Friday, December 5, 2025

Wanita Katolik RI Pugeran

Itu adalah hari Minggu 30 November 2025. Rm. Bambang bersama rama-rama sepuh Domus sedang berhadapan dengan rombongan tamu dari umat Lingkungan Jangli, Semarang. Tiba-tiba dia bersuara keras cenderung berteriak "Ayo terus wae. Terus ngunjuk dhisik. Bar kuwi gabung wae" (Terus saja. Minum lebih dahulu. Setelah itu terus gabung saja). Yang datang adalah rombongan Wanita Katolik RI dari 2 Ranting di Paroki Pugeran. 


Hari itu memang ada 2 rombongan yang diterima oleh Rm. Andika, Direktur Domus Pacis, untuk mengunjungi para rama sepuh. "Digabungke mawon" (Disatukan saja dalam menyambut) kata Rm. Andika. Ternyata pertemuanpun tetap bisa segar. Tanya jawab terjadi dipandu oleh Rm. Bambang. Sebelum penutup, wakil dari Pugeran maju untuk menyampaikan kata-kata khusus. Sebagaimana rombongan dari Jangli, rombongan Pugeran juga menyerahkan bingkisan-bingkisan untuk oleh-oleh. Tetapi Bu Retno, salah satu rombongan Pugeran, berkata "Setelah ini kami akan meneruskan acara lain" yang disambung Rm. Bambang "Kemana?". Bu Retno menjawab "Ngetan riku" (Ke timur) sambil telunjuk terarah ke timur yang dalam pikiran Rm. Bambang itu menunjuk gedung Seminari. "Arep sowan Rama Fajar, pa?" (Apakah akan ke Rm. Fajar yang menjadi Minister Seminari Tinggi Kentungan). Ternyata Bu Retno menjawab "Mboten" (Tidak) yang disambung Rm. Bambang "Kemana". Ternyata mereka akan ke tempat peziarahan Oblat milik para biarawan OMI. Memang, dari Domus Pacis untuk menuju Oblat mereka harus berkendaraan ke arah timur.

Santo Nikolas dari Myra

diambil dari https://www.mirifica.net/santo-nikolas-dari-myra-06-desember/

NICHOLAS (Nikolas) adalah seorang kudus yang sangat terkenal karena kemurahan hatinya dan karena mujizat-mujizat yang dilakukannya. Tokoh Santa Claus (Sinterklass) yang membawa hadiah untuk anak-anak pada saat Natal sebenarnya merupakan sekularisasi dari Santo Nicholas, Uskup dari Myra yang baik hati.

Nicholas lahir di Asia kecil pada abad ketiga di sebuah Kota bernama Patara (Lycia dan Pamfilia), dan tinggal di Myra, Lycia (saat ini adalah wilayah Demre, Turki), yang pada saat itu adalah sebuah provinsi dari kekaisaran Romawi. Ia adalah anak tunggal dari seorang pedagang Yunani yang kaya-raya bernama Epifanius (beberapa tradisi menyebut ayah santo Nicholas bernama Theophanes) dan isterinya Joan. Sejak usia muda Nicholas sudah tertarik dengan hal-hal religius dan memiliki keinginan yang besar untuk menjadi seorang imam. Menurut legenda, sejak berumur 5 tahun Nicholas sudah menjalankan puasa pada setiap hari Rabu dan Jumat. Setelah kedua orang tuanya yang kaya-raya meninggal karena wabah penyakit; Nicholas menggunakan seluruh harta warisannya untuk karya amal, terutama untuk menolong para fakir miskin. Ia sendiri kemudian tinggal bersama seorang pamannya, yang juga bernama Nicholas, yang adalah seorang uskup kota Patara. Pamannya inilah yang mendidiknya, lalu mentahbiskannya sebagai seorang imam.

Setelah menjadi imam, Nicholas sempat berziarah ke Tanah Suci Yerusalem. Sekembalinya dari perziarahannya, ia terpilih menjadi uskup kota Myra, ibu kota provinsi Lycia. Uskup Nicholas merupakan seorang uskup yang sangat saleh, lugu dan penuh semangat. Ia terkenal gigih membela orang-orang miskin dan orang-orang yang tertindas.  Selain itu, Ia juga menjadi terkenal oleh karena mukjizat-mujizat yang dilakukan Tuhan melalui perantaraannya.

