Tuesday, August 12, 2025

Santo Hippolitus

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 25 Agustus 2013 Diperbaharui: 01 Juni 2014 Hits: 13307

  • Perayaan
    13 Agustus
  •  
  • Lahir
    Hidup pada Abad ke-3
  •  
  • Kota asal
    Roma - Italia
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir. Kedua kaki dan tangannya masing-masing diikat pada seekor kuda lalu kuda-kuda itu dipacu keempat arah berlawanan hingga tubuhnya koyak menjadi empat bagian.
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

St. Hippolitus awalnya adalah seorang perwira tentara kerajaan Romawi yang ditugaskan untuk menjaga para tawanan Kristen yang ditangkap pada masa penganiayaan kaisar Maximinus. Melihat keteguhan iman orang-orang Kristen Hippolitus kemudian bertobat dan memberikan dirinya untuk dibabtis. Ia kemudian meninggalkan dinas militer lalu belajar tentang iman Kristiani, sampai ia ditahbiskan menjadi imam. 

Ia kemudian menulis banyak karya-karya mengagumkan mengenai teologi. Ia juga seorang guru yang hebat pula. Latar belakang militernya membuat Hippolitus merasa kecewa dengan kepemimpinan Santo Paus Pontianus dan beberapa Paus sebelumnya, yang ia nilai tidak tegas  dan kurang cepat tanggap dalam menghadapi orang-orang yang mengajarkan ajaran-ajaran sesat.

Hippolitus sendiri mempunyai sejumlah besar pengikut. Para pengikutnya mendesaknya agar ia mau diangkat sebagai paus. Hippolitus setuju. Ia memutuskan hubungan dengan Gereja dan menjadi paus tandingan. Ketika penganiayaan dimulai, ia ditangkap dan dikirim ke Sardinia. Di sana, dalam keadaan sengsara, ketika para musuh umat Kristiani tertawa, suatu karya penyembuhan yang ajaib terjadi.

Paus Pontianus dan Hippolitus saling bertemu di tempat pembuangan. Hippolitus tersentuh dengan semangat kerendahan hati paus. Ia kemudian bersujud di hadapan Bapa Suci dan mohon diperbolehkan untuk kembali kedalam pelukan Gereja; segera ia merasakan segala amarah dan kecewanya diambil dari hatinya.

Pontianus, Paus dalam penderitaan itu dapat memahami sang imam dan mengasihinya. Bapa Suci tahu bahwa mereka perlu saling membantu serta menguatkan dalam kasih Yesus. St. Hippolitus wafat sebagai martir dengan cara yang amat mengerikan. Kedua kaki dan tangannya masing-masing diikat pada seekor kuda dan kemudian kuda-kuda itu dipacu keempat arah berlawanan hingga tubuhnya koyak menjadi empat bagian. 

Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja

Lamunan Pekan Biasa XIX

Rabu, 13 Agustus 2025

Matius 18:15-20

15 "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. 16 Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. 17 Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. 18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. 19 Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. 20 Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, bagaimanapun juga yang namanya tindakan dosa selalu bernuansa sosial. Dosa melukai kemanusiaan pada umumnya.
  • Tampaknya, bagaimanapun juga yang namanya tindakan dosa selalu bernuansa imani. Doa melukai hubungan orang dengan Tuhan dan agama.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalamanan batin, sekalipun dosa melukai Tuhan dan sesama serta agama, dalam tegoran untuk pentobatan orang akan mengutamakan menjumpai si pendosa secara individual personal. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa, dalam perjumpaan personal demi kebaikan, Tuhan ada di dalamnya.

Ah, pendosa harus dikenai hukuman sosial.

Monday, August 11, 2025

Omong Pesta-pesta?

"Njing tanggal wolulas onten pesta je" (Besok tanggal 18 Agustus 2025 ada pesta) kata Rm. Hartanta ketika makan siang bersama. Ketika Rm. Bambang tanya "Pesta napa?" (Pesta apa?), Rm. Hartanta menjawab "Ulang tahun Kevikepan Kedu di Muntilan". Tetapi Rm. Hartanta meneruskan dengan bertanya "Njenengan nggih teng Muntilan, ta?" (Anda juga ke Muntilan, kan?), Rm. Bambang menjawab "Inggih. Ujube beda. Kula ndherek Misa Perdana putrane Pak Tik" (Beda ujub. Saya ikut Misa Perdana imamat putra Pak Tik). Ternyata Rm. Djoko Setyo menyambung "Kula njing Slasa ulang tahun tahbisan" (Tanggal 12 Agustus saya ulang tahun tahbisan). Rm. Bambang menyahut "Niku acara personal, ta?" (Itu acara personal, kan?). Ternyata Rm. Djoko kemudian menjelaskan bahwa itu adalah ulang tahun tahbisan seangkatan dan akan terjadi di rumah orangtua Bapak Uskup. Maklumlah, Rm. Djoko adalah sesama angkatan dengan Mgr. Rubiyatmoko, Uskup Agung Semarang. Ternyata, Rm. Jarot ikut memasukkan kata-kata "Kula suk Jemuwah kalihlikur Agustus nggih ulang tahun tahbisan seangkatan teng Klaten" (Besok Jumat 22 Agustus 2025 saya juga berulang tahun tahbisan dengan teman seangkatan di Klaten). "Teng ndalem njenengan?" (Di rumah Anda) tanya Rm. Bambang, karena Rm. Jarot berasal dari Gondang, Klaten. Rm. Jarot menjawab "Mboten. Teng greja Klaten sareng kaliyan Rama Krismanta" (Tidak. Tetapi di gereja Klaten bersama Rm. Krismanto). Omongan tentang pesta-pesta terhenti ketika Rm. Bambang berkata "Kula nggih pesta imamat. Sadaya kula undhang" (Saya juga mengadakan pesta imamat. Semua saya undang). Ketika Rm. Hartanta bertanya di mana, Rm. Bambang "Teng Domus njing tanggal nembelas Agustus" (Di Domus Pacis besok tanggal 16 Agustus). Semua tertawa, karena pada hari itu Domus mengadakan perayaan ulang tahun imamat untuk 4 orang rama penghuni : Rm. Djoko Setyo (tahbisan 12 Agustus 1992), Rm. Saptoko (tahbisan 14 Agustus 1991), Rm. Jarot (tahbisan 16 Agustus 1989), dan Rm. Tri Wahyono (tahbisan 19 Agustus 1987).

