Setiap menuju ruang makan untuk makan bersama dengan para rama lain, saya selalu membawa botol kecil yang terbuat dari plastik. Ukuran botol untuk makan pagi dan makan malam sama. Tetapi botol untuk makan siang hanya separo ukuran pagi dan malam. Itu adalah botol-botol yang berisi pil-pil tablet yang harus menjadi bagian santapan makan tiga kali sehari. Hal seperti ini sudah berjalan bertahun-tahun. Ber-SANTAP obat-obatan adalah hal ringan. Tetapi, entah bagaimana, saya selalu merasakan KENGGANAN MENYIAPKAN dengan memasukkan tablet-tablet ke dalam botol-botol kecil itu. Memang, itu bukan keengganan besar yang menghalang untuk mengisikan pil-pil itu. Meskipun demikian saya selalu memaksa diri walau dalam kadar amat kecil.
Keengganan itu ternyata menjadi hal yang dalam keseharian selalu merupakan ketidakenakan kecil yang masuk dalam hidup saya. Terus terang, itu baru saya sadari ketika saya akan mengisi ketiga botol itu dengan pil-pil pada Senin 26 Mei 2025 sekitar jam 14.00. Kesadaran itu menimbulkan kesadaran juga bahwa di setiap hari sebenarnya ada yang terasakan lebih meng-enggan-kan dibandingkan dengan ketika harus mengisi ketiga botol kecil dengan pil-pil. Itu terjadi ketika setiap hari saya harus menuliskan hasil renungan dari Injil sekalipun bukan tulisan panjang. Seringkali saya harus menunda untuk menuliskan di pagi ke siang dan bahkan masih tertunda lagi hingga harus memaksa diri menuliskannya di malam hari ketika siap tidur. Ketidakenakan harus menulis itu juga terjadi ketika harus menulis peristiwa yang terjadi di Domus misalnya kunjungan dan omong-omong dengan rama-rama. Setiap hari saya harus mem-publish tiga tulisan dalam blog dan menyebarkan lewat WA dan FB bahkan juga dalam Tik Tok. Satu hal yang tersadarkan dalam renungan ini adalah ketika beberapa kali saya menulis kata HARUS. Siapa yang mengharuskan? Ternyata keharusan itu datang dari diri saya dan bukan dari pimpinan rumah apalagi Uskup. Sebenarnyalah, semua keharusan harian itu berawal pada tahun 2012. Rm. Agoeng melatih saya untuk ber-medsos-an agar memasukkan tulisan. Tentu saja itu adalah demi sosialisasi keberadaan Domus Pacis. Dan itu hingga kini saja jalani sebagai keharusan harian untuk menjaga keberadaan Domus Pacis di tengah umat Katolik sekalipun on line. Katakan saja, mungkin saya melakukan keharusan harian ini sebagai ambilbagian saya dalam kehidupan Komunitas Domus Pacis. Mungkinkah ini ini bisa menjadi perbuatan iman untuk menanggapi kata-kata Tuhan Yesus "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." (Lukas 9:23) Ketika itu semua saya sadari, sadarlah saya bahwa yang namanya keceriaan cukup mewarnai hati saya dan terlihat oleh banyak orang pada muka saya. Bukankah salib adalah jalan ikut Tuhan Yesus yang Roh-Nya adalah Penghibur sumber segala penghiburan?
No comments:
Post a Comment