Menurut tradisi, Santo Nicholas dari Myra tutup usia dengan tenang pada tanggal 6 Desember 343 dalam usia 73 tahun di keuskupannya, Myra, dan dimakamkan di katedral kota itu. Pada musim semi tahun 1087, karena kekhawatiran akan adanya invasi dari bangsa muslim Turki, para pelaut dari Bari – Italia di Apulia membawa sebagian Relikwi Santo Nicholas dari makamnya di Khatedral Myra, ke Bari – Italia.  Sebagian relikwinya diambil oleh orang–orang Venesia pada masa perang salib pertama dan dibawa ke kota Venesia.

Di Bari, Paus urbanus II kemudian membangun sebuah Basilika yang megah yang kini disebut : Basilica di San Nicola (Basilika Santo Nikolaus) Sebagai tempat penyimpanan relikwi Santo Nicholas. Paus sendiri yang kemudian memimpin upacara pemberkatan Basilika ini dan pada waktu upacara penyimpanan relikwi Santo Nikolaus. Sebuah gereja juga dibangun di kota Venesia sebagai tempat penyimpanan sebagian relikwi santo Nikolaus. Gereja tersebut dikenal dengan nama : Gereja  San Nicolò al Lido. Gereja ini sekarang dikelola oleh para biarawan Fransiskan.

Sumber: katakombe.org

Lamunan Pekan Adven I

Sabtu, 6 Desember 2025

Matius 9:35-10:1.6-8

35 Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. 36 Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. 37 Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. 38 Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."

1 Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan. 

6 Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan: “Pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. 7 Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. 8 Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, orang kerap mengaitkan kekuasaan dengan kedudukan. Dengan memiliki kedudukan seseorang akan memiliki kekuasaan sesuai dengan tingkatannya.
  • Tampaknya, makin tinggi kedudukan seseorang makin tinggi pula kekuasaannya. Dia punya kuasa memerintah orang lain bahkan ada perlengkapan fasilitas menyertainya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun dengan mendapatkan kedudukan orang mendapatkan kekuasaan, kekuasaan sejati selalu membuat orang memiliki daya untuk menghadirkan berbagai kebaikan dan damai sejahtera bagi banyak orang lain. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang yang berkedudukan akan menghayatinya sebagai sarana untuk ikut ambil berjuang demi kebaikan dan damai sejahtera orang lain.

Ah, kalau berkedudukan orang akan menikmati penghormatan.

Thursday, December 4, 2025

Kalau Manusia Meninggal Dunia


Entah mengapa, saya memperhatikan soal kematian. Orang bisa jadi amat sibuk kalau ada orang mati. Karena tak ada agenda kapan dan di mana akan menghadapi peristiwa kematian, sekalipun sudah tahu ada yang sudah amat sangat sakitnya dan tak akan sembuh, orang harus menghadapi peristiwa yang harus sungguh-sungguh mendapatkan urusan khusus. Ada penghormatan jenazah baik dari dimandikan, didandani, diselanggarakan seperti hajatan mendadak, dan tentu termasuk diselenggarakan doa dan atau ibadatnya. Setelah itu ada peringatan-peringatan pengenangan arwah. Bahkan di tanah kuburnya ada pemasangan nisan. 

Peristiwa Badaniah?

Ada orang dekat yang jengkel bahkan marah kalau saya omong “Suk yèn aku mati ....” (Besok kalau aku mati ....). Tampaknya kematian adalah hal yang pada umumnya tidak diterima. Sekalipun semua tahu bahwa pada suatu ketika akan mati, tetapi kalau ada yang tanya “Bagaimana kalau nanti beberapa jam lagi terjadi pada Anda?”, pada umumnya muncul tawa yang nuansanya menolak dan bahkan ada mengucap “Belum siap”.

Sebenarnya kesejatian badan adalah materi atau barang benda. Manusia menjadi salah satu ciptaan Allah dari “debu tanah” (Kej 2:7). Kalau dikatakan manusia punya kehidupan, tumbuh-tumbuhan dan hewan juga punya. Dengan hidupnya pohon punya daya tumbuh dan hewan punya daya insting. Tetapi manusia tidak hanya punya daya tumbuh yang bisa diamati dari sebagai janin, bayi, kanak-kanak, remaja, muda, tua, hingga lansia. Manusia juga tak hanya punya insting tetapi secara umum dapat dikatakan juga memilik daya pikir, daya rasa, dan daya berkehendak. Dengan demikian matinya manusia berbeda dengan matinya tumbuh-tumbuhan dan hewan.

