Thursday, June 5, 2025

Rekoleksi Lansia Paroki Salam


Pada hari Selasa 3 Juni 2025 jam 08.33 Rm. Bambang mendapatkan pesan WA dari salah satu warga Katolik Paroki Santa Theresia Salam : "Berkah Dalem Rama,nyuwun pangapunten mengganggu ,kala wingi badhe nyuwun pirsa ketelasen wekdal. 1.Dospundi caranipun ngadhepi kesepian kangge lansia,kados kalawingi dereng dumugi mriku. 2.Saksampunipun mati,roh punika kadospundi . Ngaten Rama,Mugi Rama berkenan paring sesuluh tiyang bodho punika,matur nuwun." (Tuhan berkati, Rama. Maaf saya mengganggu. Kemarin saya akan bertanya tetapi kehabisan waktu: 1) Bagaimana caranya menghadapi kesepian untuk lansia, karena kemarin belum dibicarakan; 2) Sesudah mati, bagaimana dengan roh. Demikian Rama. Semoga berkenan memberikan pertimbangan. Terima kasih).

Rm. Bambang menulis tanggapan : "Mbiasaaken diri omong batin ing manah kita, menapa mawon ingkang kepikir, krasa, lan dipun pengini; Roh punika napas utawi dayaning Gusti, sasampunipun seda roh dados daya ngadhep Gusti. Ingkang sae langsung ing swarga, ingkang gadhah kekirangan mampir latu pangresikan. Namung tiyang ingkang mboten nate peduli ing ngasanes lan namung mburu kajenginpun piyambak, ingkang mangkel dan nesu teras ing kelanggengan. Punika nraka ingkang dipun gambaraken papan keroting untu. Geni murup terus punika gambaran manah ingkang benter teras. Berkah Daleeeeeem" (Biasakan bertbicara dalam hati, apapun yang kita pikir, rasakan, dan kehendaki; Tentang roh itu adalah nafas atau daya Tuhan. Sesudah wafat roh menjadi daya untuk bisa berhadapan dengan Tuhan. Orang baik akan langsung masuk surga, yang punya kekurangan mampir di api penyucian, yang tak punya kepedulian ke orang lain dan hanya mengejar kehendak sendiri, akan jengkel dan marah terus di keabadian. Inilah neraka yang digambarkan sebagai tempat kertak gigi. Kalau ada cerita api bernyala terus, itu adalah gambaran panasnya hati terus menerus. Tuhan berkati).

Pertanyaan itu berkaitan dengan rekoleksi lansia Paroki Santa Theresia Salam yang terjadi pada Minggu 1 Juni 2025. Dalam rekoleksi itu Rm. Bambang diundang untuk menjadi pembicara. Rm. Bambang memfokuskan diri ke pembicaraan kematian sebagai pintu masuk ke keabadian sebagai kesejatian hidup menyambung hidup di dunia fana. Tampaknya para peserta, yang menurut daftar hadir ada 318 orang, amat antusias dengan pembicaraan. Memang, ada juga suasana peserta seperti reuni dengan mantan pastor yang pernah menjadi bagian Paroki Salam dari tahun 1983 hingga tahun 1988, sebelum Rm. Bambang studi lanjut di Manila Filipina. Antusiasme para lansia peserta tampak dengan banyaknya yang mengangkat tangan untuk bertanya. Dalam tempo 180 menit tanpa istirahat, Rm. Bambang menghentikan tanya jawab karena masih ada Misa Kudus menutup acara. Kepada para rama di Domus Pacis Santo Petrus ketika makan bersama, Rm. Bambang bercerita tentang perjumpaan dengan kaum lansia yang pada umumnya tampak hidup dalam iklim tradisional. Rm. Bambang hanya menemukan satu pertanyaan yang menyangkut ajaran Gereja. Banyak pertanyaan berkaitan dengan praktek keagamaan dengan pola pikir "Boleh atau tidak boleh" dan "Sah atau tidak sah".

Dalam tulisan ini dipaparkan 2 pertanyaan yang berkaitan dengan praktek tradisi keagamaan :

  1. Rama, pinggang saya sudah kerap bermasalah terasa sakit. Hal ini membuat saya tidak bisa berdoa rosario dengan duduk tegak. Kalau saya berdoa rosario dengan ganjal bantal atau bahkan sambil tiduran, itu sah atau tidak? Terhadap pertanyaan ini Rm. Bambang mengatakan dalam hubungan dengan Allah secara pribadi tak ada sopan santun. Lain dengan ibadat atau doa bersama atau pertemuan-pertemuan iman. Di situ ada tatacara. Dalam Misa juga ada tatacara. Itu buatan Gereja. Dengan Tuhan kita berjumpa dengan Allah yang adalah kasih. Kita jadi anggota keluarga Allah. Bukankah perjumpaan dengan orang serumah selalu dalam suasana lepas bebas berbobot kasih. Yang pokok bahagia karena saling mengasihi. Apalagi beriman berarti semakin mengikuti Tuhan Yesus Kristus sesuai dengan perkembangan situasi hidup. Kalau sudah lansia rentan fisik dan rentan jiwa, orang ikut Tuhan sesuai dengan keadaannya. 
  2. Rama, bagaimana kalau dalam doa malaikat Tuhan atau Ratu Sorga terjadi tidak persis pada jam 06.00, jam 12.00. dan jam18.00? Bolehkah? Rm. Bambang mengatakan bahwa itu terutama kalau memiliki waktu luang dan segalanya ada kerutinan penghayatan waktu sama setiap hari. Pada zaman kini kita sering berada dalam kesibukan acara tertentu yang tak dapat memenuhi kepastian jam seperti itu. Bahkan di Wilayah-wilayah Anda di pedesaan, bisa tak ada lonceng gereja atau kapel berbunyi pada jam-jam itu. Pokoknya doa saja untuk sambung dengan Tuhan.

Satu pertanyaan yang menyangkut hal dogmatis adalah sebagai berikut :

Tuhan Yesus bersabda "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus." (Yoh 17:3) Bagaimana dengan orang-orang yang tidak percaya kepada Kristus? Apakah mereka tak akan mengalami kehidupan kekal? Rm. Bambang mengatakan bahwa Tuhan Yesus punya tubuh yang ada di tengah dunia. Tubuh Kristus itu adalah Gereja atau persekutuan orang-orang beriman Kristiani. Bahkan Kristus selalu hadir dalam persekutuan umat, karena dua atau tiga orang kumpul dalam nama Tuhan, Kristus ada di tengah-tengahnya. Orang-orang yang tak beragama Kristiani akan berjumpa dan ikut sambung dengan Kristus lewat umat yang hidup meneladan kehidupan Tuhan Yesus, terutama dalam menjalani kasih. Kalau kita saling mengasihi baik antar sesama iman maupun dengan siapapun, banyak orang akan ikut mengalami hubungan rohani dengan Allah sumber segala kehidupan.

No comments:

Post a Comment