Santo Porkarius

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 25 Agustus 2013 Diperbaharui: 26 Oktober 2020 Hits: 9597

  • Perayaan
    12 Agustus
  •  
  • Lahir
    Hidup pada Abad ke-8
  •  
  • Wafat
  •  
  • Sekitar tahun 732 | Martir. Dibunuh bersama para anggota biara Benediktin di Lerin - Perancis
  •  
  • Kanonisasi

  •  
  • Pre-Congregation

Pada abad kelima, suatu biara Benediktin yang besar didirikan di pulau Lerin di French Riviera di pesisir Selatan Perancis. Biara itu disebut Biara Lerins (sekarang dikenal sebagai Île de Saint-Honorat / Biara Santo Honoratius). Biara ini penuh dengan biarawan kudus. Pada abad kedelapan, komunitas Lerins terdiri dari para biarawan, novisiat, pelajar dan para pemuda yang tertarik untuk menjadi biarawan. Seluruhnya berjumlah lebih dari limaratus orang.

Sekitar tahun 732, Abbas Porkarius mendapat semacam wahyu atau nubuat. Tak lama lagi biara akan diserang oleh para penyerang barbar. Abbas Porkarius menaikkan segenap murid dan tiga puluh enam biarawan yang lebih muda dalam kapal. Lalu ia menyuruh mereka segera berlayar agar selamat.

Karena tak ada lagi kapal yang tersisa, Porkarius mengumpulkan semua anggota komunitas yang masih tersisa sekelilingnya. Tak seorang pun mengeluh karena tertinggal. Sebaliknya, mereka berdoa bersama memohon kekuatan. Mereka memohon kepada Tuhan karunia untuk mengampuni musuh mereka.

Segera kaum Saracens dari Spanyol atau dari Afrika Utara mendaratkan kapal-kapal mereka dan menyerang para biarawan, seperti yang telah dinubuatkan sang abbas. Para biarawan berdoa dan saling menguatkan satu sama lain agar dapat dengan gagah berani menanggung derita dan mati demi Kristus. Para penyerang menyerbu dan membantai semua kurbannya terkecuali empat orang yang mereka tawan sebagai budak. Santo Porkarius dan para biarawan Bendiktin di Lerins wafat sebagai martir yang gagah berani bagi Yesus.

Lamunan Pekan Biasa XIX

Selasa, 12 Agustus 2025

Matius 18:1-5.10.12-14

1 Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" 2 Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka 3 lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. 4 Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. 5 Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku."

10 Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga. 

12 "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? 13 Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. 14 Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, untuk menjadi baik, benar, dan mulia, orang harus hati-hati. Ke hati-hatian itu tentu berkaitan dengan sikap dan perilaku.
  • Tampaknya, untuk menjadi baik, benar, dan mulia, orang harus menjaga sikap dan perilaku di hadapan orang lain. Orang harus berupaya menghormat siapapun.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun bersikap dan berperilaku hormat kepada siapapun sudah dipandang sebagai baik benar bahkan mulia, itu semua baru sungguh terjadi kalau dilandasi dengan sikap hormat dan mengutamakan terjaganya kebaikan generasi kanak-kanak. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati, sekalipun sudah menjadi generasi senior dengan kedudukan terhormat, orang baru sungguh menjadi baik, benar, dan mulia kalau menjaga diri mengutamakan mulianya kanak-kanak.

Ah, yang namanya anak-anak dan generasi muda harus menghormat kaum tua dan lansia.

Sunday, August 10, 2025

Sertipel Direktur Domus Pacis Santo Petrus


Sebenarnya Domus Pacis Santo Petrus memang sudah biasa mengadakan acara mengundang umat. Itu berkaitan dengan ulang tahun tahbisan imam masing-masing rama, peringatan arwah rama yang pernah menjadi penghuni Domus Petrus, ulang tahun pemberkatan gedung Domus Pacis Santo Petrus, Misa Malam Paskah/Natal, Misa pembaharuan janji imamat sebelum Kamis Putih. Bahkan mulai tahun 2025 ada pesta kecil makan siang bersama rama dan karyawan dengan mengundang keluarga maksimum 10 orang pada saat ada salah satu rama Domus berfulang tahun kelahiran. Tetapi, sekalipun sama-sama ada banyak umat hadir, acara hari Minggu sore tanggal 10 Agustus 2025 sungguh lain dari acara-acara yang pernah ada. Bahkan selama dihuninya Domus Pacis Santo Petrus baru sekali terjadi.

Pada Minggu sore 10 Agustus 2025 itu ada acara Sertipel (Serah Terima Pelayanan) tugas menjadi Direktur dari Rm. Florentius Hartanta ke Rm. Laurentius Andika Bhayangkara. Sebenarnya keduanya sudah mendapat SK dari Bapak Uskup Agung Semarang pada 1 Juli 2025. Tetapi karena harus melewati berbagai langkah proses pertanggungjawaban tugas, serah terima baru terjadi pada Minggu sore itu di dalam Misa yang dipimpin oleh Rm. Fransiscus Xaverius Sugiyana, Vikaris Jendral Keuskupan Agung Semarang. Kor Yosefin dari Medari, yang biasa siaga untuk Domus Pacis sejak di Puren, hadir menyemarakkan nyanyian-nyanyian Misa. Di dalam Misa itu dilaksanakan pelantikan Rm. Andika menjadi Direktur Domus Pacis Santo Petrus. Berita acara serah terima ditandatangi oleh Rm. Andika dan Rm. Hartanta dan 2 orang saksi, yaitu Rm. Jarot dan Rm. Bambang. Rm. Hartanta secara resmi menyerahkan apapun yang jadi tanggungjawabnya kepada Rm. Andika. Maka, dengan acara itu, semua rama dan para karyawan serta relawan Domus berada di bawah kepemimpinan Rm. Andika. Pada umumnya para penghuni Domus belum tahu siapa dan dari mana Rm. Andika. Untunglah ada tulisan dalam https://investor.id/lifestyle/163924 dari judul Misa Perdana Romo Andika Bhayangkara pada 12 Agustus 2017 
Gora Kunjana menulis :