Berkaitan dengan omongan tentang kematian, matinya manusia amat berbeda dibandingkann dengan matinya tumbuhan dan hewan. Dengan kehilangan daya tumbuh, sebatang pohon akan layu dan bisa keropos. Matinya hewan ditandai dengan berhentinya daya tenaga badan. Ada hewan-hewan yang sadar atau tidak sadar disamakan dengan manusia berkaitan dengan kematian, yaitu habisnya aliran darah. Ada yang mempercayai bahwa dalam darah ada nyawa. Hilangnya nyawa membuat hilang pula kehidupan. Maka dalam agama atau kepercayaan tertentu ada larangan menyantap menu berbahan darah sebagai sikap menjunjung tinggi kehidupan. Tetapi kematian manusia yang membuat badan meninggalkan dunia fana sungguh berbeda dengan matinya tumbuhan bahkan hancurnya barang benda. Sesayang apapun terhadap barang benda tertentu atau pohon tertentu atau binatang tertentu, pada umumnya orang tidak akan mendalam susahnya dibandingkan dengan hilangnya dari dunia fana orang dekat atau keluarga karena kematian.

Ketika meninggal dunia orang akan mendapatkan perhatian dan penghormatan khusus bahkan menjadi sebuah hajatan mendadak. Sesudah tak tampak di dunia fana karena sudah dikubur, penghormatan masih datang dan bisa datang berkali-kali karena ada peringatan arwah. Di dalam agama Katolik peringatan arwah bisa mendapatkan hari bahkan bulan khusus pada bulan November. Orang Jawa mengkhususkan bulan Ruwah sebagai bulan menghormat arwah. Bahkan doa untuk arwah selalu masuk dalam Doa Syukur Agung ketika ada Misa berlangsung. Penghormatan-penghormatan ini mengalir dari keyakinan bahwa debu tanah yang jadi badan bagi bahan penciptaa manusia bukanlah hanya bahan materi belakang. Badan manusia adalah salah satu dari keseluruhan kemanusiaan. Santo Paulus berkata kepada umat Tesalonika tentang keseluruhan manusia sebagai “roh, jiwa dan tubuh” (1Tes 5:23). Ketiga unsur manusia itu menyatu sebagai gambar Allah (Kej 1:27) karena kehidupan sejatinya datang dari nafas atau Roh Allah (Kej 2:7).

Ada Kehidupan Kekal

Di dalam Misa Arwah ada kata-kata dalam Prefasi Arwah “Sebab, meskipun kami seharusnya binasa dan direnggut maut karena dosa, berkat rahmat dan kasih sayang-Mu, kami ditebus melalui kemenangan Kristus. Bersama Dia, kami dipanggil kembali menuju kehidupan”. Sebenarnya kematian bagi para murid Kristus bukan terutama berhentinya fungsi jantung dan meninggalkannya tubuh dari dunia fana. Kematian sejati adalah karena dosa. Santo Paulus bilang bahwa “upah dosa ialah maut” (Rom 6:23). Hal ini telah dikatakan oleh Tuhan Allah pada manusia pertama dalam Kej 2:7 kalau hidup bertentangan dengan perintah-Nya dia akan mati. Tetapi karena anugerah kasih-Nya, Allah menyelamatkan dan memanggil menuju kehidupan. Memang, dalam realita orang tetap mengalami maut. Tetapi dalam salah satu Doa Prefasi lain orang mendapatkan keyakinan akan adanya kediaman abadi karena iman akan kebangkitan. Kata-katanya adalah sebagai berikut :

“Sebab Dialah yang telah menumbuhkan harapan kokoh dan kebangkitan mulia; sehingga kami yang sering takut akan maut yang tak terelakkan itu sungguh-sungguh dihibur oleh hidup abadi yang telah dijanjikan kepada kami. Oleh karena itu, sebagai umat beriman kami yakin bahwa hidup hanyalah diubah, bukannya dilenyapkan; bahwa suatu kediaman abadi tersedia bagi kami di surga bila pengembaraan kami di dunia ini berakhir.”

