Monday, December 22, 2025

Asal Mula Tradisi Kandang Natal

diambil dari https://christusmedium.com/2020/12 in Spiritualitas

Greccio, sebuah kampung kecil di pegunungan Italia, tempat di mana pertama kali dalam sejarah, malam Natal dengan palungan dan jerami, serta lembu dan keledai dirayakan Santo Fransiskus Assisi (1182-1226).

Sebagaimana dilukiskan oleh Thomas Celano, penulis biografi Fransiskus Assisi, pada tahun 1223, dua pekan menjelang Natal, Fransiskus hendak mewujudkan kerinduannya untuk merayakan Natal di Greccio. Ia ingin sekali merasakan aura suasana Betlehem, malam kudus ketika Yesus Penyelamat lahir ke dunia.

Fransiskus sendiri telah mengunjungi Tanah Suci pada sekitar tahun 1219, di mana ia berziarah ke tempat kelahiran Yesus. Pengalaman ziarah itu membuat ia semakin mencintai dan kagum pada Kristus yang rendah hati.

Sekembalinya dari Tanah Suci, ia ingin sekali merasakan dan menyentuh misteri Sabda menjadi daging (inkarnasi), yang menjelma sebagai bayi mungil di palungan, tersenyum damai menyambut segenap makhluk yang datang menyembah-Nya.

Celano melukiskan bahwa Fransiskus mau merayakan adegan Natal dengan sebuah kerinduan hati yang mendalam : … ‘Aku mau melihat dengan mataku sendiri keadaan-keadaan pahit dan papa yang diderita-Nya sebagai bayi, bagaimana Kanak-Kanak itu dibaringkan di dalam palungan, dan bagaimana Kanak-Kanak itu diletakkan di atas jerami, dengan didampingi lembu dan keledai’.

Di Greccio, Fransiskus meminta seorang sahabat yang dikasihinya, Yohanes, orang terpandang di Greccio, untuk mempersiapkan perayaan Natal. Palungan dan jerami disediakan. Lembu dan keledai digiring ke tempat itu. Para warga berkumpul dengan membawa obor dan lilin. Cahaya bintang di langit turut menerangi malam itu. Jauh dari kesan komersial. Suasana kelahiran dihayati sungguh-sungguh.

Digambarkan bahwa Natal di Greccio itu berlangsung penuh sukacita. Para saudara (pengikut Fransiskus) dan warga kampung bernyanyi dengan sukacita. Greccio menjadi Betlehem baru. Fransiskus sendiri membacakan Injil dengan sukacita dan berkhotbah dengan hati berkobar-kobar. Fransiskus seakan-akan melihat seorang bayi di palungan. Ia menghampiri dan membangunkannya.

Di malam itu kampung Greccio menjadi Betlehem yang baru. Warga berdatangan, pria dan wanita, membawa obor dan lilin seturut kemampuannya, semua bergembira. Palungan telah dibuat, jerami diangkat, lembu dan keledai digiring ke tempat itu. Di situlah kesederhanaan dihormati, kemiskinan dimuliakan, kerendahan hati dipuji. Segenap makhluk mengumandangkan kegembiraan Natal.

Hati Fransiskus bersukacita karena melihat bayi Yesus dalam palungan. Kedinaan Tuhan menyukakan hatinya. Penglihatan itu meninggalkan pesan mendalam. Fransiskus seakan-akan membangunkan Yesus yang lama tertidur dalam hati manusia, agar mereka sekarang merasakan sukacita dalam harapan sejati yang telah diperlihatkan Tuhan dalam diri bayi Yesus.

Thomas Celano melukiskan bahwa di akhir malam Natal itu, semua orang kembali ke rumah dengan penuh sukacita. Memaknai Natal sebagai ungkapan kerendahan hati Allah: itulah yang dihayati Fransiskus Assisi di kampung Greccio. Dan sejak perayaan Fransiskus inilah tradisi kandang Natal mulai dikenal dalam tradisi Gereja.