Paroki Kristus Raja Ungaran Kabupaten Semarang bergembira dan bersyukur menyambut imam baru putra paroki. Ia lahir, besar dan bertumbuh di wilayah Simon Zelot. Bahkan sebelum masuk seminari, Romo Andika sempat menjadi sekretaris Dewan Paroki Ungaran.

Sesudah bekerja di salah satu pabrik tekstil di Ungaran, Putra keenam pasutri I. Sudirjo-I.A. Sri Rahayu itu masuk seminari dalam usia yang sudah dewasa.

Orang menyebut late vocation (panggilan terlambat). Setelah berjuang selama sembilan tahun untuk mengikuti kuliah filsafat dan teologi dan berhasil lulus S-2 Teologi di Universitas Sanata Dharma, Romo Andika akhirnya ditahbiskan menjafi Imam Projo Keuskupan Agung Semarang oleh Mgr. Robertus Rubiyatmoko, Uskup Agung Semarang.

Putra Asli Paroki Pertama

Bagi Paroki Kristus Raja Ungaran, Andika Bhayangkara Pr adalah putra asli Paroki Ungaran pertama yang menjadi pastor Projo Keuskupan Agung Semarang. 

"Romo Andika adalah putra asli Paroki Ungaran," kata FX Pardiman dalam sambutannya mewakili keluarga besar Mbah Dirjo.

Romo Andika memilih moto "Hidup adalah hidup. Besar kasih setia-Nya" (Mzm 145:8).

Misa Perdana

Setiap imam baru akan menyelenggarakan Misa Perdana. Misa Perdana biasanya dilaksanakan di rumah yang bersangkutan. Mengingat area rumah keluarga Romo Andika tidak memungkinkan untuk menyambut para tamu yang hadir, maka Misa Perdana atas nama keluarga ini diselenggarakan di gereja Paroki Ungaran, Jumat (11/8).

Gereja Ungaran pun dipenuhi para tamu yang datang dari berbagai tempat dan paroki. Mereka dari Kebon Dalem, Katedral Semarang, Boro Yogya, Tanah Mas, Sambiroto, Seminari Tinggi dan Ungaran sendiri. Mereka adalah para tamu yang diundang secara khusus oleh Romo Andika dan keluarga. Hadir pula Romo Yudho Kokerma Semarang dan rombongan dari Theresiana tempat Romo Andika pernah bertugas sebagai Frater Toper.

Misa Perdana ini menghadirkan pula rekan-rekan imam baru angkatan tahbisan Romo Andika. Romo Andika ditahbiskan bersama tujuh imam lain, para Imam Diosesan Keuskupan Agung Semarang. Mereka adalah Romo Emmanuel Graha Lisanta, Martinus Sutomo, Markus Januharka, Ignatius Adi Sapto Wibowo, Hieronymus Rony Suryo Nugroho, Yohanes Wahyu Rusmana, dan Ambrosius Heri Krismawanto.

Misa konselebrasi ini juga diikuti oleh Romo Y Sudarmadi dan Aloys Budi Purnomo Pr sebagai Romo Paroki Ungaran serta Romo Bondan Pujabi Pr yang mewakili Seminari Tinggi St Paulus Yogyakarta. Turut hadir dari Seminari Tinggi yakni Romo M Purwatmo Pr dan Rm Eko Riyadi Pr serta sejumlah frater.

Romo Andika masih akan memimpin Misa Perdana lagi pada hari Minggu (13/8) bersama Romo Aloys Budi Purnomo Pr dan Romo Suyamto Pr. Misa ini merupakan Misa Perdana yang diselenggarakan Paroki Ungaran bersama umat dan Dewan Paroki.

Baik Misa Perdana hari Jumat (11/8) maupun hari Minggu (13/8) dipersiapkan oleh Para Ibu Paroki (PIP) Paguyuban Umat Peduli Imam Projo (PUPIP) dan Dewan Paroki Ungaran.

"Syukur pada Allah Romo Andika boleh dan sudah ditahbiskan sebagai Imam Projo Keuskupan Agung Semarang. Saya yang pernah setahun tinggal serumah dan mendampingi Romo Andika saat beliau menjalani Tahun Orientasi Pastoral di Kebon Dalem ikut bangga dan bahagia atas rahmat Imamat yang dianugerahkan kepada beliau dan kepada kami," kata Romo Aloys Budi. 

"Proficiat dan selamat Romo. Tuhan selalu menyertai dengan berkat dan kekuatan. Jadilah berkat untuk umat dan masyarakat!", pungkas Romo Budi. (gor)

Santa Klara dari Asisi

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 25 Agustus 2013 Diperbaharui: 18 Oktober 2019 Hits: 30794

  • Perayaan
    11 Agustus
  •  
  • Lahir
    tahun 1193
  •  
  • Kota asal
    Asisi - Italia
  •  
  • Wafat
  •  
  • 11 Agustus 1253 | Oleh sebab alamiah
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 26 September 1255 oleh Paus Alexander IV

Klara dilahirkan sekitar tahun 1193 di Assisi, Italia. Ia hidup pada jaman St. Fransiskus dari Assisi. Klara menjadi pendiri suatu ordo religius para biarawati yang disebut “Ordo Santa Klara (Klaris), OSCl” Ketika Klara berusia delapan belas tahun, ia mendengarkan khotbah St. Fransiskus. Hatinya berkobar dengan suatu hasrat yang kuat untuk meneladaninya. Ia juga ingin hidup miskin serta rendah hati demi Yesus. Jadi suatu malam, ia melarikan diri dari rumahnya.