Ada kebangkitan

Kalau merujuk pada kehidupan liturgi Gereja, Perayaan Paskah adalah pusat yang mewarnai segala liturgi dan peribadatan umat. Perayaan Paskah adalah ungkapan hidup para murid Kristus yang melandaskan iman akan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Bagi orang Kristiani, segala penghayatan hidup bersumber dan bermuara pada keyakinan akan adanya kebangkitan Kristus. Segala ajaran iman, pegangan moral, dan tatanan hukum Gereja dilandasi oleh dan mengungkapkan iman akan kebangkitan. Maka Santo Paulus berkata “ Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu” (1Kor 15:13-14). Di dalam Kristus setiap orang juga akan mengalami kebangkitan. Tuhan Yesus bersabda “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman” (Yoh 6:44). Hidup dalam Kristus adalah anugrah ilahi. Dari sini para murid Kristus mendapatkan janji kebangkitan badan.

Kehidupan kekal

Kalau kita memperhatian Syahadat Iman, ada butir iman dalam Gereja “Kebangkitan badan dan hidup kekal”. Kebangkitan menjadi pegangan keyakinan bahwa dalam Kristus ada kebangkitan badan. Ketika berbicara tentang roti hidup Tuhan Yesus bersabda “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman” (Yoh 6:54). Sementara itu yang disebut hidup kekal sejatinya tidak pertama-tama berkaitan dengan dunia orang yang sudah meninggal dunia. Tuhan Yesus bersabda “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh 17:3). Dalam hal ini mengenal berarti memiliki sambung atau hubungan personal. Hidup kekal berarti memiliki hubungan personal dengan Allah Sang Keabadian. Sebagai orang Kristiani saya yakin bahwa dalam Kristus Allah “telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh 1:14). Dengan demikian bagi manusia hidup kekal sudah terhayati sejak masih di dunia fana, yaitu dihayati dalam iman. Bukankah “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr 11:1)?

Pengubahan badan

Dalam salah satu Prefasi Arwah tentang kematian dikatakan “sebagai umat beriman kami yakin bahwa hidup hanyalah diubah”. Sebagai ciptaan yang dijadikan gambar Allah oleh Allah dengan daya Roh Allah, kehidupan manusia tidak seperti pohon-pohonan dan hewan. Pohon-pohon hidup karena masih punya daya tumbuh. Hewan hidup karena masih punya daya rangsang atau insting. Tetapi roh manusia sebagai bagian Roh Allah menjadi daya hidup yang tak terpadamkan oleh apapun. Manusia punya hidup kekal. Lalu bagaimana kalau dalam realita ada peristiwa yang disebut kematian? Lalu bagaimana kalau kematian manusia menuntut adanya tata penghormatan? Lalu bagaimana kalau yang hidup dituntut untuk tetap mengadakan peringatan atau doa arwah yang dalam Misapun selalu ada dalam Doa Syukur Agung? Bagi saya itu semua adalah pertanda bahwa manusia sepenuhnya (roh, jiwa, badan) tetap ada sekalipun orang mengatakan bahwa nyatanya ada kematian dalam pengalaman manusia. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan “Warga Kristen yang menyatukan kematiannya dengan kematian Yesus, menganggap kematian sebagai pertemuan dengan Yesus” (1020). Yang disebut kematian bagi manusia menjadi pintu masuk berjumpa dengan Allah muka dengan muda. Bukankah Tuhan Yesus adalah pintu masuk dalam kehidupan sejati (lihat Yoh 10:1-10)? Dengan demikian hilang atau rusaknya tubuh karena peristiwa yang disebut kematian sebenarnya adalah pengubahan dan pembaharuan fisik manusia yang tidak terikat lagi oleh ruang dan waktu seperti Tuhan Yesus yang bangkit dari kubur bisa menemui para murid kapanpun dan dimanapun sekalipun di tempat yang tertutup pintu dan bisa masuk mendadak.

