Sebetulnya sebelum meninggalkan tempat karya yang berkantor di Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM), saya sudah mempersiapkan diri untuk tinggal di rumah yang diwarnai oleh jarak dengan umat. Saya siaga masuk di rumah tua para romo projo Keuskupan Agung Semarang yang bernama Domus Pacis. Saya siaga untuk tidak berdekatan lagi dengan umat Katolik seperti di Paroki dan wilayah karya saya di lembaga misioner. Yang jelas saya masuk Domus sejak 1 Juni 2010. Kalau dihitung hingga kini, 23 Agustus 2023, saya menghuni rumah tua sudah lewat 13 tahun.
Selama 2 tahun pertama harus diakui bahwa saya bertemu dengan umat hanya terjadi ketika saya diminta oleh umat untuk memimpin Misa ujub keluarga. Dalam catatan Rm. Bambang itu terjadi kebanyak berjumlah rata-rata 4-5 kali dalam sebulan. Dengan demikian 5/6 kehidupan saya ada dalam kesunyian Domus Pacis. Kebetulan justru selama berada di rumah tua saya dilatih dengan penuh kesabaran oleh Rm. Agung untuk menggunakan media sosial (medsos). Memang, setiap kali memimpin Misa di tengah umat saya selalu memasukkan Domus dalam homili dan omongan lain. Barang kali warta langsung face to face dan lewat medsos menggerakkan banyak umat ingin tahu Domus. Maka berkembanglah kunjungan-kunjungan kelompok dalam rombongan-rombongan. Ada yang kunjungan biasa, ada yang minta Misa, bahkan ada yang juga minta rekoleksi singkat. Ternyata hal ini juga menambah terjadinya perkembangan perhatian umat bagi para romo sepuh di Domus. Perhatian umat terus terjadi hingga kami pindah di Domus Pacis Santo Petrus Kentungan. Bantuan umat baik berupa kebutuhan barang benda maupun tambahan dana uang sungguh menopang keterbatasan anggaran rutin yang diterima dari Keuskupan. Memang, dengan penggunaan medsos yang jauh jadi mendekat. Sedang dari yang jumpa langsung yang dekat jadi melekat. Tentu saja saya juga ikut mengalami terjadinya kebutuhan duniawi seperti yang terjadi hari ini. Dari Jakarta ada perhatian terhadap kesehatan saya dengan mengirim masker dan hand sanitizer. Sedang dari umat paroki Jogja selera lidah didekati dengan kiriman kerupuk.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Rm. Hartanta Akan 15 Tahun Imamat (1)
Pada Kamis 5 Juni 2025 malam, ada omong-omong antara Rm. Hartanta, Bu Rini, dan saya tentang rencana tanggal 30 Juni 2025. Itu adalah hari P...

-
Pada Kamis sore 15 Agustus 2024 Rm. Bambang numpang mobil Bu Rini yang periksa dokter di RS Panti Rapih. Bu Katrin, adik bu Rini menjadi dri...
-
Pada Misa Komunitas Domus Pacis Santo Petrus Selasa 13 Mei 2025 tampak ada wajah baru. Beliau jelas bukan warga Katolik sekitar Domus, karen...
-
"Apakah diperkenankan kalau ada di antara kami ada yang datang lalu mengajak Rama Hartana keluar jajan?" tanya seorang di antara r...
No comments:
Post a Comment