Di sebuah kapel kecil di luar kota Assisi, Klara mempersembahkan dirinya kepada Tuhan. St. Fransiskus menggunting rambutnya dan memberinya sehelai jubah coklat kasar untuk dikenakannya. Untuk sementara waktu, Klara tinggal bersama para biarawati Benediktin hingga biarawati lainnya bergabung dengannya. Orangtua Klara mengupayakan segala usaha untuk membawanya pulang ke rumah, tetapi Klara tidak mau kembali. Tak lama kemudian Agnes, adiknya yang berusia lima belas tahun, bergabung dengannya. Para gadis yang lain pun ingin pula menjadi pengantin Kristus. Jadi, sebentar saja sudah terbentuklah suatu komunitas religius kecil.

Pergilah dalam damai; engkau telah mengikuti jalan yang benar; pergilah dengan penuh keyakinan, sebab Pencipta-mu telah menguduskanmu, telah memeliharamu terus-menerus, dan telah mengasihimu dengan segala kelembutan bagaikan seorang ibu terhadap anaknya. Oh Tuhan, terberkatilah Engkau karena telah menciptakan aku.” ~ St. Klara

St. Klara dan para biarawatinya menjalani pola hidup asketis yang ketat. Mereka tidak mengenakan sepatu, tidak pernah makan daging, tinggal di sebuah rumah sederhana dan hidup dalam keheningan dan tidak berbicara hampir sepanjang waktu. Namun demikian, para biarawati itu amat bahagia karena mereka merasa Yesus dekat dengan mereka.

Suatu ketika sepasukan tentara yang beringas datang untuk menyerang Kota Assisi. Mereka telah merencanakan untuk menyerang biara terlebih dahulu. Meskipun sedang sakit parah, St. Klara minta untuk dibopong ke altar. Ia menempatkan Sakramen Mahakudus di tempat di mana para prajurit dapat melihat-Nya. Kemudian Klara berlutut serta memohon kepada Tuhan untuk menyelamatkan para biarawati. “Ya Tuhan, sudilah melindungi para biarawati yang saat ini tidak dapat aku lindungi,” doanya. Suatu suara dari hatinya terdengar berbicara: “Aku akan selalu menempatkan mereka dalam perlindungan-Ku.” Bersamaan dengan itu, suatu kegentaran hebat meliputi para prajurit dan mereka segera lari pontang-panting.

St. Klara menjadi priorin (=pemimpin) di biaranya selama empatpuluh tahun. Duapuluh sembilan tahun dari masa itu dilewatkannya dengan menderita sakit. Meskipun demikian, St. Klara mengatakan bahwa ia penuh sukacita sebab ia melayani Tuhan. Sebagian orang khawatir para biarawati tersebut menderita sebab mereka teramat miskin. “Kata mereka kita ini terlalu miskin, tetapi dapatkah suatu hati yang memiliki Allah yang Mahakuasa sungguh-sungguh miskin?”

St. Klara wafat pada tanggal 11 Agustus 1253. Hanya dua tahun kemudian ia dinyatakan kudus oleh Paus Alexander IV. 

Lamunan Peringatan Wajib

Santa Klara, Perawan

Senin, 11 Agustus 2025

Matius 17:22-27

22 Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia 23 dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka hati murid-murid-Nya itupun sedih sekali.

24 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: "Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?" 25 Jawabnya: "Memang membayar." Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: "Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?" 26 Jawab Petrus: "Dari orang asing!" Maka kata Yesus kepadanya: "Jadi bebaslah rakyatnya. 27 Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, orang yang sungguh dan benar akan memiliki daya kristis. Dia akan sadar mana yang baik dan mana yang benar.
  • Tampaknya, orang yang sungguh baik akan menolak menjalani yang salah dan tidak benar. Bahkan dia bisa protes terhadap praktek tidak benar.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun kristis terhadap keadaan sehingga sadar mana tatanan benar dan mana salah, orang yang sungguh beriman akan berjuang tidak menjadi batu sandungan sehingga rela menjalani yang tak benar demi belarasa terhadap kekeliruan banyak orang. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan rela menjadi korban karena ikut menderita kesewenang-wenangan yang diderita oleh banyak orang.

Ah, orang benar akan menolak segala kekeliruan.

Saturday, August 9, 2025

Ikut Perayaan Ulang Tahun Imamat ke 25 dan ke 40


Sebenarnya para rama Domus Pacis Santo Petrus termasuk anggota yang namanya UNIO KAS. UNIO adalah Persaudaraan Rama Praja atau Diosesan, dan KAS adalah singkatan dari Keuskupan Agung Semarang. Tigabelas rama Domus Pacis memang mendapatkan tahbisan imamat sebagai pembantu Uskup Agung Semarang. Meskipun menjadi anggota UNIO KAS, kecuali direktur yang memang masih muda, karena kelansiaan dan kondisi sakitnya para rama Domus secara praktis biasa absen dalam pertemuan-pertemuan UNIO KAS. Meskipun demikian, ketika ada acara UNIO KAS Rabu 6 Agustus 2025, ada rama Domus yang ikut. Sebenarnya Rm. Hartanta, Direktur Domus, memang biasa ikut acara-acara UNIO KAS. Tetapi pada Rabu itu beliau tidak ikut dan yang ikut adalah Rm. Djoko Setyo Prakosa dan Rm. Bambang. Pada waktu itu acaranya adalah Pesta Perak imamat dari 4 orang rama dan pesta 40 tahun imamat 2 orang rama.