Di tempat malam Natal istimewa itu kemudian dibangun altar khusus sebagai warisan pesan damai dan simplisitas atau kesahajaan ilahi di hari Natal. Sampai sekarang tersedia sebuah galeri dekat Gereja para Fransiskan di Greccio itu, di mana para peziarah dari berbagai negara dan wilayah dapat melihat kandang-kandang Natal dari versi berbagai negara.

Santo Yohanes dari Kanty

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 08 Agustus 2013 Diperbaharui: 20 Desember 2019 Hits: 11133

  • Perayaan
    23 Desember
  •  
  • Lahir
    23 Juni 1390
  •  
  • Kota asal
    Kanty, Silesia, Polandia
  •  
  • Wafat
  •  
  • 24 Desember 1473 di Cracow, Polandia | Oleh sebab alamiah
  •  
  • Beatifikasi
    28 Maret 1676 oleh Paus Klemens X
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 16 Juli 1767 oleh Paus Klemens XIII

Orang kudus ini dilahirkan pada tahun 1390 di Kęty, sebuah kota kecil dekat Oświęcim, di keuskupan Kraków, Polandia.  Melihat betapa cerdas putera mereka, orangtuanya mengirimkannya untuk belajar di Universitas Krakow. Yohanes berhasil gemilang dalam studinya, di mana ia mencapai gelar sarjana, dan kemudian menggapai gelar Doktor. Walau dengan pendidikannya ia dapat dengan mudah mencapai kemuliaan di dunia namun ia mengabaikannya dan lebih memilih untuk masuk seminari untuk menjalani pendidikan sebagai calon imam.  

Kemudian ia menjadi seorang imam, seorang professor, dan seorang pengkhotbah. St Yohanes juga dikenal karena kasihnya yang besar kepada orang-orang miskin. Suatu ketika ia sedang makan di ruang makan universitas. Saat ia mulai bersantap, terlihat olehnya dari jendela seorang pengemis sedang melintas. Sekonyong-konyong ia melompat dari kursinya dan membawa pengemis itu untuk makan malam bersamanya.

Sebagian orang dalam biara merasa amat iri hati atas keberhasilan St Yohanes sebagai seorang professor sekaligus seorang biarawan dan pengkhotbah.  Akhirnya mereka berhasil membuat dia dikirim menjadi seorang pastor paroki di sebuah paroki yang sangat terpencil.  Awalnya segala sesuatu memang tidak mudah bagi guru besar dari Krakow  ini. Namun Yohanes adalah seorang yang tidak mudah menyerah.  Di sini, St Yohanes memberikan segenap hatinya ke dalam kehidupan barunya sebagai pastor paroki. Beberapa tahun berkarya di paroki, Yohanes menjadi pastor paroki yang sangat disayangi umatnya. Pada saat ia dipanggil kembali ke univesitas, umat paroki yang begitu mengasihinya mengantarnya hingga separuh perjalanan. Sesungguhnya, mereka begitu sedih membiarkannya pergi sehingga St Yohanes harus mengatakan kepada mereka, “Kesedihan ini tidak menyenangkan Tuhan. Jika aku telah melakukan sesuatu yang baik bagi kalian sepanjang tahun-tahun ini, marilah menyanyikan sebuah lagu sukacita.”   

Kembali di Krakow, St Yohanes mengajar kelas Kitab Suci dan lagi, ia menjadi seorang guru yang amat populer. Ia diundang ke rumah-rumah para bangsawan yang kaya. Tetapi, masih saja, ia memberikan segala yang dimilikinya kepada orang-orang miskin dan berpakaian seperti orang miskin pula. Suatu ketika ia mengenakan sehelai jubah hitam yang usang ke sebuah perjamuan. Para pelayan tidak memperbolehkannya masuk. St Yohanes pun pulang dan berganti mengenakan sehelai jubah baru. Dalam perjamuan, seseorang menumpahkan makanan ke atas jubah barunya.
“Tak apa,” kata Yohanes bergurau; “bagaimanapun, jubahku pantas mendapatkan makanan, sebab tanpa jubah ini, aku tidak akan berada di sini sama sekali.”

