Dalam bukunya yang berjudul Sejimpit Butir-butir Catatan dari Rumah Tua (Penerbit Pohon Caya: Yogyakarta, 2019 hal. 159) Rm. Bambang pernah menuangkan pemikiran "Kalau besok Domus Pacis menjadi salah satu bentuk karya pastoral, kepemimpinannya tentu tidak hanya dilakukan sebagai tugas sampingan. Yang menjadi pengurus Domus Pacis tentu bukan orang yang sudah memiliki beban tugas pokok yang membutuhkan perhatian besar. Imam demikian tidak akan mengalami kehidupan sehari-hari Domus Pacis karena tinggal di tempat tugas pokoknya". Itu adalah kutipan dalam "CATATAN TAHUN 2012: KARYA PASTORAL DOMUS PACIS SEBUAH GAGASAN" yang menjadi catatan tertulis Rm. Bambang pada Januari 2012. Dulu cukup lama kehidupan para rama sepuh di rumah sepuh Domus Pacis ditangani oleh pengurus yang punya tugas pokok. Ada yang dosen, ada yang pastor paroki, dan ada yang menjadi ketua Komisi Keuskupan Agung Semarang. Tentu saja perhatian cukup serius terhadap kehidupan para rama sepuh amat jauh dari realita. Puji Tuhan, mulai Agustus 2020 Bapak Uskup Agung Semarang menetapkan Rm. Florentius Hartanta menjadi Direktur Domus Pacis dan tinggal bersama para rama sepuh di Domus. Memang, Rm. Hartanta ditetapkan menjadi Direktur Domus Pacius Santo Petrus, Kentungan, yang pada Agustus 2020 ketika pembangunan gedungnya masih dalam proses penyelesaian. Padahal para rama sepuh, yang akan menjadi penghuni pertama Domus Pacis Santo Petrus, masih berada di Domus Pacis Puren, Pringwulung.
Yang sungguh mengherankan dan patut diacungi jempol, sekalipun sebenarnya untuk sementara diminta tinggal di Seminari Tinggi Kentungan, Rm. Hartanta memilih tinggal bersama para rama sepuh di Domus Pacis Puren sejak 1 September 2020. Dengan demikian beliau, yang usianya masih muda dibandingkan penghuni Domus, hingga kini sudah mengalami keseharian bersama para rama sepuh yang sudah mengalami segala kerentanan raga jiwa selama 5 tahun lebih. Perhatian beliau terhadap para rama sepuh sungguh mendalam. Karena banyak kasus muncul baik ragawi maupun jiwani dari para rama sepuh, Rm. Hartanta sungguh menjadi sosok yang tekun tetap melayani para rama sepuh sehingga tampaknya bisa menjadi pastor canggih mengelola kasus karena biasa hidup dalam kasus. Dan yang menakjubkan adalah, meskipun hidup dalam kasus kehidupan para rama sepuh, beliau biasa tampak ceria bersemangat. Itu pasti merupakan buah ketaatan kepada Uskup dan kesetiaan mengurus wilayah yang hanya seluas gedung Domus Pacis Santo Petrus dengan jumlah warga rama dan karyawan yang tak mencapai 30 jiwa. Beliau juga tampak menerima dengan ikhlas berbagai kehidupan harian yang amat berbeda dengan umat pada umumnya di paroki-paroki.
Semua itu tentu harus disyukuri sebagai daya Roh Kudus yang dihayati oleh Rm. Hartanta. Maka layaklah kalau Domus Pacis menyelenggarakan perayaan amat istimewa untuk ukuran Domus untuk ulang tahun imamat Rm. Hartanta ke 16. Keistimewaan itu amat mencolok karena para rama seangkatan tahbisan Rm. Hartanta masing-masing datang bersama keluarga. Kelompok imam angkatan ini setahun sekali selalu merayakan ulang tahun tahbisan bergantian di tempat tugas masing-masing secara bergilir. Sebenarnya mereka ditahbiskan pada 29 Juni 2010. Tetapi, karena pada Minggu 29 Juni 2025 ada perayaan akbar Ulang Tahun Keuskupan Agung Semarang ke 85, perayaan ulang tahun imamat ke 16 Rm. Hartanta dan teman-teman terjadi pada 30 Juni 2025. Untuk ukuran Domus Pacis ini adalah perayaan besar, karena Bu Rini menyiapkan konsumsi untuk 425 orang. Maka Misa tidak dilaksanakan di Kapel tetapi di aula Domus. Bahkan sound system Domus dianggap tidak mencukupi sehingga Mas Tian, putra Bu Rini, mendatangkan dari Nandan milik Koh Hanjin. Ternyata rasa syukur dalam diri Rm. Hartanta juga tampak amat besar. Beliau membagikan banyak kain batik yang dibeli dari Rm. Bambang untuk seragam karyawan dan relawan serta rama Domus, sanak keluarga, dan kor.
Perayaan Misa memang dipimpin oleh Rm. Hartanta. Tetapi ada 11 orang rama teman-teman beliau ikut jadi selebran. Dengan demikian ada 12 orang rama memimpin Misa. Rm. Hartanta 16 tahun imamat bersama teman-teman: Rm. Ari Pur, Rm. Budi Purwantoro, Rm. Triwidi, Rm. Singgih, Rm. Yupi, Rm. Wondo. Yang 15 tahun: Rm. Bondan Prima, Rm. Nugroho, Rm. Deny. Dua lainnya: Rm. Novian Ardi (14 tahun) dan Rm. Dwi Hananto (2 tahun). Kor Pacem mengiringi Misa dengan sangat apik. Kor ini juga mempersembahkan lagu khusus untuk Rm. Hartanta. Lagunya dari Bapak Sulis umat Kevikepan Jogja Barat yang menjadi rekan kerja Rm. Hartanta dalam Komisi Karya Misioner Kevikepan Jogja Barat. Persembahan lagu ini untuk memulai bagian homili. Sebelum persembahan Kor Pacem, Rm. Bambang diberi kesempatan untuk memberikan ucapan. Rm. Bambang menyampaikan ucapan dengan kidung : Nyata agung; Jejer-jejer priya luhur; Tanggap warsa imam; Abdi Pasamuwan Suci; Mugi-mugi lestari ngantos palastra (Sungguh peristiwa agung; Kini berjajar para priya yang punya keluhuran hidup; Mereka berulang tahun imamat; Menjadi pelayan Gereja; Semoga bertahan hingga dipanggil oleh Tuhan). Rm. Wanda, Vikep Jogja Barat dan salah satu selebran, mengirimkan kesan tertulis kepada Rm. Hartanta. Beliau tampak amat terkesan dengan perayaan imamat di Domus.
No comments:
Post a Comment