Rm. Bambang yang biasa tak ikut pertemuan UNIO KAS, memang sudah mendaftar sejak pengurus UNIO KAS meminta pernyataan ikut bagi yang akan ikut. Dia minta izin ikut kepada Rm. Hartanta yang kemudian mendaftarkan secara on line ke pengurus. Keikutsertaan Rm. Bambang terjadi karena salah satu yang berpesta 40 tahun imamat adalah Rm. Nandi Winarto. Rm. Bambang memiliki pertalian hubungan darah dengan Rm. Nandi. Sebenarnya sehari sebelum hari pertemuan, Rm. Bambang mendapatkan telepon dari Rm. Amisani, Ketua UNIO KAS. Rm. Amisani memberi informasi bahwa pelaksanaan Misa Perayaan Ulang Tahun Imamat akan terjadi di lantai 2 PPSM (Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan) sehingga untuk naik harus lewat tangga trap-trap yang cukup tinggi. Hal itu akan menjadi masalah bagi Rm. Bambang yang sudah berkursi roda. Tetapi Rm. Bambang menjawab akan tetap datang dan bersedia tak ikut Misa dengan hanya ikut welcome snak dan santap bersama di lantai 1. Tetapi pada hari "H" ternyata ada tenaga-tenaga PPSM yang mengusung Rm. Bambang dan Rm. Djoko Setyo ke lantai 2 untuk ikut Misa. Tentu saja Rm. Bambang merasa gembira berjumpa sanak keluarga dari garis ayahnya. Sanak keluarga juga tampak gembira. Itulah sebabnya ketika ada foto bersama Uskup bergilir antar rama yang berbahagia bersama keluarga masing-masing, Rm. Bambang ikut menjadi keluarga Rm. Nandi.

Santo Laurensius dari Roma

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 12 Juli 2014 Diperbaharui: 19 Oktober 2020 Hits: 36334

  • Perayaan
    10 Agustus
  •  
  • Lahir
    Sekitar tahun 225
  •  
  • Kota asal
    Huesca, Spanyol
  •  
  • Wilayah karya
    Roma
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir - Dipanggang hidup-hidup pada tanggal 10 August 258 di Roma
    Dimakamkan di pemakaman Santo Cyriaca di jalan menuju ke Tivoli, Italia
    Pemanggangan yang digunakan untuk memanggangnya sekarang ada di San Lorenzo, Lucina Italia
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Santo Laurensius adalah salah satu dari tujuh diakon yang menjadi martir bersama Paus Santo Sixtus II pada masa penganiayaan kaisar Valerianus. Ia diperkirakan lahir di kota Huesca Spanyol, sebuah kota di wilayah Aragon dekat kaki Pegunungan Pyrenees. Sebagai seorang pemuda ia dikirim ke kota Zaragoza untuk menyelesaikan studi humanistik dan teologinya. Di sini ia bertemu dengan gurunya, yang di kemudian hari diangkat menjadi Paus Sixtus II.  Saat itu gurunya adalah seorang guru besar yang sangat dihormati di kota Zaragoza. Bersama gurunya itu Laurensius lalu pindah ke Kota Roma.

Ketika gurunya diangkat menjadi Paus pada tahun 257, Laurensius lalu diangkat menjadi seorang diakon. Dan meskipun masih muda, namun Laurensius ditunjuk sebagai yang utama di antara tujuh diakon yang bertugas di kota Roma.  Karena itu ia disebut "Diakon Agung dari Roma",  yang bertugas mengelola kas gereja dan membagi-bagikan derma bagi para fakir miskin dan para janda di seluruh kota Roma. Ia juga adalah pelayan utama paus dalam setiap upacara liturgi.

Saat itu masa penganiayaan kaisar Valerianus dimulai. Penganiayaan dilakukan dengan amat kejam. Banyak orang Kristiani harus bersembunyi dalam katakombe-katakombe bawah tanah dimana Mereka dapat ambil bagian dalam perayaan misa dan saling menguatkan satu sama lainnya.  Pada tanggal 6 Agustus 258, para prajurit Romawi menerjang masuk suatu ruangan dalam katakombe di mana Paus Sixtus II sedang memimpin misa. Paus dan para diakonnya serta semua umat kristiani yang hadir di situ sama sekali tidak gentar menghadapi ancaman kematian. Kepada Paus, Santo Laurensius berkata: "Aku akan menyertaimu kemana saja engkau pergi. Tidaklah pantas seorang imam agung Kristus pergi tanpa didampingi diakonnya." Paus terharu mendengar kata-kata Laurensius itu. Lalu ia berkata: "Janganlah sedih dan menangis, anakku! Aku tidak sendirian. Kristus menyertai aku. Dan engkau, tiga hari lagi, engkau akan mengikuti aku ke dalam kemuliaan surgawi". Paus Sixtus II bersama dengan dua orang diakonnya yaitu  St. Felisismus dan St. Agapitus langsung dibunuh di tempat itu, sedangkan St. Laurensius ditangkap dan dibawa ke penjara.

Prefek kota Roma tahu bahwa Laurensius adalah orang yang mengurus kas dan harta kekayaan gereja. Karena itu ia lalu membujuk Laurensius untuk menyerahkan semua kekayaan Gereja itu kepada penguasa Roma. Santo Ambrosius adalah sumber paling awal yang mengisahkan bahwa Santo Laurensius meminta waktu tiga hari untuk mengumpulkan semua harta kekayaan gereja yang disimpannya. Dia bekerja cepat mengumpulkan orang-orang miskin lalu membagi-bagikan kekayaan Gereja sebanyak mungkin kepada mereka. Pada hari ketiga, ia memimpin para orang miskin, orang cacat, orang buta dan orang sakit dan berarak menuju kediaman Prafek kota Roma. Kepada penguasa Roma itu, Laurensius berkata: "Tuanku, inilah harta kekayaan Gereja yang saya jaga. Terimalah dan periharalah mereka dengan sebaik-baiknya."