St Yohanes hidup hingga usianya yang ke delapanpuluh tiga. Lagi, dan lagi, sepanjang hidupnya ia membagi-bagikan segala yang ia miliki demi menolong orang-orang miskin. Ketika orang banyak mencucurkan airmata mendengar bahwa ia di ambang maut, St Yohanes berkata, “Janganlah khawatir dengan tubuh yang akan binasa ini. Tetapi, pikirkanlah jiwa yang akan segera meninggalkannya.” Dia meninggal pada 24 Desember 1473 dalam usia 83 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Gereja St Anna, Krakow. Sampai kini makamnya telah menjadi salah satu situs ziarah rohani yang populer di Polandia. Santo Yohanes dari Kanty dimaklumkan sebagai seorang santo oleh Paus Klemens XIII pada tahun 1767.

Lamunan Pekan Khusus Adven

Selasa, 23 Desember 2025

Lukas 1:57-66

57 Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan iapun melahirkan seorang anak laki-laki. 58 Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. 59 Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, 60 tetapi ibunya berkata: "Jangan, ia harus dinamai Yohanes." 61 Kata mereka kepadanya: "Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian." 62 Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. 63 Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: "Namanya adalah Yohanes." Dan merekapun heran semuanya. 64 Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah. 65 Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. 66 Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: "Menjadi apakah anak ini nanti?" Sebab tangan Tuhan menyertai dia.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, dengan menjalani adat istiadat orang bisa merasa sudah menjalani kemampanan. Suasana mapan dipandang sebagai kebaikan hidup.
  • Tampaknya, dalam kemapanannya orang bisa merasa bahagia karena mengalami keharmonian hidup. Hidupnya bisa serasi dan selaras dalam hubungan dengan orang lain dan dirinya sendiri serta keyakinan keagamaannya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, sekalipun kemapanan dan keselarasan hidup bisa menghadirkan rasa bahagia, kebahagiaan dan rasa ceria sejati justru mengalir dari sikap hati orang yang dinamis dan berani terbuka terhadap berbagai perubahan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang selalu tidak takut berhadapan dengan realita yang baru dan diperbarui karena sikap imannya adalah semakin ikut Tuhan dalam perkembangan situasi hidup dan budaya setempat.

Ah, bagaimanapun yang namanya perubahan harus diwaspadai karena bisa mengganggu hidup yang sudah mapan.

Sunday, December 21, 2025

Domus Pacis Karaokean


SMA Stella Duce 1 termasuk sekolah favorit dan terkenal di Yogyakarta. Banyak murid juga datang dari luar Yogya bahkan luar pulau Jawa. Banyak mantan siswi, karena semua murid adalah perempuan, mengelompok dalam angkatan-angkatan tertentu. Salah satu kelompok pada Sabtu 20 Desember 2025 berkunjung ke para rama sepuh di Domus Pacis Santo Petrus. Yang berkunjung pada umumnya adalah pengurus kelompok tahun-tahun angkatan tertentu didampingi oleh Rm. Bismoko. Sebenarnya mereka sudah mengirimkan run down acara. Acara dimulai pada jam 08.00 berisi pembukaan, doa, sambutan-sambutan, ramah tamah dengan nyanyi dan games, snack time dan penyerahan bingkisan, dan setelah foto dan doa pada jam 09.30 pamitan meninggalkan Domus.