Selesai pengembaraan

Ada pepatah Jawa yang mengatakan bahwa urip ki mung mampir ngombé (hidup adalah mampir untuk minum). Ini muncul dari gambaran bahwa hidup adalah perjalanan dari asal mula menuju kembali ke awal. Berapapun usia seseorang, kehidupan di dunia fana ini tetaplah hanya sebentar. Dari https://id.wikipedia.org/wiki/Sebelum_Masehi saya mendapatkan keterangan tentang zaman bahwa sebelum tahun Masehi ada 3 zaman kehidupan selama 3000 tahun dari prasejarah (hingga sekitar 3000 SM), zaman kuno awal (3000-1000 SM), hingga zaman kuno akhir (1000-1 SM). Maka kehidupan sudah ada lebih dari 3000 tahun sebelum masa Masehi. Kalau kini kita berada di tahun 2025 M, maka kehidupan paling tidak sudah ada selama 52025 tahun. Di dalam Kitab Suci tertulis manusia berusia terlama adalah Metusalah, yaitu 969 tahun (Kej 5:27). Itu berarti Metusalah ada di dunia fana paling panjang selama 1,86% dari panjang usia perkiraan hidup dengan tonggak hitungan Masehi. Bagaimana dengan manusia kita dewasa ini? Dari google saya menemukan tulisan “Rata-rata usia harapan hidup global adalah sekitar 71–76 tahun, sedangkan di Indonesia pada tahun 2025 mencapai 71,4 tahun menurut data World Population Prospects, dengan data dari Kementerian Kesehatan menyebutkan angka 74 tahun pada Agustus 2025”. Kalau kita naikkan rata-rata menjadi 80 tahun, rata-rata orang di dunia fana adalah 0,15% dari panjang kehidupan dunia sebelum dan sesudah Masehi.

Puji Tuhan, kehidupan sejati manusia tidak berhenti di alam kehidupan fana. Saya ingat lagi Prefasi “sebagai umat beriman kami yakin bahwa hidup hanyalah diubah, bukannya dilenyapkan; bahwa suatu kediaman abadi tersedia bagi kami di surga bila pengembaraan kami di dunia ini berakhir”. Itu menjadi keyakinan bahwa kematian adalah selesainya sebuah pengembaraan manusia sebagai umat Allah. Seindah apapun warna-warni dunia, itu adalah seperti dunia pariwisata. Itu hanya sebuah piknik. Seenak apapun piknik atau pengembaraan, seseorang sewajarnya mendapatkan kenyamanan hidup di rumah sendiri, yaitu hidup bersama Allah. Di dalam pengembaraan di dunia fana untuk mendapatkan kesejatian orang Jawa membutuhkan kebijakan yang disebut ngèlmu. “Ngèlmu iku kelakoné kanthi laku” (Kebijakan itu diperoleh dengan berprihatin) demikian kata orang Jawa. Berprihatin berarti olah hidup ikut Tuhan dalam perkembangan situasi hidup dan budaya setempat. Pengembaraan yang menuntut keprihatinan terjadi pada saat kematian sebagai garis akkhir sebagaimana tersirat dalam kata-kata Santo Paulus “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman” (2Tim 4:7). Tuhan Yesus juga mengatakan selesai ketika wafat di salib. Kitab Suci mencatat : Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya. (Yoh 19:30)

Santo Sabas, Abbas dan Pengaku Iman

diambil dari https://www.imankatolik.or.id/kalender/5Des.html

Sabas lahir di Mutalaska, dekat Kaisarea, Kapadokia pada tahun 439. Semasa remajanya ia masuk biara Basilian yang dipimpin oleh Santo Eutimos Agung. Setelah ia menjadi seorang pertapa yang dewasa dan mempunyai banyak pengalaman, ia mendirikan Laura (semacam tempat pertapaan) Mar Saba yang terletak antara Yerusalem dan Laut Mati. Sebuah Laura dihuni oleh sekelompok rahib yang menjalani hidup pertapaan secara terpisah-pisah di sekitar gereja.

Karena beberapa dari rekan rahibnya menentang aturan-aturannya dan menuntut kehadiran seorang imam sebagai abbas mereka, maka ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 491. Ia sangat bijak dalam memimpin para rahib, sehingga pada tahun 494 ia diangkat sebagai pemimpin tertinggi dari semua biara yang ada di Palestina. Sabas dengan gigih membela ajaran Konsili Kalsedon dan berani menegur kaisar sehubungan dengan berbagai ajaran sesat yang berkembang di Kekaisaran Konstantinopel. Dua kali ia menghadap kaisar di istana kekaisaran untuk menentang ajaran-ajaran sesat itu.