Tindakan dan kata-kata Laurensius ini dianggap sebagai suatu olokan dan penghinaan terhadap penguasa Roma. Karena itu, ia segera ditangkap dan dipanggang hidup-hidup di atas terali besi yang panas membara. Laurensius tidak gentar sedikitpun menghadapi hukuman ini. Setelah separuh badannya bagian bawah hangus terbakar, ia meminta supaya badannya dibalik sehingga seluruhnya bisa hangus terbakar. "Sebelah bawah sudah hangus, baliklah badanku agar seluruhnya hangus!" katanya dengan sinis kepada para algojo yang menyiksanya. Laurensius akhirnya menghembuskan nafasnya di atas pemanggangan itu sebagai sekorang ksatria Kristus.

Lamunan Hari Raya

Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga

Minggu, 10 Agustus 2025

Lukas 1:39-56

39 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. 40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. 41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, 42 lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. 43 Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? 44 Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. 45 Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."

46 Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, 47 dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, 48 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, 49 karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. 50 Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. 51 Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; 52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; 53 Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; 54 Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, 55 seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya." 56 Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, menjadi mulia terhormat sungguh biasa membuat hati bahagia. Itu terjadi kalau orang berkedudukan tinggi dan atau kaya.
  • Tampaknya, demi meraih kemuliaan dan kehormatan orang bisa berjuang meraih kedudukan tinggi terhormat. Korban apapun bisa dilakukan demi mencapainya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul mesra dengan kedalaman batin, sekalipun kedudukan tinggi dan kekayaan dapat dipandang sebagai kemuliaan dan kehormatan, orang akan sungguh dimuliakan justru karena kesediaannya mengambil posisi merendah demi kepedulian kepada orang lain. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa martabat tinggi seseorang ada dalam kesediaan ikhlas dalam kerendahan.

Ah, dengan kedudukan tinggi orang bisa memperoleh dengan mudah apapun yang diinginkan.

Friday, August 8, 2025

Misdinar Paroki Kumetiran

Dalam peristiwa kunjungan rombongan umat ke Domus Pacis biasa terjadi wawan hati antara para pengunjung dengan para rama Domus. Para tamu bertanya dan para rama menjawab. Pada Sabtu 2 Agustus 2025 yang berkunjung adalah kelompok yang bagi Domus Pacis dapat disebut khusus. Biasanya yang berjunjung adalah rombongan yang beranggotakan kaum sepuh. Paling tidak kebanyakan terdiri dari orang-orang yang sudah berkeluarga. Maka kalau ada kunjungan anak dan atau remaja, bagi Domus hal itu menjadi peristiwa khusus. Pada Sabtu itu yang datang adalah kelompok anggota Misdinar Paroki Kumetiran.  


Di dalam bagian omong-omong Rm. Bambang meminta para misdinar itu duduk berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3 hingga 5 orang anak remaja. Memang ada pendamping yang sudah masuk golongan muda. Di dalam kelompok-kelompok mereka diminta untuk membuat pertanyaan terhadap para rama yang kini sudah sepuh dan bebas tugas serta tinggal di rumah tua. Bila dalam kelompok muncul lebih dari satu pertanyaan, Rm. Bambang minta untuk menentukan satu pertanyaan untuk disampaikan kepada para rama. Dari catatan Rm. Bambang ada pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan cakrawala mereka seperti "Apakah para rama pernah menjadi misdinar", "Mengapa dulu ingin jadi rama?", dan "Apa nasehat rama untuk kami?" Tetapi dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul ternyata ada yang baru sekali itu dihadapi oleh para rama Domus. Pertanyaan itu adalah "Kalau waktu bisa diputar sehingga rama menjadi muda kembali, apakah masih ingin jadi rama?" Dari jawaban para rama, barangkali kalau dirangkum bisa dikatakan begini :

Pada umumnya para rama belum pernah berpikir bagaimana kalau jadi muda kembali. Mgr. Blasius dan Rm. Ria bahkan belum pernah mengalami menjadi aktivis paroki sebagai kaum muda. Kecuali Rm. Bambang, para rama memang mengalami menjadi misdinar. Mgr. Blasius dan Rm. Ria jadi misdinar paroki ketika masih Sekolah Rakyat atau SR (Kini Sekolah Dasar atau SD). Keduanya masuk seminari selepas SR. Yang lain masuk setelah lulus SMP dan SMA. Bahkan Rm. Yadi masuk setelah usia 36 tahun dan sudah jadi guru bahkan kepala sekolah SMP. Yang jelas semua rama mengatakan bahwa yang pokok hidup harus sesuai realita. Nyatanya kini semua adalah imam. Pada umumnya bilang bahwa ketaatan adalah jalan kebahagiaan.

Santa Theresia Benedikta dari Salib

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 14 Desember 2016 Diperbaharui: 14 November 2017 Hits: 22596

  • Perayaan
    9 Agustus
  •  
  • Lahir
    12 Oktober 1891
  •  
  • Kota asal
    Breslau Kekaisaran Prusia - Jerman (Sekarang : Wrocław, Dolnoslaskie - Polandia)
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir
    Tewas dalam kamar Gas di Kamp Konsentrasi Auschwitz Polandia pada 9 Agustus 1942
  •  
  • Venerasi
    26 Januari 1987 oleh Paus Yohanes Paulus II
  •  
  • Beatifikasi
    1 Mei 1987 oleh Paus Yohanes Paulus II di Kathedral Cologne, Jerman
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 11 Oktober 1998 oleh Paus Yohanes Paulus II

Santa Teresa Benedikta dari Salib lahir pada tanggal 12 Oktober 1891 di kota Breslau Kekaisaran Prusia -Jerman (kota ini kini bernama Wrocław,  ibukota Provinsi Dolnoslaskie - Polandia).  Hari kelahirannya ini bertepatan dengan hari raya Yahudi, Yom Kippur atau Hari Perdamaian Agung. Ia adalah anak bungsu dari sebelas bersaudara putera-puteri pasangan Yahudi Jerman, Siegfried Stein dan Auguste Courant Stein. Ayahnya adalah seorang pengusaha kayu yang meninggal dunia ketika ia baru berusia dua tahun. Kepergian ayahnya membuat sang ibu harus bekerja keras menghidupi sebelas orang anaknya.