Tetapi acara itu ternyata berubah di tengah-tengah. Sesudah sambutan dari Rm. Andika sebagai Direktur Domus suasana jadi cukup meriah dengan perkenalan rama-rama Domus yang dipandu oleh Rm. Bambang. Bahkan tanya-jawab tentang Domus dari para tamu ke para rama juga menjadi jumpa kelakar persaudaraan. Foto-foto pun menjadi acara yang cukup lama dalam kerangka suasana canda tawa. Bahkan acara pamitan tidak terjadi secara formal. Sesudah foto-foto terjadi acara meriah sekali yang tidak terencana baik oleh tamu maupun oleh Domus. Arena pertemuan menjadi seperti ruang pertunjukkan karaoke. Rm. Saptaka tampil menyanyikan lagu-lagu pop Jawa. Para tamu kena pengaruh dorongan kalbu ikut bersuara. Makin meriah lagi Rm. Andika juga tampil dengan suara merdunya dalam lagu-lagu pop Jawa yang menimbulkan tawa. Lagu demi lagu dilantunkan dan sungguh semua terhibur yang kerap mengalirkan tawa keceriaan.

Beato Gratia Cattaro

 diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 02 November 2017 Diperbaharui: 11 Februari 2018 Hits: 23101

  • Perayaan
    9 November
    16 November (pada beberapa Kalender)
    22 Desember (pada beberapa Kalender)
  •  
  • Lahir
    27 Oktober 1438
  •  
  • Kota asal
    Mulla, Cattaro, Montenegro
  •  
  • Wilayah karya
    Italia
  •  
  • Wafat
  •  
  • 8 November 1508 di Biara Santo Kristoforus Venesia Italia
    Sebab alamiah
  •  
  • Venerasi
    -
  •  
  • Beatifikasi
    6 Juni 1889 oleh Paus Leo XIII
  •  
  • Kanonisasi

Gratia Cattaro dikenal akan kerendahan hatinya, semangat penebusan dosa dan cinta yang mendalam kepada Sakramen Ekaristi. Ia lahir pada 27 Oktober 1438 di kota Mulla, Cottaro, di pantai Dalmatian, yang saat ini menjadi wilayah Montenegro. Ayahnya adalah seorang nelayan, dan pada usia belasan tahun Gratia sudah bekerja sebagai pelaut demi membantu ekonomi keluarganya yang miskin.

Suatu hari ditahun 1468, kapalnya bersandar di kota pelabuhan Venesia, Italia. Gratia mendengar kotbah yang memukau dari seorang biarawan Agustinian bernama Simone di Camerino. Batinnya bergejolak saat biarawan ber-tonsura itu menjelaskan tentang kesia-siaan hidup duniawi dan indahnya hidup abadi bersama Yesus dan para kudus di surga. Gratia yang saat itu telah berusia 30 tahun seketika itu juga memutuskan untuk meninggalkan kehidupannya sebagai pelaut dan menjadi seorang biarawan Agustinian. Ia lalu meninggalkan kapal dan masuk biara Augustinian. Ia pun diterima sebagai seorang Bruder di Biara Monte Ortone Padua, Italia. Biara ini adalah sebuah biara kontemplatif yang penuh disiplin dan sangat ketat menjalani semua regula Agustinian dan Konstitusi Ordo.

Dalam biara, Bruder Gratia diberi tugas sebagai seorang perawat taman dan koster yang dijalani dengan penuh sukacita. Masa hidupnya sebagai seorang pelaut yang penuh godaan nafsu duniawi kini telah berlalu, Gratia kini lahir kembali dalam Roh Kebenaran sebagai seorang biarawan Agustinian yang sepanjang hari menjalani laku silih yang berat sebagai penitensi atas dosa-dosanya dimasa lalu. Ia tinggal dalam kedamaian biara ini selama lima belas tahun.

Pada tahun 1482 Bruder Gratia dipindahkan ke biara Santo Kristoforus di Murano, di pantai Venesia, tempat ia tinggal sepanjang sisa hidupnya. Cintanya yang mendalam pada Ekaristi dan kesucian hidupnya membuat ia memperoleh banyak karunia Ilahi. Ia dapat mengetahui hal-hal yang tersembunyi, mampu melihat ke masa depan, dan dapat menyembuhkan orang sakit hanya dengan berdoa. Sebuah cahaya dikatakan akan bersinar dari dalam bilik pertapaannya saat ia tenggelam dalam doa dan meditasi di malam hari.  