Pertapaan Mar Saba yang didirikannya sampai kini dihuni oleh rahib-rahib dari Gereja Ortodoks Timur yang menghayati suatu cara hidup tapa Yang keras dan sederhana. Konon biara itu pernah diperbaiki oleh pemerintah Rusia pada tahun 1840. Sabas meninggal dunia dalam usia 94 tahun pada tanggal 5 Desember 532.

Lamunan Pekan Adven I

Jumat, 5 Desember 2025

Matius 9:27-31

27 Ketika Yesus meneruskan perjalanan-Nya dari sana, dua orang buta mengikuti-Nya sambil berseru-seru dan berkata: "Kasihanilah kami, hai Anak Daud." 28 Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka: "Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?" Mereka menjawab: "Ya Tuhan, kami percaya." 29 Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: "Jadilah kepadamu menurut imanmu." 30 Maka meleklah mata mereka. Dan Yesuspun dengan tegas berpesan kepada mereka, kata-Nya: "Jagalah supaya jangan seorangpun mengetahui hal ini." 31 Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Dia ke seluruh daerah itu.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, orang bisa amat bahagia kalau mengalami peristiwa yang sungguh menghadirkan kegembiraan istimewa. Karena menanggung derita berat berkepanjangan orang sungguh amat sangat bergembira kalau bisa terlepaskan.
  • Tampaknya, pengalaman kegembiraan seperti itu sungguh bisa menjadi pendorong orang untuk bercerita ke sana-sini. Orang bahkan bisa mengadakan pesta syukur yang mengundang banyak orang lain.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun mengalami kebahagiaan mendalam terlepas dari derita berkepanjangan, orang akan menahan diri tak omong sana-sini untuk merasakan itu sebagai anugrah karya ilahi agar tak terjatuh pada kesombongan batin. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang menjaga diri untuk sadar akan rahmat karya Tuhan dalam setiap peristiwa apapun dalam hidupnya.

Ah, kalau mengalami peristiwa yang amat menggembirakan ya baik kalau mengadakan pesta.

Wednesday, December 3, 2025

Umat Lingkungan Jangli

Pada sekitar jam 09.00 Minggu 30 November 2025 ada karyawan yang datang ke kamar Rm. Bambang. "Rama, nika wonten tamu kangge Rm. Djoko. Kados pundi yen ditatakaken kursi wonten ngajeng kamaripun Rm. Djoko?" (Rama, ada tamu untuk Rm. Djoko. Bagaimana kalau disediakan kursi ditata di depan kamar Rm. Djoko) kata karyawan itu yang langsung ditanggapi oleh Rm. Bambang "Seka ngendi?" (Dari mana?). Ternyata rombongan tamu datang dari Jangli, Semarang. Hari itu memang tercatat ada rombongan tamu dari Jangli Semarang. Dalam catatan yang datang untuk para rama Domus. Tetapi bagaimana kalau ternyata sebenarnya para tamu datang untuk Rm. Djoko.


Ketika Rm. Bambang keluar dari kamar, beberapa anggota tamu langsung menghampiri dan mereka bilang bahwa dulu anggota pendampingan iman ada yang ikut latihan Rm. Bambang. Rm. Bambang dulu memang sering ke Paroki Karangpanas, Semarang, dan juga diminta Misa Minggu oleh Pastor Paroki. Cukup banyak warga Karangpanas terlibat dalam gerakan karya misioner bidang tugas karya Rm. Bambang dari Uskup. Tetapi semua yang hadir adalah umat Lingkungan Jangli dimana Seminari Tahun Orientasi Rohani (TOR) berada. Rm. Djoko pernah jadi rektir di situ dan hubungan Seminari TOR dengan Lingkungan dan tetangga sekitar cukup erat. Maka layaklah kalau Rm. Djoko amat masuk di hati para tamu. Ternyata Rm. Jarot, Rm. Andika, dan Rm. Saptaka juga tidak asing di hadapan para tamu. Rama-rama itu ketika frater di Seminari TOR juga akrab dan sering terlibat di Lingkungan Jangli. Pertemuan para tamu dengan para rama terasa amat akrab meriah penuh gelak tawa. Maklum saja, kedatangan mereka menjadikan pertemuan seperti even reuni. 

Wanita Katolik RI Pugeran

Itu adalah hari Minggu 30 November 2025. Rm. Bambang bersama rama-rama sepuh Domus sedang berhadapan dengan rombongan tamu dari umat Lingkun...