Seperti kebanyakan wanita Yahudi di masa itu, ibunya adalah seorang yang taat beribadah, berkemauan dan seorang pekerja keras.  Ia adalah seorang wanita mengagumkan yang sukses mengelola perusahaan kayu suaminya sambil mengurus keluarga. Ia sangat peduli akan pendidikan anak-anaknya dan sukses menyekolahkan mereka semua sampai ke jenjang Perguruan Tinggi.  Namun demikian, ibu Auguste Stein kurang berhasil menanamkan iman akan Tuhan yang hidup dalam diri anak-anaknya. Pada tahun 1904, si bungsu Edith yang baru berusia 13 tahun telah kehilangan iman Yahudinya dan secara terbuka menyatakan diri sebagai seorang Atheis.  

Pada tahun 1911, Edith Stein yang cerdas lulus Cum Laude pada ujian akhir sekolah. Ia lalu melanjutkan kuliah di Universitas Breslau untuk belajar bahasa Jerman dan sejarah. Pada tahun 1913, Edith pindah ke Universitas Göttingen dan belajar filsafat di bawah bimbingan seorang filsuf ternama; Professor Edmund Husserl.  Edith sangat menonjol dalam semua pelajaran sehingga sang professor pun mengangkatnya sebagai asisten. Professor Husserl juga membimbingnya sampai meraih gelar doktor Filosofi dengan predikat Summa Cum Laude  pada tahun 1916.  Setelah lulus, Edith bekerja sebagai asisten tetap professor Edmund Husserl.

Suatu hari, Edith datang ke Frankfurt dan mengunjungi Katedral Frankfurt yang terkenal itu. Ia melihat seorang perempuan dengan keranjang belanja masuk ke dalam katedral untuk berlutut memanjatkan doa. Dikemudian hari Edith menulis :

Pengalaman ini membuat Edith mulai membaca kitab suci Perjanjian Baru, buku-buku Kierkegaard  (Søren Kierkegaard, seorang Filsuf dan Teolog Kristen pada abad-19. Kierkegaard saat ini dianggap sebagai tokoh filsafat eksistensialisme), dan buku latihan rohani dari St. Ignatius dari Loyola

Pada tahun 1921 Edith Stein berlibur di Bad Bergzabern, di rumah seorang sahabatnya Hedwig Conrad-Martius seorang anggota gereja Protestan. Suatu sore, dari perpustakaan ruang Hedwig, Edith mengambil secara acak sebuah buku yang ternyata adalah buku otobiografi St. Theresia dari Avilla, dan terus ia membaca buku tersebut sepanjang malam sampai pagi hari. “Ketika aku selesai membaca, aku berkata kepada diriku sendiri : Inilah kebenaran!” kenangnya.

Keesokan harinya, Edith membeli buku Misa dan Katekismus yang di hari-hari selanjutnya menjadi tumpuan perhatiannya. Ketika dirasa ia sudah cukup paham, Edith untuk pertama kalinya masuk ke sebuah Gereja Katolik dan dengan mudah mengikuti jalannya Misa. Ia ingin dibaptis segera; dan ketika Pastor Breitling mengatakan bahwa agar dapat dibaptis orang perlu persiapan untuk mengenal ajaran iman dan tradisi-tradisi Gereja, dengan yakin Edith menjawab, “Ujilah saya!”. Ini dilakukan pastor dan Edith pun lulus dengan gemilang.

Pada tanggal 1 Januari 1922,  Edith Stein menerima Sakramen Baptis dan Sakramen Komuni Pertama di Gereja Santo Martinus, Bergzabern. Hari itu adalah hari Peringatan Penyunatan Yesus, ketika Yesus masuk ke dalam perjanjian Abraham. Teresa Edith Stein berdiri dekat bejana baptis dengan mengenakan gaun pengantin putih. Dengan dispensasi khusus dari Bapa Uskup, sahabatnya Hedwig menjadi wali baptisnya.  Sejak saat itu ia terus-menerus sadar sepenuhnya bahwa ia adalah milik Yesus Kristus, bukan hanya secara rohani, melainkan juga karena darah Yahudinya. Pada tanggal 2 Februari, hari Peringatan Pentahiran Maria - suatu hari yang ada rujukannya dalam kitab Perjanjian Lama - Edith menerima Sakramen Penguatan oleh Uskup Speyer di kapel pribadi bapa uskup.

Setelah menerima sakramen penguatan, Edith pulang ke Breslau. Dihadapan ibunya ia bersaksi :  “Mama, aku kini seorang Katolik.”  Ibunya yang merupakan seorang Yahudi yang saleh merasa bagai disambar petir. Hatinya bergetar hebat dan ia pun menangis. Seumur hidupnya, Edith belum pernah melihat ibunya yang tegar itu menangis. Dalam kalangan Yahudi Orthodox, Katolik dianggap sebagai sekte yang hina.  Edith sudah siap menerima teguran ataupun diusir dari rumah. Tetapi sang ibu malah memeluknya dan kedua wanita Yahudi itu pun menangis.  Dikemudian hari Hedwig Conrad Martius, sahabat dan  wali babtisnya menulis tentang kejadian ini : “Lihat, inilah dua orang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” (bdk Yohanes 1:47).