Bruder yang kudus ini tutup usia di Biara Santo Kristoforus Venesia pada 8 November 1508 dan dimakamkan di pemakaman biara tersebut. Banyak mujizat dilaporkan terjadi pada umat yang datang berziarah dan makamnya segera ramai dikunjungi para peziarah. Pada tahun 1810, makamnya dipindahkan ke tanah kelahirannya di gereja paroki Mulla Montenegro.

Lamunan Pekan Khusus Adven

Senin, 22 Desember 2025

Lukas 1:46-56

46 Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, 47 dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, 48 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, 49 karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. 50 Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. 51 Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; 52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; 53 Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; 54 Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, 55 seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya." 56 Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, bagaimanapun juga mendapatkan sanjungan dan menjadi kekaguman memang bisa membuat orang merasa bahagia. Dia bisa memberikan kesaksian di hadapan orang lain bahwa itu adalah anugrah atau rahmat ilahi.
  • Tampaknya, bagaimanapun juga orang akan amat berbahagia kalau diketahui oleh banyak orang mendapatkan anugrah istimewa dalam hidup. Dia bisa mengadakan doa atau ibadat bersama untuk menunjukkan syukurnya pada Tuhan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, sekalipun wajar mengucap syukur bahkan mengadakan syukuran dengan memberi kesaksian di hadapan banyak orang yang diundangnya, orang baru sungguh memiliki rasa syukur dan bahagia kalau ucapan sukacitanya dilandasi pujian dan pemuliaan pada Tuhan dalam relung hati. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang pertama-tama akan kontakan memuliakan Tuhan secara batin sebagai landasan jiwani dalam segala ucapan dan tindakannya.

Ah, syukuran itu ya pesta mengundang banyak orang.

Saturday, December 20, 2025

Menjelang 24 Desember 2025 Malam

Sebetulnya sejak November Paroki-paroki biasa sudah mulai bersiap untuk perayaan Natal. Panitia-panitia sudah siap agenda kerja. Kor dan petugas liturgi pada Desember juga sibuk berlatih. Hal seperti ini tentu tidak terjadi di rumah para rama sepuh Domus Pacis Santo Petrus. Kalau ada yang berlatih untuk Domus, tentu itu terjadi pada kelompok kor yang pada Malam Natal 2025. yaitu Kor dari Paroki Pringgolayan. Yang dilakukan di Domus terutama adalah pendaftaran warga umat Katolik yang akan ikut Misa Natal 24 Desember 2025. Ini dilakukan oleh Rm. Bambang hanya dengan menghadapi laptop di kamarnya. Tentu saja Bu Rini, salah satu relawan Domus, siap sajian konsumsi dengan pesan ke catering.


Meskipun tak ada derap sibuk seperti di Paroki, intern Domus Pacis Santo Petrus juga mempunyai kegiatan. Yang dilakukan oleh Domus kalau di Paroki bisa menjadi kemeriahan yang menghadirkan kelompok tim khusus. Ini adalah kegiatan membuat Gua Natal. Di Domus pembuatan Gua Natal terjadi dalam suasana bebas dari hiruk pikuk. Pada Kamis 18 Desember 2025 Rm. Andika, direktur Domus, dibantu beberapa karyawan mulai membuat dengan kerangka yang dibalut kertas-kertas koran. Simpanan Pohon Natal juga disandingkan dengan Gua Natal. Ketika Misa Komunitas sore, gua sudah terbentuk dengan balutan koran-koran. Ternyata pada Jumat 19 Desember 2025, ketika Misa Komunitas sore hari Pohon Natal sudah terhias dengan kerlap-kerlip lampu-lampu listrik kecil. Bahkan kertas-kertas koran sudah berubah warna. Gua Natal Domus 2025 sudah terbentuk dan tampaknya siap menyambut hadirnya 178 orang umat yang akan ikut Misa Malam Natal.

Asal Mula Tradisi Kandang Natal

diambil dari https://christusmedium.com/2020/12 in Spiritualitas Greccio, sebuah kampung kecil di pegunungan Italia, tempat di mana pertama ...