10 orang untuk ikut makan siang bersama para rama dan karyawan Domus. Tetapi Rm. Bambang selalu menambah hal khusus pada tanggal 8 Agustus sebagai hari istimewanya untuk dirinya. Rm. Bambang selalu merayakan kecil-kecilan tanggal 8 Januari. Di tahun 2024 Rm. Bambang merayakan dengan mengunjungi KB Lintang Sumunar bersama TK Paroki Medari. Dalam HISTORIA DOMUS Blog Domus tanggal 11 Agustus 2024 dengan judul "Rm. Bambang Bancakan" ada tulisan "Berkaitan dengan hari-hari peringatan itu, ternyata Rm. Bambang juga mempunyai hari khusus lain. Walaupun secara sederhana, Rm. Bambang biasa merayakannya". 

Pada tanggal 8 Agustus Gereja memperingati salah satu orang kudus, yaitu Santo Dominikus. Rm. Bambang berlindung pada orang kudus ini sehingga mendapatkan nama baptis Dominicus. Rm. Bambang dipermandikan pada 25 Maret 1967 ketika dia sudah SMA. Bagi Rm. Bambang ini adalah peristiwa khusus sebagai murid Tuhan Yesus Kristus. Dia sungguh merasakan mendapatkan pegangan hidup karena dengan ikut Yesus dia seperti mendapatkan suasana kasih khusus. Rm. Bambang memang memiliki pengalaman hidup dilatarbelakangi kondisi amat tidak ideal. Sejak usia 1 tahun kaki kiri tak tumbuh normal sehingga menjadi pincang yang menhadirkan tak percaya diri dalam pergaulan. Dia lahir ketika ayah ibunya sudah berpisah dan kemudian mengalami 3 kali ibu tiri. Semua itu menghambat dirinya dalam hidup bersama orang lain. Tetapi dengan menjadi calon baptis dia biasa membaca Injil dan mendapatkan Yesus yang amat peduli pada orang yang mengalami susah derita hidup. Dengan ikut Yesus Rm. Bambang mengalami kebersamaan persaudaraan dan kekeluargaan dalam kebersamaan umat. Dia diterima apa adanya dan bahkan mendapatkan kesempatan berpartisipasi dalam derap kehidupan umat. Ini semua "Karena aku ikut Yesus". Itulah kata-katanya kalau ada yang bertanya mengapa punya stamina ceria dalam keadaan apapun. Itulah mengapa Rm. Bambang selalu membuat acara kecil-kecilan pada peringatan Santo Dominikus. Untuk Jumat 8 Agustus 2025 dia menambah menu untuk makan siang penghuni Domus Pacis Santo Petrus. Dia juga membuat janji dengan Keluarga Tian-Rachel. Keluarga ini sudah menganggap Rm. Bambang sebagai keluarga sendiri, sehingga kedua anaknya ketika baptis juga berlindung pada Santo Dominikus. Anak pertama, Chrissel, dengan nama Dominica. Nel, adiknya, bernama baptis Dominic. Kedua anak itu kalau memanggil Rm. Bambang dengan sebutan "Yang Mo". Itu singkatan dari Eyang Romo. Eyang adalah bahasa Jawa yang berarti kakek.

Ikut Perayaan Ulang Tahun Imamat ke 25 dan ke 40

Sebenarnya para rama Domus Pacis Santo Petrus termasuk anggota yang namanya UNIO KAS. UNIO adalah Persaudaraan Rama Praja atau Diosesan, dan...