“Segalanya untuk semua orang,” itulah semboyan Edith sejak ia menjadi seorang Katolik. Ia meninggalkan pekerjaannya di Universitas lalu menjadi pengajar di sekolah Susteran Dominikan dan juga menjadi guru pembimbing bagi para biarawati di Biara St. Magdalena yang akan masuk universitas di Speyer. Di kota ini Edith dikenal dengan sebutan “Fraulin Doctor” (Nona Doctor) dan  menjadi teladan bagi semua orang.  Salah seorang mantan muridnya kelak menulis :

Pada tahun 1931, Edith Stein meninggalkan sekolah biara di Speyer dan berupaya untuk meraih gelar professor di Breslau dan Freiburg.  Usahanya ini sia-sia akibat perubahan politik yang terjadi di tanah Jerman. Pada tahun 1932 Edith sempat menjadi pengajar di Institut Pedagogi di Münster, tetapi undang-undang Antisemitisme yang diberlakukan oleh pemerintahan baru Jerman,  Adolf Hitler dan partai NAZI, memaksanya untuk mundur dari jabatan tersebut pada tahun 1933. Para NAZI tidak memperkenankan orang Yahudi untuk menjadi tenaga pendidik.

Pada tanggal 14 Oktober 1933 Edith Stein memutuskan untuk masuk Biara Karmel tak berkasut di Cologne. Ia diterima dan setahun kemudian ia menerima busana biarawati Karmel dan mengambil nama biara : Teresa Benedicta a Cruce (Teresa yang terberkati dari Salib). Pada tanggal 21 April 1935, Sr. Teresa Benedikta mengucapkan kaul sementara dan mengucapkan Kaul Kekal tiga tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 21 April 1938.  Sebagai seorang biarawati katolik berdarah Yahudi,  Sr. Teresa Benedikta merasa memiliki kesempatan dan tanggung jawab unik, untuk menjembatani jurang pemisah antara iman Kristiani dan Yahudi. Ia menulis buku “Kehidupan sebuah Keluarga Yahudi” (yaitu keluarganya sendiri) dan berusaha menunjukkan kesamaan pengalaman manusiawi antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristiani dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Pada akhir tahun 1938, gerakan anti-Semit pemerintah NAZI dan penganiayaan kepada orang Yahudi semakin meningkat di seluruh wilayah Jerman. Sinagoga-sinagoga dihancurkan, harta milik orang-orang Yahudi dirampas. Orang-orang Yahudi dicekam ketakutan atas keselamatan mereka. Untuk melindungi Sr. Teresa Benedikta, Priorin Biara Karmel di Cologne memindahkannya ke luar negeri.  Pada malam Tahun Baru 31 Desember 1938, Sr. Teresa bersama saudarinya Rosa yang juga sudah menjadi Katolik diselundupkan ke negeri Belanda, dan tinggal di Biara Karmel di Echt di Provinsi Limburg. Disini Sr. Teresa Benedikta sempat menulis sebuah karya yang berjudul : Studie über Joannes a Cruce: Kreuzeswissenschaft (Penelitian tentang Yohanes dari Salib : Ilmu Salib).

Pada tanggal 15 Mei 1940 Belanda jatuh ketangan NAZI Jerman. Edith sekali lagi harus merasakan getirnya hidup dibawah undang-undang anti-Semit NAZI. Pada tanggal 20 juli 1942 para Uskup Katolik Roma Belanda mengumumkan pernyataan yang dibacakan di seluruh gereja di negara tersebut yang menentang pembuangan dan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi. Sebagai balasannya Para NAZI menangkap semua orang Katolik keturunan Yahudi, termasuk para imam dan para biarawan-biarawati.

Sr. Teresa Benedikta ditangkap oleh Gestapo pada tanggal 2 Agustus 1942 saat ia sedang berdoa di kapel bersama para biarawati lainnya. Ia dan saudarinya Rosa diwajibkan keluar dari biara dalam waktu lima menit. Rosa kini telah menjadi seorang Karmelit Ordo Ketiga yang bekerja di Biara Echt. Dengan menggandeng tangan Rosa, Sr. Teresa mengatakan, “Mari, kita pergi untuk bangsa kita.”

Bersama dengan banyak orang Yahudi lainnya, kedua wanita ini diangkut ke suatu kamp perhentian di Amersfoort dan kemudian dari Amersfoort ke Westerbork. Kepada Priorin Karmel di Cologne, diceritakan orang sebagai berikut,

Ny. Bromberg, salah seorang yang selamat dari kamp Konsentrasi dimana Sr. Benedikta ditawan memberikan kesaksian,

Pada tanggal 7 Agustus 1942 Sr. Teresa Benedikta bersama Rosa dan 985 orang Yahudi dibawa  dengan kereta api ke kamp Konsentrasi di Auschwitz, Polandia.  Pada tanggal 9 Agustus Suster Teresia Benedicta a Cruce bersama Rosa dan banyak kaum sebangsanya dibantai dengan gas beracun didalam kamar gas. Jenazah mereka lalu dibakar secara massal di krematorium.

Sr. Teresa Benedikta dibeatifikasi di Cologne pada tanggal 1 Mei 1987 oleh Paus Yohanes Paulus II.  Saat itu Bapa Suci menyatakan bahwa Gereja menghormati  “seorang puteri Israel” yang sebagai seorang Katolik pada masa penganiayaan Nazi, tetap setia kepada Tuhan Yesus Kristus yang tersalib, dan sebagai seorang Yahudi, kepada bangsanya dalam kasih setia.”

Pada tanggal 11 Oktober 1998, Beata Teresa Benedikta dari Salib dikanonisasi oleh Paus Yohanes Paulus II di Roma. Setahun kemudian, pada tanggal 1 Oktober 1999, paus yang sama memaklumkan santa Teresa Benedikta, bersama dengan St. Katarina dari Sienna dan St. Brigitta dari Swedia, sebagai Santa pelindung Eropa. Sebelumnya, Eropa memiliki tiga santo pelindung: St. Benediktus, St. Sirilus dan St. Methodius. Bapa Suci mengatakan bahwa ia memaklumkan ini “demi menekankan peran penting yang telah dimainkan dan yang dimiliki kaum perempuan dalam gereja dan dalam sejarah sipil Eropa.” (qq)